🥀___🥀
"Bunda"
"Hm??"
"Bundaaaaa"
"Apasih Ya!!" Daniella menatap tajam Helia yang dari tadi selalu mendempetinya, tidak perduli mereka tengah berada dimana.
"Bundaaaaaaaaaaaaaa"
Daniella menyerah, wanita itu meletakkan dua cincin yang tadi sedang ia pertimbangkan, fokusnya kini benar-benar terarah pada Helia. Sedetik kemudian senyum Daniella mengembang, tangannya terulur menangkup pipi Helia dan menghimpitnya hingga bibir gadis itu sedikit manyun.
"Anak bunda sudah besar ternyata, kemarin abis pesta lepas masa lajang" Meskipun Daniella mengatakan kalimat itu dengan senyum yang merekah, tapi Helia tahu kalau wanita itu juga sedang bersedih. Maka dari itu, hari ini ia meluangkan waktu untuk menghabiskan seharian ini khusus berdua dengan Bunda.
"Bunda, pilih dulu mau perhiasan yang mana. Abis itu kita pergi, ada yang mau aku omongin"
Daniella mengangguk, meskipun tadi ia masih sangat galau karena semuanya bagus, tapi akhirnya ia memilih cincin sederhana yang ditengahnya ada permata. Setelah membayar, mereka pun mencari tempat nongkrong terdekat. Sepertinya Helia benar-benar ingin bicara serius.
"Kenapa sih?" Daniella terkekeh melihat ekspresi serius Helia. Selama ini ia kebanyakan mengomel dan Helia banyak mengeluhnya, ia bahkan lupa kapan mereka berada di posisi serius seperti ini.
"Waktu itu, Bunda sama laki-laki itu gak cerai kan??" Helia menatap bundanya dengan seksama, memperhatikan ekspresi bunda yang perlahan mulai berubah. "Bun?? Kenapa? Bunda masih sa—",
"Demi tuhan bunda benci sekali sama ayah kamu Helia!!" Daniella menyela dengan cepat karena tidak ingin kalimat yang paling ia benci terucap dari bibir putrinya.
Helia menarik lengan bundanya, "Secara agama mungkin bunda sama laki-laki itu udah cerai, tapi kalian nikah secara sah dimata hukum negara bund. Meskipun aku tahu sampai kapan pun bunda gak akan balik sama laki-laki itu, aku pengen bunda sama dia cerai sah dimata hukum juga. Abis pernikahan aku, kita urus perceraian bunda ya??"
Daniella mengangguk, air matanya tumpah begitu saja. Rasa sakit itu akan tetap ada, lukanya dan luka Helia tidak akan pernah sembuh karena pengkhianatan yang Jayden lakukan. Mereka hanya mencoba untuk hidup dan menjalani semuanya lebih bahagia dari Jayden.
🥀___🥀
"Maaf Jay" Tya menunduk, melihat suaminya yang larut dalam kesedihan turut membuatnya bersedih juga. Tapi Jayden menggeleng, diraihnya tubuh Tya untuk ia peluk.
"Gak apa, ini karma untuk aku"
Tya memejamkan matanya, sedikit miris dengan kata 'karma' yang diucapkan suaminya.
"Hidup kita selalu susah, karena aku nelantarin putri aku Ty. Karna aku udah jahat sama anak aku sendiri, hidup yang kita jalanin kemarin sama sekali gak ada kata bahagianya"
Daniella dan Helia bisa saja sudah bangkit dan menikmati hidup karena perekonomian mereka yang kian membaik, tapi hal sebaliknya terjadi kepada keluarga Jayden. Menguliahi Nana saja rasanya mereka benar-benar sudah menguras seluruh yang mereka punya. Apalagi dirumah masi ada dua putera yang menunggu perlakuan sama, tidak mungkin Jayden dan Tya tidak menyekolahkan mereka lebih lanjut, apalagi mereka adalah laki-laki.
"Kalau memang aku gak bisa diterima oleh putriku, setidaknya aku harus dapat maaf dari dia Ty" Tya mengelus bahu suaminya, bahu yang selama ini menanggung beban.
"Lia pasti maafin kamu Jay, dia mau nikah. Gak mungkin dia mau nikah tanpa restu dari ayahnya. Kalau kamu gak bisa lagi buat minta maaf sama Lia, seengaanya kamu juga minta maaf sama Daniella Jay. Helia itu, penyayang bundanya, kalau kamu dapat maaf dari dia, Helia pasti bakal maafin kamu juga"
Ditengah kesunyian unit apartemen milik Mahendra, ada dua insan yang berdosa dimasa lalu dan kini saling menguatkan.
🥀___🥀
Chelsea memakai kacamata baru nya dengan wajah sengak, meskipun sebenarnya tidak bisa dibanggakan karena kacamata yang dipakai anak itu adalah kacamata minus tapi tetap saja ia sombong karena diizinkan untuk beli frame baru sedangkan Ajisaka tidak. Karena 'pamer' kacamata ini tadi, ia jadi berusaha lebih jeli melihat list daftar tamu undangan yang akan diundang untuk resepsi nanti.
"Maaammmm"
"Gak usah teriak!!" Mahen menjitak pelan kepala Chelsea, masalahnya gadis itu teriak disamping telinganya.
"CK!! Mamaaaa"
"Apasihh!!" Iren ikut menoleh, meskipun undangan yang mereka gunakan adalah undangan online tapi tetap saja mereka harus kembali memastikan tamu yang diliat sudah dikirimi semua.
"Iniiii, Mamass maaf yaa!! Kita beneran mau ngundang keluarganya Kak Nana??"
Mahen terkekeh, ia faham kenapa adiknya bertanya seperti itu. Sudah pasti karena kejadian yang seharusnya tidak ia lihat beberapa waktu lalu, Chelsea pasti trauma dan sedikit takut kepada keluarga Nana.
"Diundang dong dedekkk, dateng enggak nya ya urusan mereka"
"Tapi mas, kalau nanti bikin ribut gimana?? Malu loh, untung kemarin cuma keluarga kita aja yg tahu, nanti kan dinikahan ada semuanya mas, bahkan keluarga yang kita gak pernah ketemu juga ada!"
"Chelseaa" Jazziel menegur pelan, "Gak boleh ngomong gitu"
"Mau gimana pun juga, keluarganya Kaka Nana nanti bakal jadi keluarga kita juga loh. Chel gak musti akrab sama semuanya kayak Chel akrab sama bunda kok, asal sama Kaka Nana Chel akrab, udah"
"Maafff" Chelsea cemberut, kemarin juga dia abis diomelin persis kayak gini sama Helia.
"It's okayyy"
"Dedek harus jaga sikap ya nanti!"
"Iya mamaaa"
"Good girl, abis ini kita jajan diluar!"
"Chelsea TEROSSSS"
Eh—! Ajisaka menatap mereka tak terima. Tapi yang ditatap hanya tertawa puas karena berhasil menimbulkan Ajisaka yang cemburu.
🥀___🥀
*Abis ini aku ngilang lima hari
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember me?
Fanfiction"Katanya cinta sedalam samudra" Nohyuck slight Markmin ⚠️ little angst with happy ending