Wonwoo bertanya, "Masalah apa?"
"Beberapa hari ini, ada manusia yang pergi ke hutan terlarang. Aku tak tahu, niat mereka apa. Tapi mereka berjalan ke arah gua siluman kura-kura. Aku takut, mereka akan mengusik pria tua itu, sekaligus menemukan tubuh putri Anda," jelasnya.
Bukannya takut, Wonwoo malah mengeluarkan belati dari tempatnya. Dia menjulurkan belati di depan wajah, kemudian mengamati ujung belati. Bilahnya berkilat, ketika terkena sinar rembulan. Wonwoo memberitahu, "Walaupun siluman kura-kura sudah tua, tapi pria tua itu masih kuat."
"Aku sudah menitipkan putriku padanya, dia tak mungkin membiarkan salah satu serangga pun mengusik tubuh putriku."
⚜⚜⚜
Sunoo tak pernah membayangkan jika kehidupan gadis yang dia tempati, mulai membaik akibat ulahnya sendiri. Dulu Saerom dan ibunya selalu menatap rendah ke arah Sunoo, tapi sekarang Sunoo mempunyai keluarga Park. Mereka menganggap Sunoo putrinya sendiri, setelah mendengar permintaan Sunghoon.
Ketika Saerom dan sang ibu memikirkan cara supaya putrinya lulus acara penobatan. Sunoo sendiri menghabiskan waktu untuk mencari cara, kabur dari tempat ini. Dia menerima tawaran keluarga Park untuk berkunjung ke rumah Sunghoon. Sekaligus menghafal jalan pergi dari rumah.
"Kak Heeseung, apakah Kakak tahu, di mana letak hutan terlarang berada?" tanya Sunoo.
Setelah tiba di rumah Sunghoon, Sunoo dikenalkan berbagai macam ruangan. Namun, gadis itu sendiri malah bertanya jalan menuju hutan terlarang. Heeseung yang disuruh membimbing Sunoo, jelas saja mengernyitkan kening. "Untuk apa Nona menanyakan tempat itu? Sesuai dengan namanya, hutan itu adalah hutan yang tidak boleh Anda masuki."
Heeseung berbisik, "Di sana tempat para siluman menakutkan tinggal. Lebih baik kau tak pergi ke sana."
Mendadak sebelah sudut bibir Sunoo terangkat ke atas. "Menakutkan, ya?"
"Ya! Tentu saja! Mereka bahkan bisa membuatmu menjadi santapannya hanya dalam hitungan detik saja! Jadi, lebih baik kau tak macam-macam ke tempat itu," jelas Heeseung.
"Tapi aku dengar, hutan terlarang sangat indah. Airnya masih jernih, udaranya sejuk, lalu penghuninya juga tak bermuka dua seperti di sini," balas Sunoo.
Ketika Heeseung ingin membalas perkataan Sunoo, pemuda itu tiba-tiba mengingat sesuatu. Dia langsung berkata, "Nona pembahasan tentang hutan terlarangnya lain kali saja. Sekarang, saya harus mengantar Anda menemui Tuan Sunghoon."
Baru saja Sunoo masuk ke ruangan belajar Sunghoon, dia sudah disuguhi wajah serius Sunghoon. Sunghoon memfokuskan matanya pada buku-buku tebal di depan mejanya. Dia duduk di kursi, dengan jemari tangan yang bergerak di atas buku miliknya. Bahkan, ketika Sunoo dibimbing Heeseung untuk duduk di kursi, Sunghoon masih berkutat dengan bukunya.
Tanpa memedulikan ekspresi serius Sunghoon, Sunoo duduk di samping pemuda itu. Sejak awal masuk ke dalam ruangan, Sunoo lebih tertarik untuk mengamati kue-kue kecil di depan matanya. Dia ingin mengambil kue itu, tapi Sunoo sadar, jika kuenya bukan miliknya sendiri. Pada akhirnya Sunoo berdeham, dia memberi kode lewat pujiannya, "Wah, kue-kue ini sangat cantik. Bentuknya lucu dan kecil. Aku penasaran siapa yang akan memakannya, jika sebanyak ini?"
Sunghoon tak melirik ke arah Sunoo sedikit pun. Pemuda itu meneruskan tulisannya, dengan bibir yang mengungkap, "Ambil saja jika kau mau."
Tak perlu waktu lama, bagi Sunoo untuk mengambil kue milik Sunghoon. Sebelum memasukkannya ke dalam mulut, Sunoo sempat mengendus kue itu. Takut-takut Sunghoon membalas keluarga kim, karena sudah menaruh racun.
Sebenarnya Sunoo sendiri tak tahu bagaimana cara racun sang ibu masuk ke dalam rumah keluarga Kim? Namun, yang pasti, seluruh pegawai di rumah Kim, disibukkan oleh pencarian tentang asal muasal racun itu.
"Dengar ini, walaupun aku menyetujui pernikahan kita. Bukan berarti, aku akan jatuh hati dan mencintaimu seperti seorang suami. Jujur saja pernikahan ini hanya kuanggap sebagai salah satu beban hidupku saja. Karena aku tak tertarik pada gadis sepe--"
Belum sempat Sunghoon menyelesaikan ucapannya, dia memelototkan mata tanpa berkedip ke arah Sunoo. Dibanding mendengarkan ucapan Sunghoon, Sunoo lebih memilih mengisi perutnya.
Sunoo tersenyum ketika ketahuan memakan setengah bagian dari kue milik Sunghoon. Dia mengambil satu kue, kemudian dijulurkan pada Sunghoon. Sunoo menawarkan, "Buka mulutmu dan makan ini. Aku tak menghabiskan semuanya, kok. Masih ada banyak. Jadi jangan marah."
Sunghoon memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia menarik dan mengeluarkan napas panjang. "Ah, sudahlah. Lupakan apa yang tadi aku katakan. Makan saja semuanya sendiri."
Tanpa perlu Sunghoon izinkan, Sunoo kembali mengambil kue. Dia melirik ke arah Heeseung, kemudian menjulurkan kue di depan pemuda itu. "Buka mulutmu Kak Heeseung. Cobalah ini, ini enak sekali. Aku tak mungkin menghabiskannya seorang diri."
"Tapi... tapi...." Heeseung ingin menolak, tapi Sunoo malah mendesak, "Dari tadi aku mendengar suara perutmu berbunyi. Aku tahu kau sudah bekerja keras seharian ini. Mamaku bilang, tak baik jika makan di depan orang lapar, tanpa menawarkan makan. Jadi, ayo ambilah."
Sunghoon tersenyum kecut. Dia melihat ke arah Heeseung yang berniat mengambil kue pemberian Sunoo. Kemudian berkata, "Gadis dari keluarga bangsawan, dilarang berdekatan apalagi menyuapi seorang pekerja. Itu pun di depan calon suami---"
Terlambat. Sunoo sudah lebih dulu memasukkan kuenya ke dalam mulut Heeseung. Heeseung ingin memuntahkan kue itu, tapi rasa kuenya terlalu enak untuk dibuang. Terlebih lagi, senyuman tulus Sunoo, meyakinkan Heeseung, dia tak akan mendapatkan masalah besar. Padahal, Sunghoon menatap tajam ke arahnya.
"Apa-apaan kau ini? Bagaimana bisa kau melakukan---"
Lagi-lagi Sunghoon berhenti bersuara, Sunoo sudah lebih dulu memasukkan salah satu kue ke dalam mulut Sunghoon. Gadis itu sengaja menyumpal mulut Sunghoon, agar tidak berbicara lagi. Jujur saja, setiap Sunghoon berkata tentang etika, Sunoo muak mendengarnya. Sejak kapan juga, rubah bebas sepertinya dituntut harus menguasai etika manusia?
"Sudahlah, tutup mulutmu si Paling beretika. Apa kau tak mendengar, jika perut Kak Heeseung berbunyi sejak tadi? Dia kelaparan! Kau tak boleh mengabaikan perut laparnya begitu saja," ucap Sunoo sembari membawa kembali kue-kue kecil.
Sunoo ingin menyuapi Heeseung lagi, karena Heeseung masih belum berani mengambil kue tawarannya. Namun, sebelum kue itu masuk ke dalam mulut Heeseung, Sunghoon sudah lebih dulu memakannya. Dia merampas kue itu, lewat mulutnya yang masih memakan kue.
Sunghoon menatap tajam ke arah Heeseung. Setelah dia menelan kuenya, Sunghoon memperingati, "Jika ingin kue, ambil saja kue itu sendiri. Jangan tunggu gadis aneh ini menyuapimu. "
Sunoo tersenyum mendengar apa yang dikatakan Sunghoon. Dengan senang hati, dia menjulurkan semua kue miliknya ke depan Heeseung. Niatnya ingin mengobati rasa lapar di perut Heeseung. Meskipun pada akhirnya, Sunoo berhasil menerbitkan satu senyuman bahagia di bibir Heeseung.
"Aneh." Sunghoon membandingkan gadis yang ada di hadapannya, dengan berita yang tertera pada koran. Dijelaskan, jika Putri keluarga Kim sangat anggun, dan berwibawa. Namun, yang ada di depannya sedikit liar, dan sulit diatur. Terlebih lagi, dia hanya melakukan apa yang dia inginkan saja.
"Apa sakit yang dia derita begitu parah, sampai membuat otaknya ikut sakit juga?" tanya Sunghoon heran.
Perkataan Sunghoon didengar Sunoo. Tanpa menghentikan makannya, Sunoo melirik ke arah koran yang ada pada meja Sunghoon. Dia membaca koran itu sekilas, kemudian mengernyitkan kening bingung. "Jelas berbeda, toh aku bukan pemilik tubuh ini. Sebenarnya ke mana arwah pemilik tubuh ini, jika aku merasukinya? Apa dia juga merasuki tubuhku? Di mana tubuhku sekarang?" tanya Sunoo heran.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTLESS FOX [Revisi] [Sunsun Ft Meanie][✓]
FanfictionMingyu terpaksa membunuh dan mengambil jantung rubah Sunoo, demi keselamatan putrinya. Kematian Sunoo, membuat Wonwoo berdendam pada pria itu. Wonwoo berniat menghabisi putri Mingyu, tapi arwah Sunoo malah merasuki ahli waris keluarga Kim. Akhirnya...