Part 12

4.3K 186 3
                                    

Pagi ini aku dibuat pusing sama tingkah eyang. Sumpah Eyang dan Mami tuh bener bener plek ketiplek sifatnya. Tidak kalah cerewetnya sama Mami belum sampai seminggu eyang tinggal dirumah Pak Jagat aku sudah disuru ini dan itu.

Tanpa ngangingong lagi eyang langsung membuat peraturan yang ga masuk akal buatku.

Peraturan pertama dan wajib aku laksanakan setiap hari adalah bangun pagi. Alias setelah subuhan eyang suruh aku langsung turun kebawah tanpa bisa tidur lagi atau leha leha sambil scroll tiktok.

Bener bener ga masuk akal dan sialnya Pak Jagat hanya ketawa ketawa saja saat mengetahui peraturan yang eyang buat.

Awalnya aku berusaha bodoamat sama peraturan eyang, sehabis subuhan langsung leha leha sambil main hape. Tapi tak disangka eyang menggedor gedor pintu kamarku dengan suara panci atau wajan yang bener bener buat aku kesel setengah mampus.

Sebegitu niatnya eyang melakukan itu. Saat itu kubuka pintu dengan perasaan dongkol, juga disambut dengan ekspresi judes eyang. Eyang bilang aku ga suportif sama peraturannya.

Lah, Emangnya aku menyetujui? Engga kan?

Hal tersebut berlangsung selama tiga hari dan tiga kali juga aku dibangunkan dengan suara brisik panci yang eyang pukul pukul.

Hari keempat aku memutuskan langsung bangun dan turun kebawah seperti pintanya. Aku disuru masak, bagiku masak adalah suatu hal yang mudah kalau saja aku gak males. Tapi aku lebih banyak malesnya makanya eyang sering mengomeliku.

Menu yang dibuat juga beraneka ragam, setiap hari eyang memberikan menu yang wajib untuk aku masak.

Hello? Bagaimana aku ga kesel coba?

Dipikiran eyang tuh kali aku mau buka masakan restoran kali ya?

Menunya juga ga melulu masakan lokal, kadang eyang suruh aku masak masakan kontinetal yang bahkan aku belum pernah makan. Eyang tuh gamikir kali ya kalau kegiatanku ga cuman masak aja?

Aku berusaha protes, namun dasarnya eyang ngotot aku jadi selalu mengalah atau lebih tepatnya kalah. Eyang beralasan salah satu kewajiban istri adalah memanjakan perut suami.

Halah!

Tinggal aja pesan lalu nanti diantar, repot banget.

Lagian, harusnya suami juga mengerti kesibukan istri. Aku gabilang memasak bukan kewajiban dari seorang istri, tapi seharusnya dalam hubungan suami istri harus saling mengerti dan memahami dong.

Kalau isteri sibuk, bisa dong suami ikut bantu.

"Masakan kamu hari ini kurang enak. Mana ada Boeuf bourguignon tapi rasanya asam begini?" Eyang berkomentar setelah mencicipi masakan yang aku buat. Salah siapa ngasi menu aneh aneh ya kan?

"Kalau mau enak minta Chef Renata buat masakin!" Seriku ketus, sambil berlalu membersihkan meja makan yang kubuat berantakan.

"Kamu seharusnya bisa kaya Chef Renata" Seru eyang santai dengan tetap mengunyah makanannya. Membuatku gemas, suara gemeletuk gigi membuatku membereskan meja dengan sedikit grusak grusuk. Eyang tuh seneng banget buat mood orang jatuh.

"Ga sekalian aja eyang suruh aku ambil jurusan tata boga?" Tanyaku ketus

Kali ini eyang menatapku, "Kamu belajar masak sama eyang saja. Kalau sama yang lain eyang khawatir gaada yang akan sesabar eyang ngadepin kamu"

Aku melengos mendengar perkataan eyang. Yang ada disini aku yang sabar ngadepin eyang!

"Kemarin masak mie ayam kemanisan, sekarang Boeuf bourguignon keasaman. Kayanya eyang harus kasi kamu video edukasi masak. Eyang capek kasi kamu resep taoi ga pernah pas dan enak gini masakanya" Keluh eyang kepadaku. Yang ada aku mau nangis dengernya, kapan dong kalau begini aku istirahatnya?

