⚜02. Jantung Kecil ⚜

983 139 27
                                    

"Sunoo!"

Hujan turun, bersamaan dengan air mata yang mengalir deras dari bola mata Wonwoo. Gigi taringnya memanjang, mata rubahnya menatap ke depan, dengan kaki yang terus berlari maju. Tak ada sedikit pun rasa takut, ketika dia berjalan menembus air hujan di tengah hutan. Di dalam pikiran Wonwoo hanya ada anaknya seorang. Anak perempuan kecil, yang terlahir tanpa seorang ayah.

Terserah. Mau orang lain memanggil Wonwoo dengan sebutan siluman rubah, atau wanita jadi-jadian. Wonwoo tidak peduli. Meskipun semua perkataan itu terkadang menusuk hatinya, Wonwoo masih bisa tersenyum. Rubah itu selalu membuktikan kepada anaknya, jika mereka berdua layak hidup di dunia ini.

"Sunoo! Sunoo! Jawab panggilan Mama! Sunoo!" teriak Wonwoo.

Sekeras apa pun Wonwoo berteriak, anaknya tak kunjung datang. Selelah apa pun Wonwoo berjalan, langkahnya tidak bisa menemukan Sunoo. Sejauh apa pun Wonwoo mencari, Sunoo tidak memunculkan jati dirinya.

Selama ini Wonwoo tak butuh apa-apa. Dia bisa bertahan hidup, ditemani buah hati yang dulunya tak pernah dia harapkan. Namun, sekarang. Wonwoo mati-matian mencari anak itu. Dia tidak memedulikan bajunya yang basah kuyup karena hujan. "Sunoo, jangan bersembunyi. Kau tak ingin membuat Mama menangis lagi, bukan?" pinta Wonwoo.

Wonwoo lelah. Kakinya bergetar, dikalahkan oleh air hujan. Akhirnya tubuhnya tumbang. Dia berjongkok, merasakan aliran air hujan yang menusuk punggungnya. Bola mata siluman itu dilapisi cairan bening. Dia menggenggam erat kalung milik Yoshi, yang sempat Sunoo sembunyikan. Dari darah rubah yang tersebar di sekitar kalung, Wonwoo bisa menebak, jika putrinya dalam masalah. "Sunoo!"

Ketika rasa putus asa sudah berada di ujungnya. Takdir mengirimkan sebuah petunjuk pada Wonwoo. Tepat di hadapannya, terdapat sebuah gua dengan cahaya obor. Wonwoo merasakan jantungnya berdetak tak teratur. Apalagi ketika mendengar canda tawa para manusia yang ada di dalam gua itu. Tanpa membuang waktu, Wonwoo berusaha untuk berdiri. Dia berlari menuju gua itu.

"Cepat ambil jantung anak rubah itu! Monster sepertinya tak layak hidup! Dia harus dibunuh supaya putrimu tetap hidup!" kata seorang warga desa.

Kim Mingyu, menatap ke arah anak perempuan kecil yang tertidur di atas batu datar. Anak siluman rubah itu mengingatkannya pada siluman yang dulu pernah mengisi hatinya. Mingyu tak sanggup untuk membunuh, apalagi mengambil jantung anak itu. Hanya saja, sang istri berbisik tepat di telinganya. Saerom mengingatkan, "Wonyoung hampir sekarat, cepat lenyapkan dia. Putri kita membutuhkan jantungnya!"

"Maaf," gumam Mingyu. Mingyu mengambil belati yang sudah diasah. Bola matanya bergetar, melihat Sunoo tertidur nyenyak jauh di bawah belatinya.

Tak ada yang tahu, jika Sunoo adalah anak Mingyu, selain Wonwoo dan Mingyu sendiri. Selama ini, Wonwoo menyembunyikan identitas Sunoo, demi melindungi reputasi Mingyu. Lalu sekarang? Pria itu berniat menghianatinya lagi. Dia tidak membiarkan Sunoo hidup tenang dengan Wonwoo.

"Sunoo!"

"Kim Mingyu! Jauhkan belati si*lan itu dari putriku! Kau tak berhak menyakitinya brengs*k!" teriak Wonwoo.

Di antara derasnya air hujan yang mengalir, terdapat siluman rubah dengan wujud manusia. Siluman itu memanjangkan jemari tangannya. Dia menyerang setiap manusia yang berusaha untuk mencegah langkahnya. Pikiran Wonwoo menggila, apalagi ketika melihat Kim Mingyu.

Dendam di masa lalu terungkit. Wonwoo sudah berbesar hati, melupakan Mingyu dan berjanji tak akan mengusik kehidupannya. Lalu sekarang? Pria itu yang malah mengusik kehidupannya dengan cara menangkap buah hatinya.

