🥀___🥀
Nana mengikuti semua nasehat Mahen ketika mereka memutuskan untuk kembali merajut kasih, meskipun berat tapi ia juga tidak bisa berbuat banyak. Kata Mahen, kalau tidak mau dibenci oleh Helia maka satu-satunya jalan adalah tidak ikut campur dalam urusan keluarganya dengan Helia, dan Nana benar-benar melakukan itu. Bukannya ia tidak tahu tentang pertemuan ibunya dan Helia serta Jayden dan Daniella, sekali lagi Nana memutuskan untuk tidak ikut campur.
"Jaga diri disini ya sayang" Nana memejamkan matanya saat merasa tangan sang ayah mengelus rambutnya pelan. Sepertinya mereka menyerah, perjuangan untuk mendapat maaf dari Helia sudah berhenti.
"Ayah sama ibu juga hati-hati dijalan, titip salam sama adek-adek aku. Nanti kalau libur aku pulang"
Tya mengangguk, Nana sama sekali tidak membahas tentang kedatangan mereka dihari pernikahan Helia itu berarti putri mereka pun tidak ingin mereka hadir. Putri yang mereka besarkan dengan penuh kasih sayang pun tidak ada di pihak mereka saat ini, jelas sudah tidak ada yang bisa Jayden dan Tya banyak lakukan.
"Maafin ayah"
Nana tidak membalas kata maaf Jayden, gadis itu hanya tersenyum sembari melambaikan tangannya. Kalau biasanya Nana akan menunggu kedua orangtuanya masuk kedalam kereta dan baru pergi ketika kereta tersebut sudah tidak terlihat dipandangannya, maka kali ini tanpa menunggu lama Nana langsung berputar arah meninggalkan mereka, membuat Jayden dan Tya saling tatap dan saling menguatkan.
"Gak ada yang bisa kita lakuin lagi Jay"
Jayden mengangguk, meraih tangan Tya untuk ia genggam. "Maaf Ty, mungkin Helia benar. Kita bakal ngabisin sisa hidup kita sama penyesalan, gak dapat maaf dari Helia akan selalu menghantui kita sampai kita gak akan sanggup lagi buat hidup"
Tya mengeratkan genggaman tangan mereka. Entah karma seperti apa lagi yang akan mereka terima dimasa depan, tapi mereka sudah memutuskan untuk menghadapinya bersama.
"Ikhlas ya??"
Jayden terkekeh bersamaan dengan air matanya yang jatuh tanpa terkendali. Berat sudah pasti. Helia tahu cara balas dendam yang hebat, sukses dengan caranya sendiri, tanpa bantuan dari siapapun, lalu mengumpati ayahnya yang meninggalkannya dengan uang.
🥀___🥀
"Kamu yakin gak akan nyesel??"
Nyatanya, tidak hanya Nana yang mengantar kepergian kedua orangtuanya karena Helia dan Jazziel pun hadir disana, menyaksikan dari jauh.
"Sakit yang aku kasih sekarang gak setara sama sakit yang mereka kasih ke Bunda" Helia hari ini menggunakan pakaian serba hitam, dilengkapi dengan kacamata hitam yang juta bertengger manis menghiasinya hari ini. Mungkin sebagian orang memandangnya dengan tatapan aneh, orang gila mana yang memakai pakaian serba hitam disiang hari yang bahkan seperti mampu membakar kulit orang?? Hanya Helia.
Jazziel menatap sedih Helia, wanita ini jika dilihat dari luar begitu tangguh. Tidak seperti sebagian orang yang malah menjual cerita sedihnya, Helia berbuat sebaliknya. Kesedihan tersebut ia buat motivasi yang bahkan kini bisa mematikan ayahnya. Entah ajaran seperti apa yang Daniella tanamkan sehingga Helia bisa seketen ini.
"You don't wanna say goodbye??"
Helia menggeleng. "Dia ninggalin aku sama Bunda juga kayak gini. Gak ada ucapan selamat tinggal bahkan perasaan sedih aja aku gak tau"
"Lia....." Jazziel memegang kedua bahu gadis itu. "Kamu kesini mau ngapain jadinya??"
Helia tidak menjawab, gadis itu hanya melepaskan diri dari Jazziel dan bergerak maju beberapa langkah.
"Permisii" Gadis yang tadi sendirian cukup terkejut karena sapaan Helia.
"Kenapa mbak??"
"Ini" Helia memberikan dua tangkai bunga mawar kepada gadis tersebut. "Buat kamu"
Gadis itu menatap mawar itu dengan bingung, tapi tangannya tetap bergerak mengambil.
"Makasih ya mbak"
"KAESA!!"
"Eh, mbak. Saya duluan ya. Sekali lagi makasih bunganya" Helia tetap memperhatikan gadis yang berlalu itu, disebelahnya ada gadis lain yang mukanya mirip sekali.
"Na, ini hari apa sih?? Masa mbak-mbak tadi ngasi gue mawar. Putih sama merah lagi"
"Mungkin mbaknya mau buang sial"
"Dona!!!!!"
Helia terkekeh mendengar percakapan samar keduanya.
"Sayang?? Kenapa sih??"
"Mawar merah, sama mawar putih. Sama-sama lambang cinta kan??"
Jazziel mengangguk ragu.
"Kata orang, ayah itu cinta pertama anak gadisnya. Tapi Jazz, aku gak pernah ngerasain sosok ayah itu kayak gimana, mungkin bisa jadi ayah juga cinta pertama aku bisa jadi juga enggak. Karena keraguan itu, hari ini aku mutusin untuk ngelepas semuanya. Mawar tadi, lambang kalau aku mau ngelepas semua yang berhubungan dari aku dan ayah" Hanya itu yang Helia ucapkan sebelum gadis itu melangkah menuju arah keluar stasiun. Kalimat Helia mampu membuat Jazziel merinding.
Dari pakaian serba hitam sampai bunga mawar, itu berarti Helia menganggap bahwa hari ini, tepat ketika kereta yang membawa Jayden dan Tya pergi adalah hari pemakaman Jayden. Tidak akan ada harapan lagi karena selanjutnya, dihidup Helia, Jayden sudah mati.
🥀___🥀
Sorry baru bisa update. Beberapa hari kemarin aku kejar target kerjaan dan berujung tumbang wkwkwkwk
darah rendah lagi aku guys, tapi kali ini lebih kuat aja efeknya, sampe menggigil :)Menuju last part🚀🚀
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember me?
Fanfiction"Katanya cinta sedalam samudra" Nohyuck slight Markmin ⚠️ little angst with happy ending