" Jadi bagaimana?" Siswi berkaki jenjang itu menyenderkan tubuhnya ke dinding sebelah tangga. Matanya yang tertutup tadi perlahan membuka. Tidak ada suara dari orang yang ia tanyakan. Orang itu malahan menunduk.
Siswi itu berdehem sekali dua kali. Sampai orang yang sedang ia beri pertanyaan tersadar. Mata mereka beradu. Gadis yang ia tunggu mulutnya terbuka masih saja membisu. Sesekali menghela napas berat.
" Bisa dibilang gagal?" Haha.." Napasnya tercekat dalam tenggorokan saat tertawa canggung. Senyuman tipis terukir jelas di mimik bibirnya. 'Kaki jenjang' terkekeh geli mendengarnya. Sesekali memukul lengan gadis yang tinggi badannya kurang lebih sekitar pundaknya.
Mulutnya berbisik. " Sayang ya, ucapan mu gak bisa dipegang." Orang itu pergi meninggalkan nya sendirian. Dia terdiam mengepalkan tangannya. Taruhan yang mereka lakukan sebelumnya, sudah selesai. Tak ada yang menang maupun kalah. Seimbang.
" Sial!" teriaknya memukul dinding. Dia terduduk mengacak-ngacak anak rambut.
" Dilly si cuek itu?" Siswi itu mengangguk kecil. Dia menunjuk Dilly yang tengah menyendiri bermodalkan headset. Temannya terbelalak. Ia menggigit bibir bawahnya.
" Coba dekati, jika berhasil kubantu kesulitan mu itu," ucapnya dengan senyum.
Kini dia meraung dalam hati. Meluapkan amarahnya. Hal yang menurut nya cukup mudah dipersulit oleh targetnya.
" Dilly, Dilly, Dilly !!" Sekali lagi ia berteriak melampiaskan cairan lava menggunakan dinding sebagai objeknya. Recording stops. Tulisan yang terbaca jelas. Seseorang tidak sengaja melihat dan merekamnya. Anehnya dia senang. Mungkin perkiraan nya benar.
~~
Keyla berlarian masuk kelas Dilly disusul Azka di belakangnya. Matahari yang tengah terbit memancarkan sinar nya memberi kehidupan seperti biasa. Dilly tentu tak ingin kehilangan kesempatan. Dia memfokuskan kamera. Saat akan menekan tombol, jahilnya Keyla muncul di layarnya.
"Boo!" Berharap Dilly kaget namun yang ia dapat hanya respon datar. Azka menggeleng melihat tingkah Keyla. Ia menyingkirkan Keyla ke samping kanan. " Jangan ganggu," ucapan sembari melihat Dilly kembali fokus dengan alat favoritnya. Pemandangan itu terpotret sempurna.
Keyla membulat. " Kenapa kamu mempotret hal-hal itu?" Dilly tersenyum memperhatikan foto nya. " Jika menurut mu cantik, foto saja." Keyla manggut-manggut paham. Memang benar. Tuhan menciptakan sesuatu dengan sebaik-baiknya. Bahkan bumi saja diciptakan dengan indahnya.
Laki-laki yang bertengger dekat jendela kelas Dilly melangkah pergi disertai senyum lebar di wajahnya. Dia menggeleng tertawa kecil. " Dia bisa juga ya." Tepukan meriah berbunyi dari teman-temannya. Mereka tahu jika dia senang pasti setelah bertemu orang itu.
" Sudah jadi kenalan?" tanya salah satu temannya. Ia masih saja dilema dengan senyum Dilly yang ia ingat dalam kepala. Temannya berdecak kesal. " Belum, aku lihat dulu dari kejauhan dulu saja."
" Terserah, segera saja kenalan. Pusing aku lama-lama," jawab temannya mengangkat kedua tangannya.
Kembali ke mereka bertiga. Keyla mengajak untuk mengadakan pesta piyama minggu ini. Berarti akan dilaksanakan hari libur besok. Arun yang baru sampai di kelas spontan masuk dalam pembicaraan mereka. Arun lompat-lompat kegirangan. " Pesta piyama? Kapan? Aku ikut dong!"
Dilly mode cuek. Begitu pula Keyla mengubah suasana. Azka pasrah menjelaskan. Arun tanpa pikir panjang menyetujui ia ikut. Setelah ada satu orang menjelaskan, Keyla melanjutkan pesta akan digelar di rumah nya. Dia segera menulis alamat rumah di selembar kertas.
" Jadi ayo kita bersenang-senang besok!"
Hari Sabtu bersama motor sport hitam, Dilly melaju menghantam kendaraan yang menghalanginya. Pundaknya yang membawa beban bukan menjadi halangan baginya. Ia terus menaikkan kecepatan motor sampai di rumah Keyla paling awal.
" Dilly!" Keyla menghampiri Dilly yang baru melepas helm full face nya. Keyla menyambut ceria tamu pertama nya. Selang beberapa menit datang Azka ditemani motor sport nya juga lalu Arun dengan tukang ojek.
Pesta dimulai satu jam lagi. Mereka mengganti pakaian. Piyama pink Keyla, kuning Arun, hitam Dilly, merlot Azka. Kaki Keyla menuntun menuju rumah pohon besar dihiasi lampu tumblr berwarna kuning keemasan. Di dalamnya ada segudang bantal empuk siap menemani mereka malam ini. Di pojok kiri, meja kayu dipenuhi segelas coklat panas dan camilan malam.
Dilly menyalakan mode rekaman di kamera lalu diletakkan dekat kaki meja kayu tersebut.
Azka memetik senar gitar menghasilkan nada yang mengalun lembut. Petikan gitar itu menghipnotis pendengaran mereka dan ikut bernyanyi.
" Janganlah kau tinggalkan diriku.."
" Tak kan mampu menghadapi semua."
" Hanya bersama mu ku akan bisa.."Jari Azka berhenti menarik dawai. Ia rasa musik yang dia mainkan terlalu sedih. Mengoperasikan bunyi senar dan mengganti nada. Kini ritme nya menjadi cukup menyenangkan. Mereka bertepuk dan bernyanyi.
" Katakan cinta bila kau cinta.."
" Hati ini meminta.."
" Kau lebih dari teman berbagi."
" Jadi kekasihku saja.."Setelah mendengar lirik terakhir itu. Semuanya bersorak. Kelihatannya ada yang sedang jatuh cinta? Haha. Entah. Kemudian dilanjutkan dengan pengambilan potret bersama dibantu Dilly si fotografer. Dilly menangkap gambar yang cukup banyak.
Tiba-tiba Dilly menghindar dari serangan bantal. Ternyata itu ulah Keyla. Seketika terjadilah perang bantal. Keyla memukul bantal pada mereka bertiga. Bulu-bulu bantal beterbangan keluar dari tempat seharusnya. Semuanya menyerang satu sama lain. Tanpa ada kata 'menyerah'. Namun di satu kesempatan, Dilly mengangkat tangan keluar dari ruangan duduk di anak tangga.
Keyla yang asik menghantam Azka dan Keyla, berhenti menemani Dilly. Sesaat malam itu hening ketika bersama Dilly. " Suka sama pestanya?" tanya Keyla mencairkan suasana. Masih menatap bulan purnama Dilly berkata, " Ya, cukup seru." Keyla tersenyum dalam hati.
" Aku ada pertanyaan.."ucap Keyla dijawab Dilly dengan anggukan. " Kamu benar berteman dengan Arun?" Dilly beralih menatap Keyla. Ia terlihat cukup penasaran.
" Entah, dia tiba-tiba datang jadi.. gak?" Jawaban Dilly meragukan bagi Keyla sendiri.Keyla mengkernyitkan dahinya. " Aku beri tahu, Arun mendekati mu karena--" Dilly menjeda suara Keyla. " Kesepakatan?" Keyla ternganga. Tebakan nya dibaca oleh Dilly.
"Iya.. kamu sudah tahu?" tanya Keyla memastikan. Dilly terdiam memandang lama Keyla. Keyla mengartikan tatapan Dilly kalau apa yang dia katakan benar. Ia tahu jauh sebelum Keyla mengabarinya. Dilly bergerak masuk sebab ia tak enak dengan orang yang berada di dalam.
" Ayo masuk, Keyla," ujar Dilly menarik lengan Keyla.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Thing She Has: A Camera [Selesai]
Teen FictionLensa yang akan memfokuskan pada sesuatu kemudian ruang internal menampungnya. Tapi ini bukan hanya sekedar hal-hal biasa namun terdapat cerita di dalamnya. #nunobanoia #thethingnoia #nubarkelimanoia #ayoberanibarengaienoia