Ketika Wonwoo hampir menyentuh jemari tangan sang anak, sebuah peluru sudah menancap tepat di punggungnya. Siluman itu meringis, apalagi ketika merasakan peluru lainnya menyusul menusuk satu persatu belakang tubuhnya. Dia lumpuh. Dia lemah. Dia lelah dan dia jatuh. Seluruh warga desa berhasil mengalahkannya secara bersama-sama.

"Tunggu apalagi?! Bunuh anak rubah itu! Lalu ambil jantungnya! Ini semua demi keselamatan anakmu!" teriak warga desa.

Wonwoo tak kuat bergerak. Seluruh tubuhnya melumpuh, bersamaan dengan air mata yang mengalir deras ke pipi. Dia benci menjadi tak berdaya seperti ini. Wonwoo benci melihat orang yang dia sayangi terbaring lemah di atas batu. Siluman itu benci, ketika dirinya hanya bisa berteriak dan mengemis-ngemis kepada Mingyu.

"Kim Mingyu. Selama ini aku mengikhlaskan kau pergi bersama wanita lain. Tapi kumohon, aku tak bisa mengikhlaskan anakku pergi begitu saja."

"Dia satu-satunya harta yang kumiliki. Kumohon, jangan lenyapkan dia."

"Kau berjanji akan membiarkan anak itu hidup, asal aku tidak mengganggu kehidupanmu bukan?"

"Jadi, kumohon. Tolong lepaskan anakku!"

Raungan Wonwoo, menyentuh hati kecil Mingyu. Namun, mata hatinya tertutup dengan bisikan istrinya. Wanita itu meminta Mingyu untuk segera melenyapkan Sunoo. Demi keselamatan putri keduanya. "Maafkan aku, aku tidak punya pilihan lagi," gumam Mingyu.

Walaupun Wonwoo mengemis sampai bibirnya sulit digerakan, pada akhirnya belati itu menusuk tubuh Sunoo. Walaupun Wonwoo menangis tersedu-sedu, mata Mingyu buta tak bisa melihat hal itu. Walaupun Wonwoo berbaring di tanah dengan luka di seluruh tubuhnya, Mingyu tetap membedah dan mengambil jantung Sunoo.

Pada akhirnya, senyuman di bibir Sunoo menghilang. Sekarang, bibir anak itu tertutup rapat untuk selamanya. Dia tidak bisa lagi menyanyikan lagu bahagia, supaya Wonwoo tak merasa sedih. Sunoo juga tak bisa menyenangkan Wonwoo, dengan tarian rubah miliknya. Anak itu pergi tanpa pamit, setelah Mingyu mematikan semua indera tubuhnya untuk Wonwoo.

Bola mata Wonwoo menatap kosong ke depan. Tepat di depannya terdapat Sunoo yang tergeletak tak bernyawa, dengan surakan warga desa. Mereka bersorak gembira, kemudian mengajak Mingyu untuk kembali ke desa.

"Kim Mingyu, jangan lupa untuk membunuh wanita rubah itu juga! Aku khawatir, dia akan menggoda warga desa dengan sifat liciknya."

"Wanita jadi-jadian itu menjijikkan."

Tangan Mingyu bergeo hebat. Keringat berjatuhan dari kening, hingga mengalir ke dagu. Kelopak Mingyu tertutup erat, dengan jantung berdetak kencang. Mingyu menolak, "Aku sudah mengabulkan keinginan kalian. Yang kita butuhkan adalah jantung anak rubah. Tidak ada gunanya, membunuh Ibu anak rubah itu."

"Kau tidak salah bicara? Kau baru saja membela wanita rubah ini? Cih, jika kau tak ingin melenyapkannya, biar kami saja!" Semua warga desa sudah mengambil kembali senjata api. Mereka berniat mengarahkannya pada Wonwoo, tapi Mingyu kembali melarang.

"Jangan membuang-buang waktu, untuk menghabisi wanita rubah yang sekarat. Sebentar lagi dia akan menyusul anaknya, jadi kalian bisa pergi sekarang."

"Tujuan kita pergi ke desa ini untuk mengobati putriku. Karena aku sudah mengambil obatnya, lebih baik kita pergi sekarang. Jangan buang-buang waktu lagi, putriku sedang sekarat," ajak Mingyu.

Akhirnya para manusia pergi, meninggalkan Wonwoo dan jasad Sunoo. Air mata di mata Wonwoo sudah surut, digantikan oleh api dendam yang membara. Rubah itu, berusaha untuk berdiri, meskipun rasa sakit menjalar di tubuhnya. Dia menggenggam erat jemari kecil Sunoo, kemudian bersumpah, "Mama akan membalas semua yang mereka lakukan pada putri kecil Mama."

"Kim Mingyu, aku membencimu."

⚜⚜⚜

HEARTLESS FOX [Revisi] [Sunsun Ft Meanie][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang