Terlelap

189 15 2
                                    

Apa yang biasanya kamu dengar saat malam hari?

Suara jangkrik, angin berhembus, atau mungkin suara alat-alat dapur yang digunakan saat lapar tengah malam.

Di kamar Ying, tidak terdengar suara-suara itu. Hanya terdengar suara lelaki yang sibuk mengoceh sendiri.

"Hei, kau dengerin gak sih? Oyy!!"

Sialan, dia malah tidur duluan! Padahal kukira beneran mau nemenin sampe pagi.

"Heh, tapi nggak mungkin juga sih." Fang terkekeh sendiri dengan pikirannya.

Pemuda itu bukannya mematikan telepon, ia malah semakin ngoceh tidak jelas.

"Kamu kan seorang jenius, ambisius, bertekad tinggi, produktif, nggak mungkin ngobrol nggak penting sampai pagi.

Padahal waktu pertama kali aku tahu kamu, kamu itu cengeng dan penakut! Kelemahannya aneh pula; bersin! Hahaha! Tapi tetap cerewet sih, lebih cerewet yang sekarang malah. Satu lagi, lebih jahil!"

"... Ying, kamu sadar tidak? Kita....

Sudah bukan yang dulu.

Kalau semisal kamu minta kita untuk nggak canggung, kurasa mustahil. Ada rasa yang baru, yang sebelumnya belum kita tahu karena kita masih anak-anak.

Anak-anak yang tiba-tiba dapat kekuatan dan tahu-tahu sudah harus bertarung mempertaruhkan nyawa. Heh.

... Kurasa kamu sudah tahu.
Aku suka kamu, kuharap kamu juga.

Aku nggak jadiin kamu pelampiasan kok, jujur ini pertama kalinya buatku.

...... Aneh, ya?"

"Nak Fang?"

SHIT! MAMANYA!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SHIT! MAMANYA!!

"T- T- T- T- TANTE?! SE- SEJAK KAPAN?!"
"Shh... Nanti kamu membangunkan Ying,"
"Ah. Maaf."

"Kalau ditanya sejak kapan, saya sudah dengar sejak kamu bilang.. kamu suka Ying ya?"

DEMI DONAT BAWANG BOMBAYYYY!!!! KENAPA HARUS DIDENGAR MAMANYAAAA?!?!!!?!?!!!!?

"Maaf tante.. Saya-"
"Kenapa harus minta maaf? Saya malah teringat zaman papanya Ying masih sering ngegombal ho ho ho.."
"Ah..."

"Ying memang anak yang ambisius dan saya suka dia mempertahankan prestasinya, tapi saya tidak akan mengekang pilihannya untuk jatuh cinta. Hanya satu, kalian harus ingat akan konsekuensinya."
"Konsekuensi.."
"Ya, karna kalian sama-sama menjalankan misi, maka dengan berhubungannya kalian apa yang akan terjadi? Kalau misi makin lancar ya bagus."
"Terima kasih atas nasihatnya tante, saya akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, seperti dalam hal asmara."

"Sama satu lagi,"
"Ya?"
"Yang tadi... Jangan dikasih tau Ying ya, hehehe"
"Lho kenapa? Bukannya memang buatnya?~"
"Ta- tadi saya hanya melantur.."
"Oh, jadi rasamu itu cuma melantur doang?"
"NG- NGGAK! CU- CUma belum waktunya...."
"Hahaha, saya tahu. Ya sudah, istirahatlah sana. Ying juga bisa marah kalau handphone-nya dipakai terus."

Perbincangan diakhiri dengan mamanya Ying mengakhiri panggilan. Segera setelah itu di-charge handphone-nya, lalu "klik", lampu kamar dimatikan.

Fang adalah anak yang baik, namun masa depanmu masih panjang dan kaulah yang menentukan. Tidurlah yang lelap dan capailah mimpimu.

Sementara itu Fang di rumahnya tidak langsung tertidur. Sekali lagi ia rasakan hawa sunyi yang sudah jadi teman sembari merenungkan apa yang disampaikan oleh mama Ying.

Yang dikatakan mamanya... Memang ada benarnya. Secinta apapun, aku juga tidak dapat mengabaikan T.A.P.O.P.S. dan rekan lainnya. Kalau sampai terjadi, bisa ditabok si Kassim itu!

"Ck, Kaizo b*ngs*t."

Mamanya Ying, terdengar nyentrik tapi juga lembut.. Kapan ya terakhir kali aku mengobrol sesantai itu sama orang yang lebih tua? Apa Ying berbicara dengannya setiap hari seperti itu? Aku 'kan juga pengen.

Ponsel dan kacamata yang sedari tadi ada di kasur, dipindahkan ke atas meja kecil yang ada di samping kasurnya, mematikan lampu kamar, menyalakan lampu tidur, dan langsung berbaring, berguling, menggunakan selimut.






"Mama,

Fang kangen lho,"








BERSAMBUNG...

Asmara Kelabu RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang