Tubuh seekor anak siluman rubah, berbaring di atas ranjang. Kelopak matanya tertutup rapat, begitu juga dengan bibirnya yang terkunci. Tak ada senyuman, apalagi suara tawa yang keluar dari anak itu. Bahkan, tubuhnya saja membeku, tanpa nyawa.
"Sunoo," gumam Wonwoo. Wonwoo berdiri tepat di depan ranjang. Jemari tangannya menyentuh tangan Sunoo yang mendingin. Dia kemudian menutup kelopak matanya, sembari merapalkan beberapa harapan untuk kesembuhan putrinya.
"Kau tidak perlu khawatir, siluman kura-kura merawat tubuh putri kita dengan baik. Dia memindahkannya dari gua, karena di gua terlalu dingin, dan siluman kura-kura kekurangan energi untuk merawatnya di sana," jelas Mingyu.
Wonwoo semakin menurunkan sudut bibirnya. Mata rubah itu hampir meneteskan air mata, tapi pada akhirnya Wonwoo langsung menghapus air itu. Dia berusaha bersikap baik-baik saja, walaupun hatinya cemas. "Kenapa kau tidak mengatakan, bahwa di usia remaja, tubuh putriku akan mengalami kutukan keluarga Kim? Kenapa kau tidak mengatakan jika pernikahan siluman dan manusia dari garis keluarga Kim, akan mendapatkan kutukan?"
"Kenapa kau tidak mengatakan jika tubuh Sunoo akan diserang penyakit mematikan? Kenapa kau tidak mengatakan bahwa kau sendiri sedang mencari penawar kutukannya. Kenapa juga kau tidak---"
Kenapa, kenapa dan kenapa. Sebelum Wonwoo bertanya lebih banyak, Mingyu langsung menjawab, "Karena aku tidak tahu, kau membesarkan anakku. Kau memilih untuk menjauh dariku, lalu menyembunyikan putriku."
"Kau juga membiarkanku menikah dan dib*dohi oleh wanita itu, lalu kau bahkan tak pernah membiarkanku bertemu dengan putriku sedetik saja."
Wonwoo egois. Dia tidak ada bedanya dengan Mingyu. Demi hidup tenang dengan Sunoo, Wonwoo enggan bertemu dengan mantan suaminya. Apalagi memperkenalkan Sunoo pada Mingyu. Tapi semua ini Wonwoo lakukan, untuk ketenangan dua dunia.
"Dari semua cara, kenapa kau memilih cara seperti ini? Aku seorang tabib! Aku pasti akan mencarikan obat untuk menyembuhkan tubuh putriku! Kenapa kau tidak memberitahukan hal ini padaku?!" gertak Wonwoo.
Mingyu memeluk tubuh mantan istrinya dari belakang. Meskipun Wonwoo berusaha untuk melepaskan diri, tapi Mingyu masih tetap bersikeras memeluknya. Pria itu memberitahu, "Maaf. Aku memang salah. Aku yang bod*h, karena baru menyadari jika wanita itu telah menipu kita."
"Dulu, aku pikir Wonyoung memang anakku. Tapi setelah dia menderita sebuah penyakit aneh, aku baru tahu, jika gadis itu bukan putri kandungku. Semua hasil ramalan dan bahkan darahnya tidak cocok denganku."
"Salah satu pelayan mengaku, jika Ibu mertuaku yang sudah merencakan semua ini. Itu pun hanya untuk mengurangi rasa malu putrinya, sekaligus memisahkan kita," ungkap Mingyu.
Mingyu menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher siluman rubah. Dia berusaha menyembunyikan rasa malu, sekaligus rasa marah karena kebod*hannya sendiri. "Aku tak bisa menendangnya dari rumah dan membalas wanita tua itu begitu saja. Terlebih lagi, setelah mendengar jika dia mencari jantung putriku, untuk mengobati cucunya."
"Aku memanfaatkan kesempatan ini, untuk menyelamatkan jiwa putri kita. Aku tahu, jika tubuh siluman rubah tak mudah mati. Terlebih lagi, kau pasti mencari cara untuk merebut kembali jantung anakmu."
"Selagi aku mengobati tubuh Sunoo, aku harus mengamankan jiwa putriku dari tubuhnya, supaya dia tak harus menderita penyakit itu selama bertahun-tahun."
"Kesempatan ini juga aku pakai, untuk menobatkan Sunoo sebagai pewaris."
"Kau juga tahu, jika keluarga Kim tak akan membiarkan siluman rubah menjadi pewaris. Oleh karena itu, aku memimjam tubuh Wonyoung, sampai Sunoo mendapatkan restu dan menjadi pewaris keluarga Kim."
"Semuanya kulakukan untuk menebus dosaku padamu dan juga putri kita," ungkap Mingyu.
"Putriku, bukan putri kita," peringat Wonwoo.
Wonwoo mendongak, berusaha untuk tidak meneteskan air mata sedikit pun. Dia sudah muak, menangisi takdir hidupnya yang selalu sulit. Meskipun Mingyu memohon supaya Wonwoo mau memaafkannya. Pada akhirnya, Wonwoo berbisik, "Jangan sentuh aku. Ingatlah, bahwa di rumah terkutukmu itu, ada istri yang sedang menunggumu."
"Kau masih belum mau mengampuniku?" tanya Mingyu.
Perlu beberapa waktu bagi Wonwoo untuk menerima semua ini. Dia segera menghempaskan tangan Mingyu dari tubuhnya. Sementara bibirnya berkata, "Aku sudah mengampunimu. Oleh karena itu aku memintamu untuk melepasku. Ingat, Gyu. Kita sudah tak memiliki hubungan lagi."
"Aku bekerja sama denganmu, hanya untuk putriku. Dia sudah cukup terluka, dengan semua tingkah lakumu. Apa kau tak pernah memikirkan bagaimana perasaan Sunoo?" sambung Wonwoo.
Mingyu tahu apa yang dipikirkan Sunoo tentangnya, tapi pria itu malah menggelengkan kepala. Dia mengangkat sebelah sudut bibirnya ke atas, kemudian bertanya, "Jika aku berhasil memperbaiki semuanya, sekaligus memberikan pelajaran yang setimpal pada Ibu mertuaku dan juga Saerom, aku ingin kau melakukan sesuatu untuk putriku."
"Melakukan apa?" tanya Wonwoo.
•••
"Aku jadi penasaran, apa kau akan mengenaliku wujudku, jika aku kembali ke tubuh asliku?"
Tanpa harus berpikir dua kali, Sunghoon mengangguk. Pemuda itu menjawab, "Aku pasti akan mengenalimu hanya dengan satu lirikan saja. Siapa siluman rubah aneh, dengan sikap menyebalkan selain dirimu?"
Sunoo tertawa kecil, kemudian menggapai pipi Sunghoon. Dia berbisik, "Sepertinya kau salah membayangkan sosok siluman rubah. Selain menjadi rubah, kami juga bisa menjadi wanita yang cantik untuk menggoda manusia."
"Kau lihat mamaku kemarin? Walaupun dia sudah cukup berumur, tapi kecantikannya masih tetap sama."
"Begitu pula denganku. Aku juga cantik dengan wujud manusiaku!" ucap Sunoo percaya diri.
Sunghoon merotasikan bola matanya. Dia kemudian berkata, "Mau kau cantik atau tidak, tapi yang pasti kau itu manusia jadi-jadian! Bukan manusia asli!"
Perkataan Sunghoon sedikit menyinggung hati kecil Sunoo. Sunoo langsung tersenyum miris. "Perlu aku akui, jika aku tak secantik dan sesempurna gadis ini. Tapi setidaknya, menurut Mamaku aku cantik."
"Aku tak perlu pengakuanmu, untuk mengatakan wujud silumanku cantik," lanjut Sunoo.
Sunoo tersenyum lebar, sementara matanya berkaca-kaca. Dia tak ingin membahas topik ini lebih lanjut, kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain. Dari balik jendela, Sunoo bisa melihat bulan bersinar terang. Dia berkata pada Sunghoon, "Sekarang sudah malam. Aku ingin tidur. Pergilah ke luar, aku tahu kau muak berada satu kamar dengan seekor siluman," sindir Sunoo.
Seharusnya Sunghoon pergi saja, dan tak memikirkan perasaan Sunoo. Namun, entah kenapa dia merasa bersalah, karena sudah menyenggol hati kecil Sunoo. Sayangnya, Sunghoon terlalu gengsi untuk minta maaf, dan pergi begitu saja. "Aku akan menjagamu di luar kamar. Selamat tidur."
"Hmm."
Sunoo kembali teringat pada wujud aslinya. Dia melirik ke arah cermin besar yang ada di dinding kamar. Lagi-lagi, bayangan gadis cantik itu berada tepat di depan matanya. Biasanya bayangan Wonyoung mengikuti apa yang Sunoo lakukan. Namun, sekarang, bayangan itu tiba-tiba membeku dengan tatapan tak bersahabat ke arah Sunoo.
"Eh, apa yang terjadi?"
Hanya dalam hitungan detik saja, Sunoo memelototkan mata. Dia melihat bayangan Wonyoung bergerak, tapi gerakannya tak sesuai dengan apa yang Sunoo lakukan saat ini. Sunoo bahkan bisa merasakan seseorang berteriak di samping telinganya sendiri. "Kembalikan tubuhku!"
Sontak, Sunoo menjerit. Dia bisa merasakan seseorang mencekik lehernya dari depan. Namun, anehnya tak ada seorang pun di depannya, dan cekikan pada lehernya semakin mengerat. Sunoo berteriak sekaligus meronta-ronta. Dia memegangi lehernya sendiri, sampai pintu kamar terbuka lebar. Menampilkan Sunghoon yang tergesa-gesa menghampirnya.
"Sunoo?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTLESS FOX [Revisi] [Sunsun Ft Meanie][✓]
Fiksi PenggemarMingyu terpaksa membunuh dan mengambil jantung rubah Sunoo, demi keselamatan putrinya. Kematian Sunoo, membuat Wonwoo berdendam pada pria itu. Wonwoo berniat menghabisi putri Mingyu, tapi arwah Sunoo malah merasuki ahli waris keluarga Kim. Akhirnya...