Sudut bibir Mingyu terangkat ke atas, melihat putrinya memegang ikan dengan kedua tangannya secara langsung. Sang putri tersenyum senang, begitu juga dengan Mingyu yang ikut bahagia. "Dia memang bukan Wonyoung."
"Bu... bukan Nona Wonyoung?! Apa maksud Anda?!"
"Dia putriku," balas Mingyu tanpa berniat melanjutkan perkataannya lagi. Bola matanya fokus melihat sang anak berjalan menuju daratan dengan ikan di tangannya.
Diperlukan tenaga tambahan, dan fokus untuk membawa ikan ke daratan. Karena ikan itu licin dan bersisik, Sunoo tak jarang merasakan sisiknya melukai telapak tangannya. Rubah itu mendengkus, kemudian mempercepat jalannya. "Jika kuku panjangku masih ada, sudah kupastikan ikan ini akan kutusuk dengan mudah---"
Belum sempat Sunoo mengakhiri perkataannya, tiba-tiba Sunoo merasakan ada sesuatu yang menarik kakinya. Hanya dalam hitungan detik saja, tubuh Sunoo merosot ke sungai. Ikan yang dipegang Sunoo ikut jatuh, bersamaan dengan cipratan air yang menuju ke sisi sungai.
Sunoo kehilangan keseimbangannya. Dia berusaha untuk melepas pegangan pada kakinya. Namun, semakin Sunoo memberontak semakin tubuhnya ditarik masuk ke sungai. Seluruh tubuh Sunoo bisa merasakan dinginnya air sungai.
"Tak akan kubiarkan kau tertawa bahagia, ketika Ayah menumbalkan jiwaku, hanya untuk penobatanmu! Jika aku mati, kau juga harus mati! Kembalikan tubuhku!"
Di dalam dinginnya air sungai, Sunoo bisa mendengarkan suara seorang gadis. Dia tak tahu, siapa yang baru saja berbicara padanya. Namun yang pasti, kaki Sunoo mulai mengalami kram. Rubah itu kesulitan bernapas, sampai paru-parunya melumpuh.
Tidak. Sunoo tak ingin mati seperti ini. Dia belum bertemu dengan ibunya. Sunoo tak boleh menyerahkan nyawanya seperti ini. Namun apa daya? Dinginnya air terlalu kuat membungkus tubuh lemahnya. Pada akhirnya Sunoo menutup kelopak matanya, dia membiarkan tubuhnya terbawa arus sungai.
Sakit. Ini bukan pertama kalinya Sunoo merasakan rasa sakit sebelum kematian menjemputnya. Sunoo pernah merasakan ini. Karena dia sudah mati. Arwahnya sudah berpindah dari tubuhnya.
"Mama! Selamatkan Sunoo! Pria itu berusaha mengambil jantung Sunoo! Pria itu jahat!"
"Dengarkan Papa. Aku Papamu. Makanlah permen yang Papa berikan padamu. Lalu tidurlah dengan tenang. Papa janji, kau tak akan merasakan rasa sakit sedikitpun. Ini semua demi kebaikanmu."
Air sungai membuat Sunoo ingat, pada tragisnya takdir hidupnya. Perlahan tapi pasti, Sunoo mulai mengingat, ketika Mingyu mengangkat tubuhnya setelah dia ditembak peluru. Pria itu mengatakan, dia akan mengambil jantung Sunoo untuk kesembuhan putrinya. Padahal, alasan itu hanya diberikan untuk istrinya saja.
Kenyataannya, Mingyu memang berniat mengambil putri kandungnya dari Wonwoo.
"Papa? Kau bilang ini untuk kebaikanku, bukan?"
"Memangnya apa yang salah denganku, hingga kau harus memindahkan jantungku pada gadis cantik ini?"
"Apa kau malu mempunyai anak berwujud siluman rubah?"
"Untuk itu kau menukar tubuhku dengan gadis cantik ini?"
"Sesulit itukah kau mengakui rubah ini sebagai anakmu?"
Jantung Sunoo terenyut. Dia tahu dirinya adalah siluman rubah yang dijauhi manusia. Sunoo juga tahu, banyak manusia yang membencinya. Namun, apakah Sunoo tak memiliki kesempatan untuk hidup tenang dengan wujud aslinya? Lagi pula dia tak pernah mau menunjukkan diri di hadapan para manusia.
Air mata Sunoo bersatu dengan air sungai. Lagi-lagi denyutan pada jantung semakin menyiksanya. Dulu Sunoo memimpikan mempunyai keluarga yang utuh. Dia ingin kedua tangannya digenggam ibu beserta ayahnya. Namun sekarang, Sunoo bahkan enggan bermimpi mempunyai Ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTLESS FOX [Revisi] [Sunsun Ft Meanie][✓]
FanfictionMingyu terpaksa membunuh dan mengambil jantung rubah Sunoo, demi keselamatan putrinya. Kematian Sunoo, membuat Wonwoo berdendam pada pria itu. Wonwoo berniat menghabisi putri Mingyu, tapi arwah Sunoo malah merasuki ahli waris keluarga Kim. Akhirnya...