11

1.4K 239 10
                                    


🥀___🥀

"Aayaaangggg" Nana berlari menghampiri Mahen, tidak perduli orang disekitar mereka memperhatikan, Nana hanya ingin segera memeluk kekasihnya itu.

"Ada apa sihhh, ahahaa" Mahen tertawa, masalahnya Nana itu bukan tipe yang mau bermesraan didepan umum. Tapi hari ini pacarnya itu tiba-tiba berlari dan memeluknya ditengah taman seperti ini.
Keduanya memang janjian ketemu di satu titik saja, agar Mahen tidak perlu berkendara terlalu jauh.

"Aku seneng banget" Ucap Nama sembari melepaskan pelukannya. "Kata kak Lia, abis sidang aku bisa mulai magang di kantornya dia"

Mahen memasang wajah terkejut meskipun sebenarnya dia sudah tahu dari dua hari yang lalu, "Woah?? Keren banget pacar akuu" tangannya terulur mengelus rambut Nana. Gadis itu diam saja tanpa protes.

"Abis kak Lia ngomong gitu, aku coba search tuh tentang kantornya kak Lia. Ternyata dia kerja memang punya bawahan ya. MAKSUD AKU!! Kak Lia kan kerja di instansi orang, tapi staff yang kerja sama kak Lia tetap orang-orang pilihan dia"

"Iya, memang gitu kebanyakan. Makanya bisa seenak hati milih intern. Semoga kamu betah ya magang di sana, instansi nya Helia itu cukup terkenal jadi kalau kamu punya jejak disana, kayak kamu udah pegang satu poin"

Nana mengangguk, kalimat Mahen sama persis dengan apa yang ia baca di google. Ia jadi merinding, dunia kerja apa sekeras itu??

"Ohiya sayangg" Nana merogoh tasnya dan memberikan satu baju yang masih terlipat rapi didalam plastik kepada Mahen. "Ini nanti pakai pas wisuda aku ya, kembaran nih bareng ayah sama dua adek aku. Ngasinya emang lebih awal soalnya aku juga niat wisuda gelombang pertama. Mumpung ada duitnya jadi aku nyicil dari sekarang"

"Makasih sayanggg"

Yang Nana suka dari Mahendra ini adalah, pacarnya itu tidak pernah memperlihatkan raut kecewa kepadanya, Mahen cenderung akan menghargai apa yang ia berikan meskipun Nana yakin sekali kalau Mahen punya yang lebih mahal daripada seperti yang ia beri.
Didalam keadaan apapun, kata dan kalimat Mahen tidak ada yang pernah menyakiti hatinya.

Itu adalah salah satu dari sekian alasan Nana mencintai Mahen. Lelaki yang benar-benar menerima Nana apa adanya.





🥀___🥀







Siapa yang punya pengalaman malu kalau disuruh berbicara didepan kelas?? Yang berbondong-bondong mendorong temannya agar maju supaya guru tidak perlu menunjuk secara acak. Rasanya hampir setengah dari kita pernah merasakan hal tersebut. Tapi kali ini berbeda, hampir semua anak didalam kelas kecil itu angkat tangan, yang akhirnya mengharuskan Helia menunjuk salah satu dari mereka untuk maju terlebih dahulu.

"Semuanya tenang dulu ya, biar Ainun yang mulai cerita hari ini okey?? Semuanya kebagian kokk" Helia memberikan gesture untuk diam ke anak-anak yang menggerutu karena tidak ditunjuk untuk bercerita paling pertama.

"Ibuuu, tapi aku duluan yang angkat tangan daripada Ainun!!"

"Sstttt" Helia meletakkan telunjukkan didepan bibir, "Ainun, yuk mulai nak"

Ainun yang tadinya menatap Helia ragu langsung tersenyum lembut. Helia adalah guru baru yang sangat mereka sukai karena setiap kehadirannya pasti akan membawa bingkisan besar untuk mereka.


"Aku, mau cerita tentang bapak" Ucap Ainun, meskipun sudah reda tapi anak yang mungkin berusia enam tahun itu masih menyimpan sedikit keraguan.

"Woahh, hebat!!" Helia mengangkat dua jempolnya. "Okey anak-anak, hari ini kita bakal dengar cerita tentang bapaknya Ainun nih. Ibu udah gak sabar banget mau denger, yuk nak dimulai"

Ainun mengangguk, anak itu sekali lagi menoleh untuk memastikan Ibu guru favouritenya sudah duduk dengan nyaman.


"Bapak aku, bapak paling hebat didunia. Kemarin aku bilang kalau aku penasaran rasa ayam yang dibungkus seperti di tv itu seperti apa. Tapi kata bapak, harganya lebih mahal hanya untuk sepotong. Akhirnya hari itu bapak beli ayam setengah kilo dan minta mamak untuk goreng ayamnya pakai tepung" Ainun bercerita dengan matanya yang berbinar.

"Baiknya bapak gak sampai disitu, bapak juga pernah lagi kerja jauh langsung pulang pas dengar aku sakit. Bapak selalu benerin mainan ku, bapak juga bilang kalau nilai ku seratus aku bisa cium bapak, makanya aku berusaha keras belajar biar bisa dicium bapak. Aku ngerasa kalau bapak ku, sayang sekali sama aku. Ibu Helia, udah cerita ku cuma sampai disitu"

Ainun langsung duduk ke tempat duduknya, dan Helia bergerak untuk kembali mengambil alih kelas.

"Ainun beruntung punya bapak yang baik. Disini, siapa lagi yang bapaknya baikk???"

Semua anak disana angkat tangan.

"Ibu Helia, bapak aku tiap pulang kerja selalu bawain aku pisang goreng"

"Ibu, bapak tiap abis pertemuan bingkisannya selalu dibawa pulang"

"Ibu, kemarin aku sekeluarga diajak ayah main ke pasar malam. Gak main sih, cuma liat-liat aja. Tapi aku senanggg"

Masih banyak lagi celetukan-celetukan anak-anak yang menceritakan moment mereka dengan sang bapak meskipun Helia belum menunjuk mereka untuk bercerita. Helia tidak marah karena anak-anak tersebut tidak mengikuti peraturannya untuk berbicara secara teratur, sebaliknya ia malah tersenyum hangat.

Didalam hati Helia bersyukur sekali karena anak-anak ini punya orangtua yang lengkap dan sosok ayah yang baik. Helia yakin, seluruh anak yang ada dikelas ini pasti cinta pertamanya adalah ayah mereka.

Yang Helia syukuri, anak-anak ini tidak akan tumbuh seperti dirinya. Mereka tidak akan kehilangan sosok ayah seperti Helia yang bahkan tidak pernah tahu rasa punya ayah itu seperti apa.






🥀___🥀



Kayaknya aku gak jago bikin tebak-tebakan, jadi pasti kalian udah bisa ngumpulin ayahnya Helia tuh siapa

Remember me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang