🥀___🥀
"Kamu gak punya hati ya Helia!"
"Maaf??"
Helia rasa ini masih terlalu pagi untuk ribut dengan orang tidak jelas, ia baru saja sampai di kantornya dan posisinya pun baru sampai di lobby.
"Cantik, mapan, sukses, pintar, punya calon suami yang sederajat. Wow, kamu dipuja puji banget loh sama media, diapresiasi sama anak-anak muda Kwangya. Tapi pujian itu bakalan masih ada gak ya kalau mereka tahu, Helia yang cantik jelita ini gak mau nganggep ayahnya yang udah ngemis-ngemis minta maaf"
Helia memutar matanya malas, dia tahu kok kalau nanti dia pasti bakal ketemu sama wanita ini, tapi gak ngangka banget kalau ketemunya disini, dikantornya. Gadis itu melirik kesekitarnya karena orang-orang sudah mulai melirik kearah mereka, setelah Helia menangkap beberapa orang yang mengarah kamera ponselnya kearah metrka, barulah gadis itu tersenyum remeh.
"Tante mau apa? Eh, laki-laki itu udah kasih tahu belum kalau dua anak laki-laki Tante saya yang biayain sekolahnya"
"Laki-laki yang kamu maksud itu ayah kamu Helia!!"
"Saya gak punya ayah" Helia maju beberapa langkah, "Saya dilahirkan oleh bunda saya, saya dibesarkan hanya oleh bunda saya. Ada hak apa kalian tiba-tiba datang minta diakui??? Peran kalian penting dihidup saya??"
Tya menggeleng pelan, untung saja gadis didepannya ini bukanlah putrinya, karena kalau iya Tya pasti tidak akan tahan untuk tidak menamparnya. Semua kata yang dikeluarkan gadis itu tidak sopan, dan Tya benci itu.
"Kurang aja sekali kamu Lia, sadar nak. Kalau gak ada ayah kamu, kamu gak akan ada. Mau sejahat apapun dia, dia tetap ayah kamu. Kamu gak sepatutnya begitu sama ayah kamu Lia. Pamali nak, ada yang namanya mantan istri, tapi gak ada yang namanya mantan anak atau mantan ayah Lia. Sejelek-jeleknya dia, gak akan merubah fakta kalau dia ayah kamu"
Helia ingin sekali tertawa terbahak, tapi matanya tidak sengaja melihat kearah jam digital yang memang dipasang di lobby. Ia ingin, tapi ia tidak bisa terlalu lama meladeni wanita ini. Ia harus cepat karena ia punya hal yang lebih penting untuk dilakukan.
"Gitu ya Tante??" Ucapnya, ekspresinya sama sekali tidak berubah. Tetap memandang Tya rendah.
"Tapi Tante, harus banget nih saya ngikutin saran dari seseorang yang udah ngerenggut keutuhan keluarga saya?? Gak kaget sih Tante berani ketemu saya dan ngomongin ini secara langsung. Ya, apasih yang kita harepin dari perebut suami orang padahal sendirinya tahu si lelaki udah punya anak dan istri di kampung"
Helia tersenyum, langkahnya maju lagi untuk mengikis jarak mereka. Kedua tangannya terulur untuk menepuk bahu Tya, wajahnya ia buat semanis mungkin.
"Nasehatnya disimpen buat nanti aja ya, Tante punya anak cewek juga loh. Sekedar info aja nih, karma is real Tante" Helia berbisik diakhir kalimatnya, setelah itu ia meninggalkan Tya yang kini mengepalkan tangannya erat, ditambah bisik-bisik orang di lobby yang satu dua orang dapat ia dengar. Tya benar-benar merasa kalau dirinya dipermalukan kini.
🥀___🥀
Kalau Tya berani mengunjungi Helia ditempat gadis itu bekerja, maka Jayden pun sama gilanya. Lelaki itu datang dan memencet bell apartment Helia. Daniella yang membukanya setengah terkejut karena Jayden langsung berlutut.
"Kita bukan lagi suami istri Jay" Ucap Daniella. Maksudnya adalah, Jayden tidak perlu meminta maaf kepadanya karena mereka memang sudah tidak memiliki hubungan apapun. Satu-satunya orang yang punya hubungan dengan Jayden adalah Helia, itupun kalau Helia mau mengakui.
"Aku mohon" Jayden semakin menunduk, membuatnya hampir seperti bersujud kepada Daniella. "Aku cuma perlu satu kata maaf El, aku gak mau ninggalin kota ini tanpa maaf dari putri aku. Aku gak mau dihantui sama bayang-bayang kesalahan El"
Daniella menggeleng, keputusannya tetap sama. Ia sama sekali tidak punya hak untuk mewakili ataupun membujuk Helia agar gadis itu membenci ayahnya.
"El, aku tahu kamu di balik semua ini. Helia tumbuh cuma sama kamu, aku yakin kebenciannya sama ayahnya karena kamu yang cerita. Kamu yang mupuk rasa benci Helia ke aku, dan cuma kamu yang bisa bikin dia buat gak benci sama aku"
Daniella yang tadinya hendak luluh, langsung menatap Jayden murka.
"Demi tuhan aku sama sekali gak ada menghasut Helia. Aku gak pernah ceritain yang jelek-jelek tentang kamu, tapi anak kamu itu pinter Jay. Dia tahu mana yang bener dan mana yang salah. Begitu Helia masuk diumur dimana dia udah bisa menilai, disitu dia stop nanyain kamu. Kamu gak usah sembarangan bicara!"
Tidak cukup kah Jayden meninggalkan mereka?? Lelaki itu malah menuduh Daniella melakukan hal memalukan sekarang.
"Sekarang kamu pergi dari sini. Soal maaf Helia, aku berharap kamu gak akan pernah dapetin itu. Jangan pernah hidup tenang Jay, kamu belum dapat maaf dari putri mu. Aku bersumpah sisa hidup kamu cuma diisi dengan kesengsaraan yang gak ada bahagianya. Demi Tuhan!"
Detik itu pula Daniella langsung menutup pintu apartemen mereka. Wanita itu tidak langsung pergi karena tubuh lemasnya bersandar dipintu dan perlahan turun. Begitu posisi sudah terduduk dilantai, tangisnya langsung pecah. Hatinya hancur.
Lelaki yang dulu pernah ia cintai dengan sangat, kini menjadi lelaki yang menghancurkan hatinya dengan hebat.
🥀___🥀
Aku bohonkkk wakakakakakka
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember me?
Fanfiction"Katanya cinta sedalam samudra" Nohyuck slight Markmin ⚠️ little angst with happy ending