Part 16

4K 200 3
                                    

Dan benar saja. Pak Jagat sudah duduk disampingku. Ga begitu dekat, karna memang aku langsung menggeser tubuhku menjauhinya. Rara yang melihat perlakuanku langsung melihatku dengan galak sambil melototiku.

"Pagi pak" Sapa Rara ramah, begitu Pak Jagat duduk didepannya. Mungkin karna Pak Jagat dospemnya juga makanya dia ramah banget.

"Pagi" Pak Jagat membalas singkat, kemudian menatapku sebentar lalu beralih menatap Rara.

"Revisi kemarin sudah saya acc kan?" Tanya Pak Jagat. Rara terlihat kebingungan, bukannya memang sudah acc dan akan seminar proposal.

"Sudah pak" Balas Rara singkat, "Selasa depan saya seminar proposal, bapak harus dateng loh ya pak" Rara mewanti wanti, Pak Jagat terlihat tersenyum sambil menganggukan kepalanya.

"Saya datang" Ucapnya, menoleh kearahku lagi yang diam diam menyimak obrolan mereka. "Naya kapan seminar?" Kali ini aku menoleh sewaktu Pak Jagat menanyaiku. Sebenernya males, sksd banget tanya tanya seminar.

"Belum dia Pak," Rara menyahut semangat, bentar lagi paling dia mengadukanku. "Abis curhat dia pak, kalau Bab tiganya ini" Rara menunjuk bundelan kertas bab tigaku yang terletak dimeja, "Kalau ga diacc mau joki aja katanya pak!"

Kan, Rara sudah membongkar obrolan kami.

Emang ya ngeselin punya temen kek gini.

Pak Jagat menolehkan kepalanya menghadapku, "Saya sentil sampai berani joki"

Rara tertawa terbahak bahak, seneng banget kayanya dia liat aku yang kaya gini. Aku jadi menatap tajam kearah Pak Jagat, "Berani sentil rumah Bapak aku jual!" Ancamku berani.

Rara kembali tertawa lagi, dikira lagi nonton kartun disney kali ya.

"Naya tuh galak banget ya pak"

Dah. Dua orang ini lama lama mau kubuang ke kotak sampah.

"Iya tuh, saya disinisin terus. Padahal loh saya tanya baik baik"

"Playing victim" sindirku menggerutu.

"Ini bab tiga naya?" Pak Jagat bertanya, Rara mengangguk. Heran deh padahal mereka ngobrolin aku tapi aku sama sekali ga diajak bicara. Pak Jagat mengambil bundelan kertas bab tiga ku dimeja, aku reflek menahan gerakan tangannya.

"Mau ngapain?"

"Lihat gaboleh?"

"Enggak! Nanti bapak komentar yang jelek jelek. Aku udah pusing ya pak."

Pak Jagat tertawa ringan, "Saya mau liat abis ini kamu bakal joki apa enggak"

Sialan!

Rara kembali tertawa, "Kasian naya Pak, dospemnya susah banget dihubungi. Sibuk poll"

"Oh ya, siapa memang dospemnya?"

"Bu Tyas" Jawab Rara lagi, antusias banget dia kayanya.

"Bu Tyas kayanya hari ini ke Jepang, kamu tahu nay?"

Aku menoleh kaget, pasalnya hari ini aku bakal bimbingan jam sebelas nanti. Aku datang lebih awal karna memang sudah janjian sama Rara untuk sarapan dikantin. Kalian gausah kaget tiba tiba aku gak masak ini itu. Eyang masi dibandung, jadi aku bisa nyantai dan terbebas dari siksaan eyang.

"Loh bu Tyas gaada ngabarin"Kataku panik sambil mengecek whatsapp, dan benar saja dua puluh menit yang lalu ada pesan dari bu Tyas.

Bu Tyas

Maaf naya, bimbingan hari ini dibatalkan. Saya harus kejepang untuk penelitian. Silahkan kamu kirim softfile bab tiga ke email saya. Untuk pertemuan selanjutnya kita tunda sampai bulan depan. Silahkan reschedule jadwal bimbingan. Terimakasih.

Sinking BoatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang