Rasanya cepat sekali ya? Waktu seakan berlari begitu terburu-buru, tidak peduli meskipun ada hati yang hancur. Meski remuk redam rasanya, tapi waktu tidak mau menunggu.
Tugas yang bisa dilakukan manusia hanyalah beradaptasi, walaupun rasa ini ingin menghentikan sejenak waktu.
Kadang Casio sendiri tidak mengerti dengan jalan pikirannya sendiri. Entah apa yang dia inginkan. Rasanya bingung, seperti ingin menghilang, tapi seperti ada sesuatu yang terus menariknya untuk kembali kepada realita yang harus dirinya jalani. Entah apa itu.
Setelah berkelok-kelok jalan yang harus pemuda itu tempuh, kini Casio kembali berdiri disini. Titik awal dimana semuanya akan bermula.
SMA La Lu Na.
Berkali-kali mengulang kehidupan, Casio tentu sudah hapal betul dengan SMA tempatnya bersekolah ini. SMA La Lu Na sudah seperti benang awal dari takdir kehidupan apa yang akan ia pilih.
Dulu mungkin rasanya akan membosankan, tapi sekarang Casio rasa tidak berlebihan jika menyebut nya, berbeda. Dihari pertama dirinya bersekolah kedua orangtuanya yang paling heboh menyiapkan segala perlengkapan dan kebutuhan Casio sampai ia sendiri bingung, sebenarnya yang sekolah itu dirinya atau mereka, sih?
Lihatlah sekarang, sampai mobil berhenti di depan gerbang sekolah pun Margaret tidak henti hentinya bercerita dan memberikan sedikit wejengan untuk Casio, sedangkan Gionard dengan tampang tidak peduli sekali-kali akan ikut menimpali dan tidak lupa sedikit nasihat akan ikut pria itu berikan.
Oke, baiklah, Casio rasa cukup sudah. Telinganya sudah panas rasanya.
Mencari waktu yang tepat ketika jalanan menuju gerbang sekolah mulai ramai dipadati oleh mobil dan motor para murid, Casio langsung menginterupsi, "Bun, Yah, Cio mau masuk sekarang aja. Udah mulai rame juga."
"Oh, udah mau masuk sekarang?" Margaret yang duduk di kursi penumpang dibagian depan bersama Gionard selaku pengemudi mobil cepat cepat mengambil sebuah tas bekal berwarna merah muda dengan gambar Patrick dari serial kartun Spongebob yang ia pangku sedari tadi. Tas itu kemudian ia sodorkan pada Casio yang duduk di kursi penumpang bagian belakang. Tangan Casio yang semula hendak membuka handle pintu terhenti sejenak karenanya. "Nih Bunda udah masakin nasi goreng buat Cio seperti permintaan Cio bulan lalu."
Casio terdiam sesaat. Dengan sedikit rasa bingung yang meliputi Casio menerima tas bekal yang di sodorkan Margaret.
Margaret berdehem, membuat Casio yang sempat terdiam sampai lupa untuk bernapas jadi kembali tersadar. "Sebenarnya Bunda gak begitu percaya diri sama nasi goreng buatan Bunda. Tapi semoga enak meskipun gak bakal bisa menandingi masakan Mbak."
Memang biasanya yang sering memasak dirumah mereka adalah mbak asisten rumah tangga yang Margaret bayar untuk memasakkan mereka tiga kali sehari. Karena seringnya dulu ketika berhadapan dengan dapur dan masak memasak, dapur akan seketika menjadi kacau. Entah keasinan, kurang matang, gosong, atau bahkan dulu pernah kompor gas yang digunakan Margaret untuk memasak terlalu besar apinya sampai mengenai kain yang tidak sengaja diletakkan berdekatan dengan kompor hingga terbakar dan merambat ke benda benda didekatnya.
Beruntungnya asisten rumah tangga mereka yang kebetulan belum pulang dengan sigap memadamkan api yang disebabkan oleh Margaret. Jika tidak mungkin Margaret yang panik dan tidak bisa berpikir jernih akan langsung berlari menyelamatkan diri meninggalkan rumah dan membiarkan rumah mereka menjadi abu.
Kejadiannya sudah lama sekali, sebelum akhirnya karena kejadian itu Gionard mengganti kompor gas dirumah mereka menjadi kompor listrik. Gionard sendiri tidak masalah sama sekali dengan kekacauan yang dibuat oleh Margaret. Daripada menghawatirkan uang yang harus dikeluarkan karena sang istri, pria itu lebih mengkhawatirkan keselamatan wanitanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE IMMORTAL'S SHADOW
Fantasy『ΛПƬΛЯΛ ƧΛПG ΛBΛDI DΛП YΛПG DΛPΛƬ MΛƬI』 Casio selalu kembali mengulang waktu ke saat berumur 17 tahun disetiap malam ulang tahunnya yang ke 20. Awalnya Casio pikir ini adalah sebuah anugerah karena ia bisa mencoba peran apapun yang ia inginkan tanpa...