"Pak Jagat suka suka aja tuh sama masakanku" timpalku membela diri, eyang langsung menatapku sambil tertawa renyah.

"Itu karna dia mau membahagiakan istrinya. Jagat mah mau segaenak apa masakan kamu bakal tetep dibilang enak" Balas eyang.

Aku mengetuk ngetuk jari diatas meja dengan perasaan dongkol seraya berkata, "Suamiku aja oke oke aja kenapa sih eyang yang sewot?"

"Karna eyang mau masakan kamu menjadi enak. Seenak masakan Chef Renata"Eyang kembali mengulas senyum, aku tahu eyang sedang mengejekku.

Aku berdiri dan berlalu membelakangi eyang untuk melanjutkan pekerjaanku yang belum usai yaitu mencuci piring. Aku gatau lagi mendeskripsikan seberapa kejam eyang kepadaku.  Sehingga membuatku menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Iya seutuhnya, karna semua pekerjaan rumah harus aku yang melakukan. Tahu kan seberapa lelahnya aku?

Eyang tanpa persetujuanku menyuruh Art disini untuk dibawa kerumah Mami, jadi semua pekerjaan rumah aku yang mengerjakan. Jujur rasanya aku capek banget. Bangun pagi, memasak, mencuci piring, menyapu rumah, dan mengepel lantai menjadi pekerjaanku setiap harinya.

Bahkan mencuci pakaian juga sudah menjadi rutinitasku. Makanya sekarang aku sangat berhemat dalam memakai baju, biar aku ga menyuci terlalu banyak.

Tapi mau sehemat apapun aku dalam memakai pakaian, Pak Jagat dengan entengnya mengganti baju sehari bisa sampai lima kali. Belum jasnya dan kemejanya yang kucuci secara terpisah. Walau dibantu dengan mesin cuci otomatis tapi tetep aja sangat melelahkan.

"Sehabis ini kita akan belanja keperluan bulanan" Eyang berbicara sambil memberikan piring kotornya kepadaku.

Aku menatap eyang memelas, sumpah rasanya aku pengin tiduran sangking capeknya. Masa iya eyang mau aku berkeliling supermarket lagi untuk belanja bulanan?

"Bisa gak besok aja eyang? Aku capek banget hari ini loh. Menu masakan yang eyang kasi tuh ribet eyang dan aku udah capek banget masak ginian. Belum lagi aku mau nyuci baju, besok aja ya yang?" Pintaku memelas kepada eyang.

Eyang membalas dengan gelengan tegas, "Besok eyang harus kerumah Budhe Gayatri karna besan eyang akan datang"

Aku kembali memelas, "Aku belanja sendiri aja gapapa kok yang. Aku bisa" Kembali aku menyakinkan eyang sekaligus diriku sendiri. Jujur aku belum pernah belanja bulanan sendirian selama ini. Karna biasanya aku yang menemani Mami itupun aku hanya mengekorinya.

"Kamu akan keteteran kalau ga eyang temani, karna sekalian belanja perabot dapur yang belum kamu punya. Lagian sekalian refreshing keliling Mall" dengan kejamnya eyang menolak permintaanku. Eyang kembali duduk di meja makan. Lalu mengeluarkan selembar kertas dan menyerahkannya kepadaku.

"Ini daftar belanjaan yang harus dibeli hari ini" jelas eyang sambil menunjuk deretan huruf huruf yang sangat banyak dan memanjang kebawah.

Pertanyaanku cuma satu, seniat ini eyang membuatku menderita?

"Ini bahkan lebih banyak dari belanjaan Mami yang" Pekikku tak percaya, " Aku bahkan gatau sama semua nama nama asing yang eyang tuliskan disini" Seruku lagi.

"Makanya eyang bilang kamu harus belanja bareng eyang" Jawab eyang sekenanya.

Aku memejamkan mata lamat, sambil memijat pelipisku. Kalau tahu begini aku gaakan pernah biarin eyang tinggal disini. Ini sih lebih kejam dari Mami.

"Eyang pernah muda. Pernah merasakan apa yang kamu rasakan. Eyang begini demi kebaikan kamu" jelas eyang saat mengetahuiku meneteskan air mata.

Aku tahu aku lebay. Tapi mau bagaimana lagi, aku capek.






Sinking BoatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang