24. Ketakutan Harrel

8.4K 774 17
                                    

Vote, Komen, and happy reading 🧡
.
.

"MOMMY YONGIE!!"

Melvin tertawa kecil mengikuti langkah Harrel yang memasuki rumahnya seraya berteriak. Pintu terbuka menyambut kedatangan mereka, sayangnya yang membuka bukan Yongie melainkan Jeon. Pemuda dengan wajah eyesmile itu menatap Harrel kesal karena berteriak di rumahnya.

"Ini bukan hutan, Sor!" tegur Jeon.

"Apaan tuh Sor? Sensor, nyosor, sosor?" Harrel bertanya pada Jeon, dan lelaki tampan itu tersenyum mengejek.

"Bongsor!" jawabnya sebelum berlarian menuju meja makan. Harrel ingin meneriaki teman sekaligus calon adik iparnya itu, namun semuanya terhenti ketika Yongie datang menghampiri mereka.

"Ayo masuk sayang, jangan dengerin si Jeon. Nanti bakal mommy hukum dia." Mendengarnya Harrel tersenyum penuh kemenangan.

"Beneran, mom? Kalau gitu Harrel reques, PS nya diborgol, udah jahil suka gantungin anak orang lagi." Harrel mengompori Yongie hingga pria cantik itu mengerutkan kening heran. Jaeson dan Melvin hanya menonton saja, sedangkan Jeon mendelik tajam pada Harrel yang sedang tertawa puas.

"Kamu gantungin siapa, Je? Gak boleh gitu, nanti kena karma." Yongie menyusul ke meja makan seraya menggandeng Harrel. Ikut duduk bersama tiga orang yang sudah ada di sana.

"Si Narenza mom, anaknya om Yuta. Padahal suka bucin tapi nggak dikasih status." Jeon menginjak kaki Harrel dibawah meja, sebenarnya tidak sakit namun Harrel menjadi dramatis.

"Duh, kok diinjek sih Je, liat kan mom." Yongie memandangi putra bungsunya itu dengan tatapan tajam. Melvin menahan tawa melihat wajah kesal adiknya.

"Dasar playing victim!" cibir Jeon.

Yongie dan Jaeson hanya geleng-geleng kepala melihat keributan mereka, sedangkan Melvin hanya memperhatikan Harrel yang tertawa.

"Ayo kita mulai makan malamnya. Melvin." Jaeson bersuara, membuat Melvin mengangguk, lelaki tampan itu mengatupkan tangan diikuti yang lainnya. Awalnya Harrel heran, namun ia mengerti. Ternyata sikap religius Melvin itu memang turunan keluarga. Dalam diam ia tersenyum kecil, beruntung sekali ia ditakdirkan dengan Melvin. Kadang Harrel cukup insecure dengan kepribadian mereka yang bertolak belakang.

"Selesai." Melvin bersuara dan acara makan malam itu dilaksanakan dengan khidmat, diiringi obrolan ringan yang menemani dentingan piring dan sendok di meja makan.

***

Harrel bernapas lega setelah berhasil membuang sisa metabolisme. Ia sedang mencuci tangan di wastafel kamar mandi rumah Melvin. Harrel tersenyum percaya diri menatap cermin, menyisir rambutnya dengan gaya sok menawan.

"Cakep lo Rel, pantes si Melvin suka." Ujarnya seiring tawa ringan di wajahnya.

Ctak

"ANJENG!"

Umpatan itu terdengar setelah beberapa detik lampu di sana mati. Harrel menutup kedua matanya, tangannya tiba-tiba gemetaran. Napasnya tersengal, dan suaranya tak mampu keluar untuk meminta tolong.

Teriakan dalam hatinya keras, namun semua tersekat di dalam tenggorokan. Harrel menutup telinga dan berjongkok, berangsur mundur untuk melindungi diri yang entah kemana.

Merrel | Markhyuck AU(✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang