32. Obsesi?

7.5K 644 55
                                    

Vote, komen, and happy reading 🧡
.
.

Harrel merungut ketika tangannya ditarik menuju kelas. Pelakunya adalah Melvin, tunangannya itu memaksa berangkat bersama karena khawatir Harrel masih sakit. Padahal hari ini Harrel ingin mengendarai kesayangannya redflight .

"GANTENG BANGET!" Suara beberapa perempuan membuat Harrel mendengus. Harrel tahu orang-orang itu mengagumi sosok tampan Melvin yang kini juga tersenyum ramah. Kadang Harrel benci, Melvin punya sikap ramah dan hangat pada siapa saja. Kenapa Melvin tidak jadi laki-laki cuek saja?

Kembali terdengar teriakan perempuan dekat kelasnya, sementara Melvin tersenyum ramah, Harrel justru menatap orang-orang itu dengan tatapan menusuk.

"Terus aja tebar pesona! Semua cowok sama aja." Melvin menoleh, kemudian tertawa kecil mendengar lontaran Harrel.

"Lo kan juga cowok."

"Oh iya. Eh! Gue marah ya, nggak usah sok akrab." Harrel menepis lengan Melvin yang menggenggam tangannya. Genggaman itu berhasil terlepas namun Melvin malah berpindah pada pinggang Harrel untuk menahan tunangannya.

Aksi itu menjadi tontonan menyenangkan bagi orang-orang disana. Memang fakultas Harrel kebanyakan mendukung mereka untuk jadi pasangan. Yang sensi itu hanya fakultas Melvin, fakultas hukum. Padahal mereka kan juga bukan siapa-siapa bagi Melvin.

"Jangan ngambek. Lo itu baru sembuh, nanti kalau tiba-tiba pusing, ntar jatuh pas bawa motor sendiri." Melvin berkata seraya mengiringi langkah Harrel menuju kelasnya yang berada di ujung.

"Tapi gue udah nggak papa, bang. Gue bahkan baru bawa Redflight itu 2 kali selama disini," balas Harrel.

"Red apa?"

"Redflight, motor keberuntungan gue selama di Bandung. Lo tahu? Gue belum pernah kalah kalau pakai motor itu selama balapan. Selain itu ya, ada temen gue yang namanya Gio, dia hebat banget urusan mesin, jadi motornya udah di modif, pokoknya kecepatannya tinggi bang. Melesat, melaju, melambat, dia selalu senang." Melvin melongo mendengarkan kecerewetan Harrel, dan sebagian besar ia tak paham apa yang disampaikan kekasihnya itu. Namun wajah Harrel bercerita membuatnya gemas sendiri.

"Motor item, kok namanya Red?" Hanya itu yang dapat ditangkap oleh Melvin, dari sekian panjang penjelasan Harrel.

"Ya emang kenapa? Banyak kok orang yang ngasih nama nggak sesuai dengan bentuk atau keadaannya," jawab Harrel.

"Contohnya?" sahut Melvin.

"Contohnya, bilang nggak papa nggak papa padahal hancur. Ada lagi, bilangnya temen padahal sayang, trus trus keliatannya bucin tau tau selingkuh. Banyak gitu mas, jadi nggak ada salahnya juga motor item dikasih nama Red." Melvin tertawa lagi mendengar nya. Jemarinya merapikan poni Harrel, yang sedikit berantakan tertiup angin. Mereka sudah sampai di kelas Harrel, dan di dalam sana sudah ada beberapa mahasiswa yang datang.

"Trus aja uwu-uwuan." Naren menginterupsi pasangan bucin itu.

"Dah kayak laki-bini lo berdua gue liat. Sekalian nanti lo salim sama bang Melvin, trus cium kening." Naren menyindir, namun dua orang itu benar-benar melakukannya. Harrel mengamit lengan Melvin dan mengecup punggung tangan lelaki tampan itu untuk pamit. Setelah itu Melvin mengecup kening Harrel, lalu beranjak. Meninggalkan kerumunan kelas Harrel yang heboh, dan Naren yang mengumpat diiringi tawa puas dari Harrel.

Merrel | Markhyuck AU(✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang