43. Masih Malam Minggu

6.9K 675 9
                                    

Vote, komen, and happy reading 🧡
.
.


Suasana apartemen Melvin terdengar ramai, untung saja dindingnya tebal sehingga tak mengganggu tetangga. Mereka semua sedang berkumpul di ruang tengah menikmati gorengan yang dibawa Yara tadi. Melvin, Jeon, Lionel, dan Gallen tersenyum kecil, melihat Harrel, Naren, Renzo dan Ryuna yang asik memakan gorengan. Jujur saja mereka saat nongkrong tak pernah menikmati gorengan, pasti paling tidak, pizza atau donat, atau fried chicken.

"Gorengan pak Ujang lebih enak sih," komentar Harrel.

"Kalian kalau nongkrong di Bandung gini?" tanya Jeon.

"Gini gimana?" heran Ryuna.

"Ya gini, makan gorengan abis itu cerita-cerita," jelas Jeon.

"Iya, kami sering gini di Bandung, kalau nongkrong makan gorengan pak Ujang, minumnya teh gelas, trus main Uno atau nggak monopoli. Paling nanti ada yang berulah, tiba-tiba minta seblak teh Rini." Yara menjelaskan seraya menyindir Harrel. Pemuda manis itu hanya cemberut mendengarnya.

"Jam segini? Makan seblak?" Melvin melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 22.37

"Emang tuh penjual seblak masih buka?" heran Gallen.

"Udah tutup sih, tapi nanti si Harrel bakal nyusul ke rumahnya. Lo hati-hati aja bang, Vin. Harrel suka mengunjungi janda dan calon janda." Ryuna mengompori Melvin membuat gorengan ditangan Harrel melayang ke gadis itu.

"Jangan buang-buang makanan sayang," tegur Melvin. Harrel cengengesan membalasnya, sampai ia sadar bahwa Cellvan dan Jigar tak ada di kumpulan mereka.

"Bang, Cellvan sama Jigar mana?" tanya Harrel panik.

"Eh mereka berhasil kabur kan ya??" sahut Renzo ikut panik.

"Coba gue chat dulu." Mereka semua mengangguk membiarkan Melvin mengutak-atik ponselnya untuk berkirim pesan pada Jigar.

" Mereka semua mengangguk membiarkan Melvin mengutak-atik ponselnya untuk berkirim pesan pada Jigar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jigar sama Cellvan nyusul kok." Mereka kompak bernapas lega. Lalu kembali menikmati gorengan yang sudah sisa setengah. "Bosen nih, main yuk," ajak Yara.

"Apa?" tanya Gallen.

"Tada!" Yara mengeluarkan dua jenis kartu yang berbeda motif, dan Harrel tahu itu apa. Biasanya mereka juga akan bermain ini jika nongkrong di Bandung.

Seperti dugaan, itu kartu truth or dare.

"Ah basi banget," komentar Harrel. Yara tersenyum miring, gadis itu mengerti bahwa Harrel merasa takut. Selalunya ketika mereka bermain ini Harrel selalu mendapat tantangan yang agak gila ataupun pertanyaan yang diluar nalar. Entah siapa yang membuat kartu ToD itu, pokoknya Harrel membencinya.

"Takut? Kali ini gue kasih keringanan, pakai ini!" Yara mengeluarkan beberapa kaleng anggur dengan kadar alkohol sedang dari ranselnya. Ryuna sangat senang akan hal itu karena anggur adalah kesukaannya.

Merrel | Markhyuck AU(✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang