46. Baby Boy and Big Boy

8.5K 654 11
                                    

Vote, komen, and happy reading 🧡
.
.

Melvin terdiam memandangi kertas-kertas persyaratan untuk mengajukan semester pendek. Ia sedang konflik batin, untuk mengikuti semester pendek atau tidak. Melvin awalnya tak terlalu punya ambisi untuk cepat lulus, tapi mengingat sekarang ia punya Harrel, Melvin ingin segera melamar pemuda manis itu.

"Kenapa, bang?" Suara Yongie mengalihkan atensi Melvin. Lelaki tampan itu tersenyum kecil pada Yongie.

"Mom, kalau misalnya abang ingkar janji gimana?" Kening pria cantik itu berkerut, mendadak bingung dengan pertanyaan tiba-tiba Melvin. Pasalnya Melvin itu bukan orang yang suka ingkar janji.

"Abang ngomongin apa? Ingkar janji itu kan nggak baik bang, kalau awalnya janji harus ditepatin." Senyum Melvin luntur, yah benar, janji memang harus ditepati. Tapi mengingat sosok Harrel, Melvin jadi bimbang. Ia memang ingin Harrel menikmati masa-masa kuliah terlebih dahulu, tapi masalahnya adalah Melvin yang tak tenang melihat segala pikiran buruk yang menyerang kekasihnya itu.

Melvin akui, Harrel itu pintar menutupi sendu, berpura-pura seakan harinya baik-baik saja. Adakalanya Melvin merasa bahwa dirinya tak berguna karena tak mendapat kepercayaan untuk berbagi bagi Harrel.

"Mom, sayang sama Harrel kan?" tanya Melvin.

"Sayang lah, tiba-tiba kamu nanya, ada apa sih bang?" Lagi-lagi Yongie bingung dengan tingkah si sulung.

"Mom, nerima segala masa lalu dia kan?"

Yongie tersenyum kecil. "Tentu, kamu kan tahu bang, yang niat jodohin awalnya itu kan mom sama Theona. Nggak mungkin tiba-tiba berubah pikiran cuma karena masa lalu Harrel."

"Bagi Harrel itu nggak cuma mom. Mommy mungkin nggak tau, tapi Harrel belum bisa menerima semua tentang dirinya." Yongie terdiam sejenak, ia cukup mengenal karakter Harrel karena sifatnya itu mirip dengan Theona. Meskipun terlihat kuat, ada sesuatu disudut hati dan pikirannya yang siap membuatnya rapuh kapan saja. Tapi Yongie bersumpah, ia benar-benar menyayangi putra bungsu Theona itu seperti anaknya sendiri.

"Mom sama dad nggak pernah merasa keberatan dengan apapun di diri Harrel, nggak tahu kenapa ya, anaknya emang gampang bikin orang lain sayang." Melvin terkekeh kecil, benar. Faktanya memang begitu, Melvin awal bertemu sudah merasa tertarik dengan Harrel, sebab itu ia membatasi diri dengan bersikap biasa saja, karena ia takut jatuh sedangkan ia sudah dijodohkan. Siapa sangka mereka orang yang sama.

"Kenapa emangnya bang? Trauma Harrel kambuh?" tanya Yongie dan Melvin menggeleng sebagai jawaban.

"Mom, soal ingkar janji itu. Abang pengen ngelamar Harrel dalam waktu dekat." Mata Yongie berkedip cepat mendengarnya.

"Lamar? Maksudnya mau nikah gitu?"

"Iya. Awalnya abang pikir kita bisa nikmati masa-masa kuliah dulu, karena masih sama-sama muda. Tapi ngeliat Harrel yang sekarang, abang pengen nikah sama dia secepatnya."

Bukan tanpa alasan Melvin berubah pikiran. Melvin akhirnya mengerti kenapa Harrel tak siap untuk berbagi kelemahan padanya. Karena pada dasarnya mereka belum terikat, dan pemuda manis itu pasti takut bahwa suatu hari Melvin meninggalkannya.

Melvin hanya ingin meyakinkan Harrel bahwa segala pikiran buruk itu tak akan pernah terjadi.

"Abang yakin? Gimana kalau orang tua Harrel nggak setuju? Terus Abang mau biayain hidup kalian gimana?" Kini giliran Melvin yang terdiam, ah ya dia tak punya bekal untuk pekerjaan, namun ia punya cukup tabungan karena sering membantu teman ayahnya yang bekerja di firma hukum. Selain itu Melvin juga punya tabungan dari uang jajan yang ia simpan sedikit-sedikit.

Merrel | Markhyuck AU(✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang