009

63 65 146
                                    

Beberapa hari telah terlalui, perlahan ingatan tentang mimpi itu mulai terlupakan seiring dengan laju kehidupan yang terus berjalan. Ingatan tidak mengenakkan terpendam oleh ingatan ingatan baru Casio yang bisa dibilang menyenangkan. Dan hangat.

Seperti pagi ini, pagi pagi sekali rumah mereka sudah dihebohkan dengan Margaret yang menginginkan mangga muda.

Bahkan saat matahari belum terbit sepenuhnya Casio harus berkorban memanjat pohon dari tetangga di sebrang rumahnya yang dengan baik hatinya mengizinkan Casio dan Gionard memetik buah mangga mereka yang berbuah lebat.

Untungnya mereka mengizinkan, jika tidak mungkin Casio akan diam diam menyolong mangga milik mereka. Apalagi karena sangat mendadak tadi, ketika meminta izin mengambil mangga tetangganya itu sedang bersiap pergi meninggalkan rumah.

"Petik yang diatas! Ngelempar mangga nya yang bener, jangan sampai ngenain Ayah!"

Dibawah sana Gionard sibuk mendikte Casio untuk memetik mangga yang kelihatan paling besar. Ditangan pria itu sudah tersedia keresek cukup besar berwarna hitam untuk menadahi setiap mangga yang berhasil Casio petik dan di lemparkannya kebawah.

"Agak ke atas dikit."

Seperti perkataan Gionard, Casio memanjat satu dahan lebih tinggi lagi untuk mengambil mangga yang terlihat cukup besar disana.

Ketika tangannya hendak memetik sebuah mangga, teriakan Gionard dibawah sana menghentikannya.

"Bukan, bukan yang itu, di kanannya!"

Disebelah kanan mangga yang hendak Casio petik memang terlihat mangga yang lumayan besar dan terlihat cukup matang. Setelah memilihkan beberapa mangga muda untuk Margaret tadi sekarang gantian Gionard yang mengambil bagiannya. Pria itu menyuruh Casio untuk mengambilkan mangga yang sesuai dengan seleranya. Namun mangga yang di suruh Gionard untuk Casio ambil sekarang berada diluar jangkauannya.

"Jauh banget Yah! Kayaknya gak sampe deh." Kata Casio setengah berteriak, agar terdengar oleh Gionard dibawah sana.

"Alah, sampe itu. Gak usah alasan kamu. Cepet ambil, jangan bikin Bunda nunggu lebih lama lagi."

Meskipun sedikit kesal karena terus diperintah Gionard untuk mengambil mangga yang ini dan itu hingga rasanya tidak ada habisnya, Casio tetap menjalankan perintah Gionard untuk mengambil mangga yang diinginkan pria itu.

Tangan kirinya berpegangan di dahan pohon dengan kuat agar tidak oleng, sedangkan tangan kanan Casio berusaha menjangkau mangga itu.

Setelah berhasil mendapatkannya langsung saja Casio melempar mangga itu ke bawah yang langsung ditangkap dengan sempurna oleh Gionard.

"Oke! Ini yang terakhir. Ayah pulang dulu."

Mata Casio membola melihat Gionard yang yang hendak melangkah meninggalkan nya. "Ayah mau kemana?! Casio gak bisa turun!" Seperti mengabaikan perkataannya Gionard terus saja berjalan pergi menuju rumah mereka yang berada di sebrang.

"AYAH! BANTUIN CIO TURUNN!"

Casio mendadak panik karena kepergian Gionard.

Gionard berjalan dengan santai, hingga ketika mencapai gerbang rumah pria itu berbalik sejenak ke arah pohon tempat Casio. "TINGGAL LOMPAT AJA, GAK SUSAH KOK!" Komentar pria itu sebelum akhirnya benar benar menghilang dibalik gerbang.

Ditempatnya Casio berkeringat dingin. Tanah yang terlihat jauh dari ketinggian membuat Casio pusing ketika membayangkannya. Dia benar-benar takut jatuh, maka dari itu Casio memeluk dahan paling besar dan kokoh disampingnya.

Dalam hati Casio menyumpah serapahi Gionard yang telah meninggalkannya dalam keadaan begini.

Casio berdoa semoga saja Margaret mengomeli habis habisan pria itu saat pulang.

THE IMMORTAL'S SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang