34. Bencana

7.2K 610 75
                                    

⚠️ini part rada-rada anu, jadi yg gak suka skip aja🙏

Vote, komen, and happy reading 🧡
.
.
Kalau happy juga sih:v

Kampus di sore hari sudah cukup sepi, hanya ada mahasiswa dari beberapa fakultas yang sedang belajar ekstra. Tiga orang pemuda masih setia berada di kampus, berdiri di depan pintu utama gedung fakultas ilmu komunikasi.

"Yakin lo nggak mau ditemenin?" Narenza bertanya sekali lagi, pun sama dengan Renzo mengangguk menyetujui ucapan sepupunya. Harrel menggelengkan kepala sebagai jawaban, lagipula ia hanya menuju ruang dekan, yang Harrel sendiri tak tahu apa sebab ia dipanggil.

"Kita temenin aja ya, entah kenapa gue tiba-tiba nggak tenang." Renzo berkata, membuat Harrel tertawa mendengarnya.

"Lo kan janji sama baba lo pulang cepet." Renzo menghela napas, benar ia ada janji dengan babanya, masalahnya ia juga gelisah ketika harus beranjak meninggalkan Harrel.

"Kalau gitu gue aja," tutur Naren.

"Bukannya lo bilang, mau jemput om Yuta di bandara? Kan ortu lo balik dari Jepang, Na." Naren menepuk jidat karena bisa-bisanya lupa mengenai hal ini. Malah Harrel yang berakhir mengingatkan dirinya.

"Tapi gue tetap nggak tenang, Rel." Renzo bertutur lagi, ia juga heran kenapa perasaannya gelisah begini.

"Kalian berdua kenapa sih? Gue cuman ke ruang dekan, takut amat kayak ada yang nyulik aja. Kalaupun nanti ada yang macam-macam tinggal baku hantam." Renzo dan Narenza kompak menghela napas panjang. Mereka tersisa hanya bertiga sekarang, Jeon dan Lionel ada jadwal di Lab, sedangkan Gallen tidak masuk karena pulang kampung.

"Kalau nggak tunggu bang Melvin aja, nih kampus serem kalau dilihat-lihat sore begini." Harrel menyentil kening Naren pelan, hingga pemuda itu mengerucutkan bibir kesal. Padahal sudah Harrel bilang ia hanya ke ruang dekan, namun dua orang itu berlebihan.

"Kasian bang Melvin, dia lagi ada pertemuan sama orang penting. Udah ya, lo berdua pulang sana." Harrel mendorong dua orang itu, bermaksud mengusirnya. Dengan berat hati langkah Naren dan Renzo menjauhi Harrel.

Harrel terkekeh geli melihat tingkah teman-temannya itu, kemudian berbalik arah menuju ruang dekan, tujuan awalnya di panggil.

"Baby i'm perfect, baby i'm perfect for you."

Harrel bersenandung kecil mengikuti alunan musik yang terdengar melalui earphone, kaki jenjangnya melewati vending mechine membuat langkahnya terhenti. Ia melihat beberapa anggur kaleng dan soda. Wah sudah lama Harrel tak meminum anggur semenjak pindah, kalau di Bandung dulu ia sering mabuk bersama Ryuna dan Yara.

"Jadi kangen mereka." Minuman itu keluar setelah Harrel berhasil memasukkan koin. Harrel mengedarkan pandangan ke sekitar. Ternyata benar kampusnya sudah sepi dan cukup seram jika dilihat-lihat sore begini.

Harrel melanjutkan perjalanannya, namun langkahnya terhenti ketika mendengar suara kucing dari gudang penyimpanan. Harrel ingin mengabaikan karena gudang itu gelap. Tapi suara kucing itu malah terdengar kesakitan.

"Gue takut, tapi dia kasihan." Harrel mengintip dari jendela yang berdebu, dan menemukan anak kucing berwarna putih yang ekornya terjepit beberapa kursi kayu. Karena berusaha melepaskan diri kucing itu semakin terluka.

Merrel | Markhyuck AU(✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang