07

1.5K 248 2
                                    

🥀___🥀




Range rover hitam itu tiba-tiba berhenti, terlihat sekali kalau seseorang dibalik kemudi sedang tergesa. Karena kondisinya memang sedang ramai, jadi gerak gerik mobil itu sangat diperhatikan. Seorang gadis turun dari mobil ganteng itu, rambut panjangnya dibiarkan tergerai bebas.

"Yang nelfon kak Helia siapa??"

Nana yang sedari tadi setengah mati ketakutan tiba-tiba dibuat terkejut karena Helia turun dari mobil range rover tersebut. Kalau dilihat dari stylenya, Helia sepertinya baru bangun tidur karena gadis itu masih memakai piyama serta wajahnya yang tidak memakai riasan apapun.

"Kalian gak apa??" Helia memeriksa satu persatu tubuh mereka bertiga, jelas sekali gadis itu khawatir. "Kok bisa gini?? Siapa yang nyetir??"

"Heh lo!!" Pemuda yang mobilnya Chelsea tabrak tadi tanpa basa-basi langsung mendorong baru Helia. "Lo kakaknya para bocah ini ya? Ganti rugi anjir liat noh mobil gue"

Helia mengikuti telunjuk pemuda yang tengah menujuk bemper belakang mobilnya, memang lecet. Tapi tidak terlalu parah karena sepertinya ditabrak dengan kecepatan sedang.

"Maaf ya mas, mobilnya biar saya anter ke bengkel langganan saya mas"

Niat baik Helia itu ditepis kasar oleh pemuda tersebut, "Lo mau ngakalin gue kan?? Sok bilang bawa ke bengkel trus nanti pas ke bangkel mobil gue makin dirusakin kan?? Halah, miskin banyak gaya. Ada aja idenya!!"

"Mas!!" Helia menyambut kalimatnya berang. "Adik-adik saya ini gak sengaja loh, saya juga bersedia ganti rugi dan minta maaf.  Kok masnya malah ngotot gini??"

"Gue mau duit cash aja, biar gue aja yang ke bengkel. Lima puluh juta, sini!!"

"Woahh, gilaa" Nana, Chelsea dan Aji nyeletuk bersamaan. Tidak habis pikir kalau mereka akan berhadapan dengan orang seperti ini. Untungnya drama itu tidak berlangsung lama karena tanpa basa-basi Helia langsung mentransfer uang yang diminta pemuda itu. Helia tidak suka ribut dengan orang bodoh.

"Sekarang bilang, siapa yang bawa mobilnya??" Setelah pemuda tadi pergi, Helia tak langsung membawa mereka bertiga pulang. Ia berdiri didepan Nana, Chelsea, dan Aji sambil berkacak pinggang.

Perlahan Chelsea mengangkat tangannya.

"Kakak, tolong jangan bilangin Abang ya??" Sungguh, alasan mereka meminta bantuan kepada Helia adalah agar abang-abang mereka tidak tahu. Padahal Aji dan Chelsea bisa saja langsung menelfon Jazziel atau Mahen terlebih dimobil itu ada Nana. Tapi mereka masih sayang nyawa.

"Haduhh Chelll, kamu nih ada-ada aja" Ingin rasanya Helia menjambak rambutnya sendiri, ia semalaman begadang dan baru bisa tidur pagi tadi. Tapi telfon Aji tiba-tiba mengejutkannya apalagi anak itu bilang kalau mereka kecelakaan.

"Yaudah, masuk mobil sekarang. Ini mobil biar dibawa ke bengkel dulu. Kita pulang!!"

Dengan kepala tertunduk ketiganya masuk kedalam mobil mengikuti Helia.

"Na, kedepan"

"Iyaa kak"





🥀____🥀

Apartemen Helia cukup luas, tidak kaget sebenarnya karena kalau dilihat secara seksama finansial Helia sangat mapan. Selain terpesona dengan unit apartemen Helia, ketiganya juga dibuat terkejut karena ada satu wanita yang menyambut mereka khawatir. 

"Ini bundanya kakak" Ucap Helia menjawab pertanyaan tak tersampaikan dari ketiganya. "Bun, ini Chelsea sama Aji adeknya Jazz, kalau ini Nana pacarnya Mahen"

"Astagaaaa" Daniella berjalan menuju ketiganya dan memeluk mereka satu persatu sambil memeriksa badan mereka. "Kalian gak kenapa-napa kan? Ada yang luka? Sudah makan belum?"

"Kita semua aman tante" Selaku yang paling tertua, Nana angkat bicara untuk mewakili yang lain. "Chel cuma nabrak, bukan tabrakan. Cuma kita panik banget tadi makanya bingung banget sampe akhirnya mutusin buat nelfon kak Lia"

Daniella mengangguk, "Bagus, keputusan yang bagus banget kalian nelfon Lia. Sekarang duduk dulu disini ya, tante siapin makanan buat kalian". Daniella beranjak dari duduknya untuk menyiapkan makanan. Tersisa mereka berempat diruang tamu apartemen Helia.

Tidak ada yang bersuara, semuanya diam sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sebenarnya mereka masih sangat terkejut dengan kejadian beberapa saat lalu. Tidak ada yang celaka memang, tapi tetap saja Chelsea paling merasa bersalah disini apalagi ia mengambil mobil nganggur dari garasi itu tanpa izin terlebih dahulu. 

"Kamu tahu kan Chel kalau kakak pasti bilang sama abang?? Kak Nana juga pasti bakal cerita sama Mamas. Siap kamu sama konsekuensinya??" Bukannya mau menjadi tukang adu, tapi urusan Chelsea itu juga urusan keluarganya. Helia tidak berani untuk membohongi mereka karena itu sama saja seperti menunjukkan keburukannya didepan keluarga Jazz.

Chelsea mengangguk pasrah, tidak apa. Yang penting ia tidak akan diomeli didepan umum. Para abangnya pasti akan memarahinya ditempat kejadian kalau mereka yang datang, maka dari itu baik dia maupun Aji tidak ada yang berani menelfon. Sejujurnya, sebagai orang pertama yang dihubungi si kembar Helia sedikit tersentuh. Ia sudah sangat dipercaya oleh calon adik iparnya.

"Na...."

"Ya kak??"

"Lain kali jangan iya-iya aja kalau Chel ajakin agak melenceng"

Aaaah, Nana menggaruk telinganya yang sama sekali tidak gatal itu. Baru menyadari kalau dirinya sedikit bodoh. "Iya kak. Aku kaget aja tadi dia tiba-tiba muncul dikampus. Mana langsung masuk area taman lagi. Karena panik makanya aku gak mikir dua kali dan langsung masuk mobil" Suara Nana sedikit bergetar, rasanya seperti Helia saat ini sedang menyidangnya.

"Astaga Chell, untung kamu gak dikejar satpam"

"Kan aku gak tauuuuu. Kak Hell udah donggg, takut akuuu"

Ssshhhhhh, Helia pasrah.






🥀___🥀

Remember me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang