🥀___🥀
"Mbak......." Iren cepat berdiri untuk mengamankan Daniella, wajah wanita itu sudah memerah dan nafasnya tidak beraturan. Emosinya kembali lagi saat melihat Jayden sudah duduk dengana anteng diruang tamu keluarga Widianto. Untungnya kali ini Daniella sudah lebih pintar mengontrol amarahnya, ia tidak ingin membuat Helia kehilangan muka didepan calon mertuanya.
"Ma..." Helia ikut serta bersama Iren dan Daniella, menolak untuk duduk berdekatan dengan Jayden. Iren menatap iba Helia, tangannya terulur mengelus lengan gadis itu.
"Seumur-umur—" Ucap Jayden mengalihkan perhatian mereka, "—Saya tidak pernah mengharapkan hal buruk terjadi kepada putra putri saya. Saya sudah memiliki kesalahan besar kepada Helia, saya menelantarkannya. Dengan alasan mencari uang saya pergi dan tidak kembali lagi setelah usia Helia satu tahun lebih. Kasih sayang yang saja miliki untuk Helia, sama besarnya seperti saya menyayangi Natasha"
Helia mengalihkan pandangannya ketika air matanya menetes. Hatinya sakit ketika mendengar kalimat sayang yang Jayden ucapkan. Jazziel disampingnya menggenggam tangannya erat, menyalurkan seluruh kekuatan yang ia punya.
"Bisa dibilang saya menghancurkan masa kecil Helia, dan saya tidak ingin lagi menghancurkan apa yang sudah ia susun untuk masa depan. Tapi saya disini bukan untuk itu, saya disini untuk berbicara tentang Natasha"
Iren memejamkan matanya kesal, seolah ia mengetahui apa yang akan Jayden ucapkan selanjutnya.
"Maksud ka—"
"Bunda....." Helia menggeleng, ia tidak mau mencoba menghentikan ayahnya mengatakan apapun. Ia ingin melihat, sejauh apa yang akan ayahnya katakan.
"Om" Mahen berjalan ketengah ruangan, pemuda itu terlihat lebih segar dengan rambutnya yang sudah tidak gondrong lagi. "Kalau ini tentang hubungan aku sama Nana, aku gak masalah. Meskipun Nana gak mengakhiri hubungan kami sekalipun, aku bakal ikhlasin semuanya. Jazziel sama Helia berhak bahagia, Helia—"
"Natasha bukan anak kandung saya!!"
/BRUK/
Semua yang ada di ruangan itu terkejut karena Nana yang terduduk tepat didepan pintu. Tya menyusul dibelakangnya.
"Naa...." Helia berlari untuk membantu Nana berdiri.
"Aku apa Yah??" Ucap Nana lirih, kakinya sama sekali tidak bisa digerakkan. Keterkejutan Nana sama dengan keterkejutan seluruh anggota Widianto serta Daniella. Mereka tidak menyangka kalimat itu yang akan Jayden keluarkan.
"Helia Jazziel, Mahen Natasha. Semuanya bisa bersatu bersama. Helia sama Natasha sama sekali gak ada hubungan darah, Helia anak kandung saya sedangkan Natasha bu—"
"AYAH!!!"
"JAYDEN!!!!"
Jayden memejamkan matanya, kepalanya semakin menunduk. Kalau keadaan tidak memaksa, ia pun tidak ingin bilang kalau Nana itu bukan anak kandungnya, karena sungguh, Nana sudah seperti darah dagingnya sendiri.
"Saya sudah menghancurkan satu kehidupan putri saya, dan saya tidak ingin hidup putri saya yang lain ikut hancur" Jayden memberanikan diri menatap Nana. "Na, ayah sayang sama kamu. Kamu gak perlu ngalah nak, kamu sama Mahen tetap bis—"
"AYAH ngerti gak sihhh!!!" Nana berteriak frustasi. Sedari tadi ayahnya hanya memusatkan tujuan pada Nana dan Mahen yang bisa bersatu, tapi ia seperti melupakan hal yang jauh membuat hati Nana sakit.
"Ayah bukan ayah kandung aku??" Ucap Nana lirih, hatinya benar-benar sakit. Kepalanya ribut. Ia langsung percaya karena pria aneh yang ia temui distasiun tadi yang tiba-tiba mengaku sebagai ayah kandungnya. Rasanya Nana ingin tertawa terbahak, hidupnya begitu lucu.
"Sekarang aku udah gak perduli aku bisa apa enggak nyatu sama Mahen, yang aku perduliin cuma aku yang bukan anak ayah!!" Ucap Nana lagi dan setelah itu ia berlari kencang meninggalkan rumah.
"Biar Mahen aja Bu" Mahen menghentikan Tya yang hendak menyusul Nana. Itu adalah pilihan yang tepat karena untuk saat ini Nana memang sama sekali tidak membutuhkan ibu ataupun ayah berada didekatnya.
Sekali lagi keluarga Widianto mengetahui perihal yang tidak seharusnya mereka ketahui.
🥀___🥀
"Mama sama Bunda gimana??"
"Udah tidur" Jawab Helia, langkahnya lurus menuju balkon kamar Jazziel yang menghadap kebelakang rumah. Jazziel menyusul dengan langkah pelan karena ia ingin menikmati punggung Helia lebih lama. Punggung yang menanggung beban berat sendirian.
"Kamu udah tahu semuanya??"
Helia mengangguk sebagai jawaban.
"Kamu gak bilang aku??"
"Bukan hak aku Jazz. Aku bukan siapa-siapa, sama sekali bukan urusan aku untuk ikut campur. Ini masalah mereka, om Yuda sendiri yang ngasi tau aku kalau aku gak perlu ikut campur meskipun aku anaknya Jayden.
Jazziel jelas mengetahui siapa itu pak Yuda, lelaki itu adalah CEO agensi konsultan tempat Helia bekerja. Entah bagaimana ceritanya mereka bisa saling mengetahui kehidupan masing-masing, Jazziel ingin bertanya tapi ia tahu Helia pasti tidak mau menjawab.
"Semuanya berantakan ya..."
"Apa kita tunda aja pernikahan kita???" Jazziel diam, sama sekali tidak ingin menjawab pertanyaan Helia.
"Meskipun masih lama, tapi aku ngerasa gak etis kalau kita nikah disaat kayak gini Jazz. Keluarga aku lagi berantakan banget, keluarga kamu juga pasti sama apalagi kamu dan Mahen terlibat disini. Aku cuma mau pas kita nikah, semua orang bahagia"
Jazziel memutar tubuhnya dan melangkah masuk kedalam kamar.
"Jazz"
"Terserah kamu deh Ya, aku juga gak bakal kamu dengerin kan?? Perasaan aku juga kamu gak perduli, yang penting semuanya dingin dulu kan??"
"Jazz, gak gitu maksud aku"
"Aku capek ya, besok ada bistrip. Aku tidur dulu"
Helia menatap Jazziel yang mengambil posisi berbaring memunggunginya.
Kenapa jadi gini sihh!!
🥀___🥀
1st day period is sucks!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember me?
Fanfiction"Katanya cinta sedalam samudra" Nohyuck slight Markmin ⚠️ little angst with happy ending