Part 28

5.4K 223 6
                                    

Kalian pernah merasakan perasaan senang yang menggebu-gebu? Merasakan tiba-tiba perasaan menjadi lebih baik, ringan dan ceria? Aku pernah, saat sahamku di perusahaan big bank di Indonesia yaitu BBRI mengalami kenaikan harga, atau saat tahun dimana perusahaan yang kubeli sahamnya mengadakan bagi-bagi deviden. Apalagi tahun ini, Bank BRI membagikan deviden saham besar-besaran.

Aku belajar bermain saham dua tahun yang lalu, saat Mami menyuruhku menabung. Karna aku malas menabung yang bunga tahunannya cuma sedikit, atau deposit yang tidak terlalu menguntungkan. Mami saat itu menyuruhku membeli obligasi, yang langsung aku tolak. Memang resiko obligasi tidak sebesar melakukan pembelian saham dimana harga saham bisa naik dan turun. Tapi Obligasi tidak semenguntungkan saham.

Maka dari itu aku memilih membeli saham. Dan aku juga gak bodoh-bodoh amat tentang saham. Sebelum membelinya aku menghitung PBV dari harga saham tersebut, melihat CALK perusahaan dan gak asal membeli. Aku juga menghitung P/E rationya, dimana aku bisa tahu harga saham lagi murah atau mahal, sedang diskon atau enggak dengan membandingkan harga wajarnya.

Dan pilihan jatuh kepada BBRI, saranku kepada kalian jika ingin membeli saham, lebih baik membeli saham big four bank di Indonesia; BBRI, BMRI, BBNI dan BBCA. karna kita tahu, empat bank ini labanya cukup besar dari yang lainnya. Harga sahamnya juga relatif naik, walaupun turun pasti akan naik lagi. Peluang yang menjanjikan dimasa depan dengan resiko yang minim.

CALK perusahaannya juga bagus, revenuenya tinggi dan net profitnya besar. Kalian bisa lihat semua informasi ini di Bursa Efek Indonesia.

Itulah salah satu hal yang membuatku bahagia, saham. Dan hari ini aku merasakan hal yang sama, setelah rasanya ribuan kupu-kupu berterbangan diperutku. Rasanya rasa senang itu meledak didalam diriku. Aku gak tahu ini efek stress atau karna pusing melihat tingkah laki-laki yang sedang duduk disampingku ini.

Setelah perdebatan cukup panjang tentang siapa yang mengemudikan bentley miliknya. Dan Aku memenangkannya setelah mengancan akan menelepon Ibu, lagian apa dia pikir aku setega itu membiarkan dia yang sedang sakit mengendarai mobil?

Tentu tidak.

Aku juga menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pusing atau kantuk yang bisa saja mendera Pak Jagat.

"Diem aja kenapa, Sayang. Ada yang lagi kamu pikirin?"

Mikirin tingkah konyolmu!

Paham gak sih dia itu?

"Stop panggil aku sayang! Bapak tuh gak malu ya sama Ibu? Yaallah Pak, Ibu mergokin kita lho." Sedikit gemas dengan tingkahnya yang mendadak aneh dan setelahnya bersikap seakan tidak terjadi apa-apa.

"Ya mau bagaimana lagi?"

"Tuhkan, kamu ngomongnya enteng banget!"

Pak Jagat tersenyum menatapku, "Terus kamu maunya gimana?"

Ish, menyebalkan!

"Aku perlu minta maaf?"

Menggeram jengkel, dia bisa gak gausah sebentar-bentar panggil sayang, sebentar-bentar minta maaf yang bikin aku semakin kesel karna dia sebenernya cuma berniat mengejek.

"Atau tidak perlu karna kamu juga menikmatinya?"

See?

Dia emang beneran berniat buat aku kesel. Lihat aja setelahnya dia tersenyum lebar. Wibawanya yang selama ini ia tunjukan padaku berubah seketika dengan sikap tengilnya yang menyebalkan.

Tapi aku gak pernah menyangka Bapak bapak yang berumur tiga puluhan-aku gatau tepatnya berapa juga punya sifat yang menyenangkan. Selama ini aku melihat bagaimana Pak Jagat yang dewasa, tegas, berwibawa, kaku dan pendiam. Namun dibalik itu semua dia punya sifat tengil, menyebalkan, clingy bahkan super duper menggemaskan.

Sinking BoatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang