17

1.4K 228 11
                                    


🥀___🥀

"Kenapa??"

Nana berjalan mendekati Mahen dan Helia, terasa ketegangan antara keduanya, dibelakang Nana ada Jazziel yang ikut menyimak dalam diam. Mereka sudah siap-siap ingin pulang. Ayah, ibu dan adik-adik Nana sudah diarahkan untuk kembali masuk kedalam mobil, hanya tersisa mereka berempat diluar.

"Naa" Helia cepat merubah ekspresi wajahnya, bagaimana pun juga, Nana sedang berbahagia hari ini dan ia tidak mau menjadi benalu dengan merusak hari itu. "Aku gak ikut pulang ya? Aku masih ada kerjaan nih" Helia pura-pura melirik jam tangannya.

"Yaaah" Nana cemberut, padahal dia pengen ibu sama ayahnya banyak ngobrol sama Helia, soalnya Helia tuh benar-benar bisa jadi panutan dan mungkin juga Helia bisa sedikit meyakinkan orangtuanya kalau Nana gak harus kuliah sesuai dengan jurusan yang ia tempuh.

"Yaudah deh, tapi nanti malem jadi kan???"

"Jadi kok, jadii!!" Helia mengangguk meyakinkan, malam nanti mereka ada acara double date kedua. Kalau yang pertama mereka sambil icip-icip katering, maka nanti malam mereka akan survei souvernir.

"Yuk sayang" Jazziel merangkul Helia, meskipun dia masih sedikit bingung dengan keadaan sekarang tapi dia tahu kalau Helia sedang butuh pertolongan.

"Duluan ya, byee Naaa" Helia melambai seiring dengan langkahnya yang mulai menjauh. Untungnya Jazziel parkir mobil tidak jauh dengan mobil rombongan Mahen dari rumah, jadi mereka tidak perlu berjalan terlalu lama.

"Kamu cuti ay" Ucap Jazziel saat mereka sudah masuk kedalam mobil.

"Iya" Jawab Helia seadanya, ia masih belum tahu harus merangkai kalimat seperti apa untuk menjelaskannya ke Jazziel. "Kita pulang dulu boleh gak?? Nanti aku jelasin di appart aku"

Jazziel tidak banyak membantah karena kasihan juga melihat pacarnya yang sekarang sudah memijat keningnya sendiri. Sepertinya energi Helia benar-benar terkuras padahal satu hari pun belum selesai.


"Ayy, ada chat dari Bunda tuh"

"Tolong bacain Jazz, aku pusing banget"

Jazziel melirik sebentar, "Katanya Bunda kerumah aku, Mama minta bantu masak buat ngejamu orangtuanya Nana, Maaf Bunda baru ngabarin karna dari tadi sibuk dan gak sempet pegang hp"

"Putar balik!!!"

"Sayang, makin jauh loh ini"

"PUTAR BALIK JAZZIEL!!!!!"





🥀___🥀





"Selamat ya Nana calon mantu Mama yang cantikk" Nana yang dipeluk Iren langsung tersenyum lebar karena wanita itu sudah mulai memanggil dirinya 'Mama', padahal tadi pagi Iren masih menyebut dirinya sendiri dengan sebutan 'tante'.

"Makasih tante"

"Mama dongg"

"Iya, Mamaa"

Tawa langsung mengisi ruang tamu, suasana menjadi haru karena prosesnya disaksikan oleh semua orang, tidak seperti Helia yang hanya berdua dengan Iren waktu itu.

"Kalian langsung pulang ya??"

Tya mengangguk, "Kami langsung pulang bu, gak enak juga lama-lama. Nanti deh kalau mau lama, pas Nana wisuda"

"Nanti kalau Nana wisuda, kalian nginep disini lagi yaa??"

"Gampang deh itu ibuu"

"Ohiya Na, Helia sama Jazz gak dateng??"

"Dateng kok, kakak katanya langsung ke kantor soalnya masih ada kerjaan"

Iren mengernyit, wajahnya langsung bingung yang membuat Nana ikutan bingung.

"Pa, Lia bukannya ambil cuti ya buat liat Nana sidang??"

"Lho, emang gak jadi??" Surya menatap Nana yang juga menatap mereka, perlahan Nana menggeleng. Ia belum mengerti suasana.

"Gak kaget orang sibuk Ma" Ucap Mahen menengahi. "Jangan deh jauh-jauh ke Lia, tuh si papa aja meskipun cuti masiiih aja sibuk ditelfonin"

Iren mengangguk, benar juga. Helia itu sibuk banget, makanya dia pengen nanya nanti kalau sudah nikah bagaimana, tapi pertanyaan itu tidak pernah keluar dari mulut Iren karena takut Helia akan tersindir.


"Eh, sebelum pulang kita makan dulu yuk. Aku udah nyiapin makanan spesial dibantu sama Bundanya Helia. Dijamin enak!!" Iren menarik Tya untuk berjalan bersamaan dengannya menuju dapur. Para bapak-bapak biarlah menyusul dibelakang.


"Itu artinya nanti si Jazziel bakal langkahi Mahen ya Bu??" Tanya Tya.

"Iya" Iren mengangguk pelan, "Gak apa lah, dari segi kesiapan juga mereka berdua beda jauh. Meskipun anak kedua, tapi Jazziel tuh udah siap berkeluarga. Si Mahen mah belum, tapi kalau anaknya mau juga gak apa, nanti tinggal kita nikahin"


"Jangan duluu" Tya menyela pelan, "Biarin ngerasain kerja dulu setahun atau dua tahun, abis itu baru bebas. Ehh Bu, maaf nih repot-repot" Tya menyambung kalimatnya dengan sapaan tidak enak kepada Daniella, wanita itu juga mengambil pelan piring-piring yang hendak Daniella susun tadi.

"Gak repot padahal" Ucap Daniella santai, ketiganya terkekeh.


"––– Ya begitulah hidup sekarang, makanya anak-anak bujang tuh aku ajak patungan beli kebun sawin, puji tuhan sekarang muatan gudangnya sudah besar. Meskipun gak mampu bersaing dengan perusahaan besar, tapi cukuplah"

Para bapak-bapak serta Nana dan Mahen muncul didapur dengan obrolan mereka masing-masing. Membuat para ibu-ibu yang sibuk cekikikan tadi menoleh bersamaan.


/Prang/


"Jeng? Kenapa??" Iren panik, piring yang dipegang Daniella jatuh, dan Iren yakin pecahannya ada yang menancap di kaki Daniella karena ada darah di lantai.


Daniella tidak menjawab pertanyaan Iren, wanita itu berjalan pelan mendekati Surya dan Jayden, membuat semua orang menatapnya bingung.


"Lelaki biadab" Bisiknya saat dirinya sudah berada tepat didepan Jayden.

"Maaf?? Maks–––"

/PLAK/

"Ayah!!!"

"BUNDAAAA!!"





🥀___🥀

Remember me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang