Part 11

4.2K 191 3
                                    

"Katanya lapar pak?" Tanyaku kepada Pak jagat. Saat ini aku sedang dirumah Mami, tak lama setelah asik chatan dengan Pak Jagat aku buru buru mengajak Kaisar untuk pulang. Kaisar mengantarku, aku menolak mentah mentah tapi dia memaksa. Untungnya Kaisar tidak mampir, karna mungkin pikirnya sedang banyak tamu dirumah Mami yang dibuktikan dengan banyaknya mobil parkir dihalaman rumah Mami.

Aku mengetahui salah satunya, mobil BMW hitam milik Pak Jagat.

Aku juga hapal nomor platnya, kuhapalkan karna untuk jaga jaga aku bisa mencuri dan menjual mobilnya disaat dia bersikap menyebalkan.

"Sudah kenyang" Balasnya acuh tak acuh.

Pak Jagat marah saat aku sedari tadi mengabaikannya dan asik bercengkrama dengan Mas Banyu, sepupuku. Rupanya mobil lain yang terparkir dihalaman rumah Mami adalah mobil Mas Banyu dan Budhe Gayatri.

Mas Banyu mengejekku habis habisan saat mengetahui suamiku adalah dosenku sendiri. Memang Mas Banyu tak mengetahui dan mengenal Pak Jagat karna Mas Banyu tak menghadiri resepsi pernikahanku. Saat itu Mas Banyu sedang menempuh S2 di Jepang.

"Tadi sambat lapar" ucapku mengejek.

Pak Jagat menatapku datar, "Senang kamu melihat saya kelaparan?" Tanyanya sinis.

Ugh, sinisnya mulai keluar.

"Loh kan Bapak menantu kesayangan Mami. Anggap aja rumah sendiri lah Pak" ucapku kembali mengejeknya.

"Dan kamu anak yang susah diatur"

Kali ini aku tertawa keras.

"Kamu tuh suka berubah ya Nay, kadang menyebalkan kadang juga sangat menyebalkan"

Aku merengut, "Apa bedanya?!" Tanyaku galak

Pak jagat hanya tersenyum, "Banyu itu adik tingkat saya" Pak Banyu kembali bersuara ditengah keheningan yang tercipta.

"Memang Bapak kuliah di ITB?" Tanyaku tak menyangka, kukira Pak Banyu akan kuliah dikampus milik keluarganya

"Saya S1 dan S2 di ITB nay"

"Wah sombong" ucapku sambil bertepuk tangan. "Tapi kok Mas Banyu ga kenal tuh sama Bapak?"tanyaku kemudian.

Pak Jagat menyilangkan kakinya dan mengambil remot TV, "Ini kenapa saluran Tv isinya iklan semua" Pak Jagat bersuara pelan atau lebih tepatnya mendumel.

"Banyu itu temannya adik mantan pacar saya"

Hah?

Temannya adik mantan pacar.

Gimana sih? Kok belibet.

"Temennya Mas Banyu adiknya mantan pacar Bapak?" Tanyaku  memastikan.

Berarti Mas Banyu punya teman dan temannya itu punya kakak, dan kakaknya adalah mantan pacar pak Jagat. Oh begitu.

Sekilas tentang Mas Banyu, Mas Banyu itu lulusan teknik sipil ITB yang saat ini bekerja diperusahaan kontraktor ternama. Setauku sih jabatannya udah tinggi, terbukti dari gajinya yang udah oke. Mami pernah cerita Mas Banyu udah punya rumah dan apartemen sendiri, mobilnya juga gonta ganti. Mas Banyu itu narsis abis menurutku, makanya sampai saat ini masi jomblo.

"Iya temannya adik mantan pacar saya. Saya beberapa kali bertemu dengan Banyu karna Banyu sering main kerumah mantan pacar saya" Pak Jagat berkata sambil fokus mengganti channel Tv.

"Oh" responku singkat, "Bapak dulu sering ya main kerumah rumah mantan pacar bapak?" Tanyaku penasaran.

Sumpan cuma penasaran, ga bermaksud lain.

"Enggak." Balasnya singkat, kemudian meletakan remot Tv setelah siaran berganti dengan siaran berita. "Dulu dia juga satu dosen bimbingan sama saya. Jadi beberapa kali kita kerja kelompok bareng. Jugaan berame rame." Jelasnya kemudian.

"Kalau kamu nay?" Tanya Pak Jagat sambil menengokan kepalanya kearahku.

"A-apa?" Posisinya yang berubah dengan mendadak membuatku ikutan mendadak pusing, bayangkan hidungnya nyaris menyentuh pipiku. Tadi aku memang sedang mencondongkan badan kearah Pak Jagat,karna bermaksud mengambil remote Tv dan berencara menjahili Pak Jagat dengan mengganti channel Tvnya.

Namun ternyata aku yang merasa terjahili.

Dengan hati hati aku memundurkan tubuh dan menyenderkan bahuku ke sofa yang sedang kami duduki. Saat ini kami memang sedang berdua, aku tak tahu yang lain kemana. Yang kutahu Budhe Gayatri dan Eyang lagi dikamar Mami dan Mas Banyu yang izin keluar rumah untuk menerima panggilan telepon.

"Kamu sering main kerumah mantan pacar kamu?" Pak Jagat menjawab pertanyaanku dengan santai, kemudian mengikutiku menyenderkan badannya kesofa.

"Aku gapunya mantan pacar"Jawabku cepat, aku kembali menegakkan tubuhku dan memutuskan untuk duduk dengan sopan saat aku menyadari detak jantungku berubah dengan cepat. Jujur saja aku takut Pak Jagat memdengar detak jantung yang terdegap kencang. Aku juga tak tahu kenapa tiba tiba aku deg degan sih?

Pak Jagat lagi lagi mengikutiku, "Kamu kenapa sih gerak sana gerak sini" ucapnya mengarahku

"Bapak yang kenapa dari tadi mengikuti saya" jawabku cepat. 

"Oh" katanya sedikit salah tingkah, lalu menggeser tubuhnya sedikit menjauhiku. "Saya terbawa suasana ketika mendengar orang bercerita saya cenderung mencari posisi yang nyaman untuk mendengarkan lawab bicaranya saya."

Aku berdehem canggung, mengambil air minum dimeja dengan cepat lalu meneguknya.

Nyaman ya katanya?

Dia nyaman mendengarkan ku bercerita?

"Nay"

Aku menoleh kearah Pak Jagat, setelah selesei menaruh kembali gelas dimeja.  Sambil menunggu Pak Jagat melanjutkan ucapannya. Ngomong ngomong aku merasa aneh banget hari ini, kenapa ya kerasa asik banget ngobrol atau ngechat Pak Jagat. Biasanya boro boro mau ngobrol, liat mukanya aja udah males.

"Itu gelas saya" lanjut Pak Jagat

What the fuck!

Sumpah aku malu banget.

Aku bergerak gelisah sambil mengedarkan pandangan kemana saja asal tidak menatap Pak Jagat.

Baru kali ini aku bingung membedakan tingkah yang malu dengan salah tingkah.

Lagian kenapa sih aku ceroboh banget, juga kenapa pertahanan diriku lemah.

Ayo Naya... stay cool.

Jangan lemah.

"Gapapa nay, saya juga belum meminumnya" ucap Pak Jagat menyakinkanku. Padahal aku tahu dia berbohong, dia berkata begitu mungkin agar aku tak malu.

Aku tersenyum kalem dan menganggukan kepala.

"Kamu belum menjawab saya"

Jawab apa?

Mungkin dia tahu kebingunganku dan kembali melanjutkan perkataannya, "Kamu juga sering main kerumah mantan pacar kamu?"

Hah?

Demi Aphrodite yang cantiknya tak terkalahkan diantara dewi dewi yunani.

Serius Pak Jagat masih bertanya itu disaat siatuasi canggung seperti ini?

Dia kenapa sih?

Atau ini emang efek kelaparan?











Komen yang banyak biar gue semangat nulisnya haha. Udah lama ga nulis naya jagat jadi kangen...

Sinking BoatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang