Part 31

6.3K 267 17
                                    

Aku mereject panggilan Pak Jagat untuk kesekian kalinya setelah aku menaiki audi miliknya. Tadi aku menolak saat dia ingin bicara denganku. Oke-aku merasa pusing banget harus berada pada hubungan dua laki-laki yang aku tau ini semua adalah salahku. Aku gak menyangka mendapati Kaisar yang sedang jatuh sejatuh-jatuhnya dalam menilai dirinya.

Dia merasa insecure pada hubunganku dengannya karna Pak Jagat. Dan bagian tergilanya aku merasa itu hal yang wajar-oke Pak Jagat memang dari segi materi jauh diatas Kaisar. Tapi itu semua tak merubah pandanganku terhadap Kaisar sedikitpun.

Semua orang memiliki sisi baik dan buruk, mungkin Pak Jagat sesukses begini karna privilege dari keluarga. Dia beruntung terlahir sebagai anak yang sangat terkecukupi. Mungkin kalian pernah mendengar bahwa orang-orang yang terlahir kaya tidak perlu bersusah, mereka bisa hidup dengan menghabiskan kekayaan keluarga. Tapi menurutku semua itu gak cukup, Pak Jagat adalah salah satunya. Dia mau berusaha dan belajar guna mempertahankan kekayaannya.

Orang yang memiliki privilege tentu gak bisa disamakan dengan orang yang terlahir biasa-biasa saja. Mungkin memang sama sama berusaha tapi aku yakin struggling yang mereka hadapi sangat berbeda. Kita gak bisa menyamakan, maka menurutku kata kata bahwa semua orang bisa sesukses orang-orang yang dari awal memiliki privilege itu bulshit.

Mungkin kita bisa sukses tapi tentu jalannya tidak semudah dan semulus seperti orang-orang yang memiliki privilege kan?

Pak Jagat is calling

Aku gak tahu ini sudah panggilan keberapa kali Pak Jagat menghubungiku. Aku beneran gak mau ketemu dia, aku lagi gak mau menjelaskan. Masalah Kaisar sudah cukup membuatku pusing tujuh keliling. Kaisar masih berat hati melepaskan hubungan kami dan its okay karna aku tahu seberapa sakitnya bagi Kaisar.

Aku gak bilang hubunganku akan kembali berlanjut dengan Kaisar. Tapi aku merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Kaisar butuh waktu, aku akan memberikannya banyak waktu untuk lebih tenang menyikapi ini semua.

Suara ketukan pintu mobil membuyarkan lamunanku. What the fuck kenapa Pak Jagat nekat menghampiriku? Dia bukannya harusnya makan siang bersama dosen-dosen yang lain?

Pak Jagat semakin kencang mengetuk pintu saat aku tak kunjung menurunkan kaca jendela. Dia gak takut gitu audinya rusak? lecet?

"Kenapa?" Terpaksa aku menurunkan kaca jendelaku saat Pak Jagat terus menerus mengetuk. Aku cuma kasian Audinya kenapa-kenapa.

"Buka pintu mobilnya, kamu pindah sebelah. Saya yang nyupir."

Aku melotot marah, enak aja dia main nyuruh-nyuruh.

"Aku gak mau!" Berusaha mengabaikan perkataan Pak Jagat yang semakin menatap galak kearahku.

"Nurut Naya."

"Ya mau ngapain? Aku mau ke Kampus loh? Gausah ngajak berantem ya Pak! Dospemku udah nunggu." Mencari alasan yang cukup masuk akal walau sebenernya dospemku tiba-tiba ada urusan mendadak dan dia memutuskan memberikan tanda tangan versi digital.

"Saya anter." Pak Jagat semakin ketus, aku udah mulai luluh sebenernya tapi aku juga gak mau. Sumpah ya, aku yakin seratus persen kita bakal ribut.

"Pak bisa nanti kan ngomongnya? Aku buru-buru."

"Kamu buka sekarang atau saya hancurkan mobil ini Naya?"

Ok. Dia beneran marah.

Dengan terpaksa aku membuka pintu mobilnya juga turun dan berdiri dihadapannya yang menjulang tinggi didepanku. Memakai kemeja putih yang dua kancing teratasnya sudah dilepas, lengan bajunya yang sudah digulung sampai siku juga rambutnya yang berantakan.

Sinking BoatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang