41. Seperti Biasa

7.9K 671 24
                                    

Vote, komen, and happy reading 🧡
.
.

"Tidur, Rel." Harrel menggeleng, ia masih sibuk dengan PC Mark untuk bermain games. Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, namun Harrel tak mau tidur, karena seharian ini ia disuruh belajar, jadi ingin istirahat dengan bermain games.

Melvin menghela napas sejenak, sebelum turun dari ranjang dan beranjak menuju Harrel yang duduk di meja belajar seraya fokus dengan gamesnya. Sesekali bibirnya mengumpat, karena partnernya payah.

"Harrel."

"Bentar mas, lagi seru, bentar lagi," bujuk Harrel.

"Lo ngomongin hal yang sama sejak 2 jam yang lalu, dan sampai sekarang belum berhenti." Harrel tak menjawab, si manis tetap fokus dengan gamenya.

Melihat tak ada respon, Melvin menyerah. Lelaki itu berbalik, setelah mengecup pipi Harrel. "Terserah deh." Harrel terkejut, mendapat ciuman tiba-tiba, hingga tanpa sadar lawan dalam games itu membunuhnya. "ARGHH! Kalah!" Melvin mengabaikan teriakan Harrel lalu beranjak ke ranjang, seraya membiarkan lampu menyala.

"Mas?"

"Mas Mel?"

Tak ada jawaban, sehingga Harrel pikir Melvin sudah tidur namun ternyata saat menoleh Melvin malah terlihat duduk bersandar pada headboard seraya membaca buku.

"Bang gue ngomong nih, nggak dijawab." Harrel menghampiri Melvin yang tampak masih terdiam. Harrel mengulum senyum ternyata kekasihnya itu dalam mode ngambek.

"Mas Melvin."

"Gue mau tidur, ganti posisi, gue sukanya disebelah kiri." Melvin menggeser duduknya, tanpa bicara. Harrel terkekeh geli, kemudian tidur di sisi kiri ranjang.

"Mas, ambilin remot AC dong, terlalu panas nih." Lagi-lagi Melvin hanya melakukan tanpa bicara, ia masih kesal karena Harrel mengabaikannya, tapi tak sanggup untuk benar-benar balas dendam. Entah apa yang diberikan Harrel padanya hingga menjadi budak cinta begini.

"Mas."

"Mas Melvin."

"Apalagi, dek?" Harrel menahan napas mendengar panggilan itu. Pipinya memanas seketika dan wajahnya merona hingga warna merah itu menjalar ke telinga. Mendengar panggilan ini secara langsung, membuat dirinya salah tingkah sendiri.

"Kenapa diem?" Melvin menoleh, menemukan Harrel yang menutup wajah dengan bantal seraya menggelengkan kepalanya.

"Lo kenapa?"heran Melvin.

"Gawpapaw!" Dengan sekali tarikan Melvin membuang bantal itu ke lantai. Ia menemukan wajah Harrel yang merah sempurna.

"Lo malu?"

"CICING! "

"Hah? Cacing?"

"Cicing, bukan cacing. Ah gue lupa lo turunan bule bukan Sunda." Melvin semakin bingung mendengarnya, walaupun tak mengerti tapi wajah merona Harrel menjadi hiburan tersendiri.

"Lupain, jadi lo nggak marah lagi kan?" tanya Harrel dengan cengiran.

"Gue nggak marah, cuman nyuruh lo tidur doang, sekarang udah jam 1 lewat," jawab Melvin.

"Nggak marah tapi ngambek," cibir Harrel. Melvin menutup buku, lalu merebahkan dirinya menyusul Harrel.

"Lagian ya mas, yang harusnya marah itu gue, setelah satu bulan, sampai disini malah disuruh belajar. Cuddle dulu kek sampai seminggu." Melvin tertawa kecil mendengar lontaran cerewet Harrel. Sebenarnya Melvin sengaja menyuruh Harrel belajar karena dua Minggu lagi akan dilaksanakan ujian tengah semester. Melvin tak mau Harrel ketinggalan, walaupun absennya bisa di toleransi tapi ujian tetap saja tanpa terkecuali.

Merrel | Markhyuck AU(✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang