Scene 1Malam itu, langit gelap ditemani oleh bulan purnama dan gemerlap bintang. Nyanyian jangkrik dan katak terdengar jelas. Lalu seluruh rumah sedang dilanda lelah dalam senyap. Namun tidak dengan satu rumah bercatkan abu-abu di ujung sana.
Teriakan nyaring nyaris membuat kaca pigura bertampilkan seorang pria bersam istri dan anak perempuan nya menampakkan garisan tajam. Wanita berumur sekitar 26 tahun mendorong keluar pria -- suami -- secara paksa. Pria itu mencoba membuka mulut memberi penjelasan pada istri nya.
Namun dihantam keras jeritan wanita pujaannya.
" ANGKAT KAKI MU DARI RUMAH INI!" Bulir air mata yang ia coba sekuat tenaga untuk dibendung berakhir membasahi kelopak matanya beriringan menuju pipinya. Pria bertubuh tegap itu menahan kakinya sebagai rem. Sementara anak perempuan mereka bersembunyi dibalik pintu kamar.
" Aku bisa jelaskan!" teriak pria itu seraya mengetuk pintu berkali-kali. Tak kunjung datang jawaban, ia berlari menuju jendela kamar anaknya. Memohon agar dibukakan pintu. Merasa iba, dia memutar gagang pintu kamar keluar dari tempat sembunyi nya.
Tetapi di hadapannya kini berdiri wanita yang sering ia sebut ibu. Kehadiran nya membuat seorang anak berusia 12 tahun itu memundurkan langkahnya takut. Ibu menutup kembali pintu setelah ia masuk. Tangan kanannya menarik rambut pendeknya. Anak itu meringkih sakit. Seperti ada bara panas saat tarikan rambutnya menguat.
" Ibu! Tolong lepaskan! Sakit!" Dia meraih pergelangan tangan menghentikan aksi ibunya. Napas menggebu-gebu. Badan anak itu bergemetar. Sesaat jatuh saking tidak kuatnya ia menahan rasa panas di kepalanya.
" Coba saja kamu lebih baik, ayahmu pasti tidak akan berpaling!" Pria yang bertengger di depan jendela tercengang melihat istrinya melukai anak tak bersalah itu. Dia menggedor kaca berteriak.
" Itu bukan salahnya! Hentikan!" Sepasang bola mata merah mengawasi mereka dari luar. Wanita itu mendekap erat anaknya mendekati mata merah itu. Melepas tawa berpikir kehidupannya begitu konyol. Pria nya sudah bermain di belakang ditambah masih perduli dengan mereka berdua. Benar-benar lucu.
Tanpa ampun, wanita itu merapatkan kembali gorden yang sedikit terbuka. Kemudian sisi lemah lembutnya ia tunjukkan kembali seperti semula. Dibelai rambut seraya mencium lama kening anaknya. Ditatapnya sendu. " Arun anak cantik dan baik bukan? Coba bekerja lebih keras lagi ya," lirihnya.
Ia berdiri dari posisi membungkuk nya keluar dari kamar meninggalkan Arun. Baru beberapa langkah, ibu mengerem. Menolehkan kepala melihat Arun. Senyum seringai menghiasi wajah lembutnya. Sorot mata tadi hilang entah kemana terganti.
Tentu Arun bergidik ketakutan. Baru kali ini ibunya yang lemah lembut menunjukkan sisi yang begitu menakutkan. Arun menampakkan diri di cermin. Beberapa helai rambut melayang turun jatuh ke tanah. Ia juga merasa pusing dan nyeri.
Arun duduk sembari menyisir pelan rambutnya. Dia memikirkan kata-kata yang wanita itu ucapkan. Apa pria yang ia kenal sebagai ayah betul melakukan hal kotor itu? Apa ia penyebab dari semuanya? Jika iya, mengapa dilahirkan? Arun ingat saat-saat ibu menceritakan hal paling bahagia daripada yang bahagia. Masa-masa Arun lahir ke dunia.
Ibu sangat senang Arun lahir dan menemani ayah ibu disini. Terlebih saat Arun hanya bisa menangis meminta ayah gendong lalu belajar merangkak hingga berjalan. Dulu kecil, kita sering bertamasya bersama. Ayah yang mengajak lebih dulu. Disana kita tertawa dan bermain bersama. Senyum bahagia terlukis indah hari itu.
Arun meremas rambutnya. Cairan bening keluar melalu kelopak matanya. Sama seperti jagat raya yang malam itu ikut menangis bersama. Ditambah lagi ketukan pelan dari jendela kamar. Nyatanya sang ayah setia berdiri disana. Menahan dinginnya angin yang bertiup sana sini.
Karena tak ada sahutan, pria berjas hitam itu pergi mencari tempat perlindungan yang lain. Arun terpaku bersamaan tatapan kosong. Di sisi lain, ibu dari anak bernama Arun sama-sama mengikat diri dalam kamar.
Scene 2
Pasangan penuh cinta kasih tidak lagi bertemu. Tak ada kabar apapun. Sang pria tidak lagi kembali ke rumah. Kini rumah tangga mereka entah ingin dikatakan bagaimana. Cerai ya tidak, berbagi kabar ya juga tidak. Membingungkan bukan?
Setelah ditelantarkan selama 3 tahun tidak jelas, Arun mulai bangkit menjadi lebih baik seperti yang ibunya katakan. Ia belajar lebih keras dari sebelumnya, berusaha menampilkan image baik-baik saja dengan begitu Arun menunjukkan bahwa ia dapat hidup baik tanpa peran ayah.
Sesekali ia kena semburan air dari ibunya hanya karena nilai menurun. Saat tetangga lewat, dengan gelagat ramah beliau mengatakan tidak sengaja atau sedang bermain. Bila ayah masih disini mungkin akan marah segera mengakhiri perbuatan ibu.
Yah. Tapi realita berkata lain. Kini rumah " tempat pulang " nya dihuni 2 orang saja. Jadi tidak ada siapapun yang menjadi saksi sakitnya Arun di dalam sana. Kecuali dirinya, ibu dan Tuhan.
Di sekolah karena keramahan yang ia punya membuatnya cukup tenar. Arun selalu menunjukkan senyuman ceria seolah dirinya dalam kondisi normal. Atau sesaat ia menangis lalu mendapat perhatian dari temannya.
Bila datang 1 anak merebut miliknya, ia tak segan menyingkirkan nya. Terlalu fokus dengan misinya, dia melupakan hal penting.
" APA-APAAN INI?!" Ibu berteriak histeris seperti kehilangan sesuatu. Lembar kertas coklat usang itu dilempar sembarangan. Angka merah yang tercetak membuatnya kecewa. Ibu mengoceh panjang lebar. Arun membisu.
" COBA LAGI! INI KURANG!" Ibu beranjak berdiri ke dapur. Arun membeku di tempat. Tidak percaya dengan reaksi yang ibunya berikan. Ibunya tidak paham. Setiap hari Arun mati-matian membuang rasa penasaran pada hal yang biasanya remaja lakukan.
Menghabiskan waktu untuk belajar. Belajar. Dan sekali lagi belajar. Ikut les tambahan. Mencoba mengejar target yang membuatnya seakan-akan "mati" setiap harinya.
Sungguh dia lelah melakukan semuanya. Hanya ada satu cara dan dilaksanakan malam itu. Tidak ada opsi lain, Arun bergegas kabur. Kakinya melangkah jauh entah dirinya akan dibawa kemana.
Closing scene
Itu secuil kisahku, haha. Terimakasih penulis!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Thing She Has: A Camera [Selesai]
Teen FictionLensa yang akan memfokuskan pada sesuatu kemudian ruang internal menampungnya. Tapi ini bukan hanya sekedar hal-hal biasa namun terdapat cerita di dalamnya. #nunobanoia #thethingnoia #nubarkelimanoia #ayoberanibarengaienoia