Casio pulang dengan membawa rantang pemberian Nenek Nia ditangannya. Pikiran pemuda itu berkabut, banyak tanda tanya dan kebingungan di kepala Casio saat ini.
Tentang wanita tua misterius itu. Kemunculan Nenek Nia. Perginya Tante Saipul. Dan hubungan diantara Nenek Nia dan wanita misterius.
Sejauh Casio mencoba menghubungkan kemungkinan kemungkinan yang dirinya pikirkan sejauh itu pula ia menemukan jalan buntu yang menghalanginya.
Kepala Casio sekarang dipenuhi dengan banyak tanda tanya.
Casio membutuhkan penawar agar bisa sejenak melupakan suara berisik dikepalanya.
Dan entah apa yang terjadi, detik Casio memikirkan tentang penawar itu detik itu juga Casio menemukannya.
Ketika Casio masuk ke dalam rumah ia mendengar suara Gionard dan Margaret dari arah ruang keluarga. Ketika mengikuti arah suara itu berasal Casio menemukan keduanya tengah duduk di sofa panjang ruang keluarga.
Mendengar percakapan mereka yang terlihat damai dan menyenangkan, detik itu juga suara riuh di kepala Casio menghilang.
Ternyata tidak perlu jauh jauh untuk menemukan penawar seperti yang dirinya inginkan, keberadaan keluarganya disisi Casio saja sudah lebih dari cukup. Apalagi dengan segala keharmonisan yang mereka miliki.
Gionard terlihat sibuk mengupas mangga muda untuk Margaret sedangkan wanita itu sibuk memilih mangga mana yang akan dikupas Gionard selanjutnya. Keduanya begitu fokus hingga tidak menyadari kehadiran Casio diantara mereka.
Casio menyeringai, netranya tertuju pada Gionard.
Saatnya berbuat kerusuhan! Dan membuat Gionard membayar perbuatan pria itu padanya.
"Bundaa!" Teriakan Casio membuat keduanya terkejut, dengan Gionard yang membeku ditempat. Dalam hatinya Gionard membatin, mati aku!
Belum sempat Margaret benar benar menoleh ke arah Casio anak nya itu sudah menghambur kedalam pelukannya. Tidak lupa sebelum itu Casio meletakkan terlebih dahulu rantang di atas meja.
Casio membenamkan wajahnya di bahu Margaret, yang dibalas dengan elusan lembut dikepalanya oleh Margaret.
Beberapa saat Margaret membiarkan Casio di posisi seperti itu. Agaknya setelah lebih tenang barulah Casio mengurai pelukannya dan duduk disamping kanan Margaret di sofa panjang.
Mata Casio terlihat berkaca-kaca membuat Gionard meneguk saliva nya susah payah. Habis sudah dirinya jika Casio mengadu bahwa Gionard meninggalkan Casio di atas pohon mangga tetangga mereka.
Mata Margaret membola melihat Casio seperti itu. "Astaga, Cio. Kamu kenapa sayang? Pulang pulang kenapa kayak gini." Margaret menatap Casio khawatir.
Gionard dan Casio pergi berbarengan tadi pagi untuk mencari mangga muda yang diinginkan Margaret. Tiba lebih dahulu, Gionard mengatakan bahwa Casio masih sibuk memetik mangga milik tetangga mereka. Margaret tentu tau Casio tidak bisa turun dari pohon tapi Gionard mengatakan bahwa Casio lah yang memintanya meninggalkan Casio sendirian.
Tentu saja disaat seperti ini yang akan dicurigai adalah Gionard. Karena Gionard lah yang terakhir kali diketahui Margaret bersama anak nya ini. Kebenaran dari ucapannya, Margaret mencurigai itu. Salahkan dirinya karena tidak curiga dengan Gionard, apalagi mereka memang sering berbuat iseng seperti ini.
Pasti Gionard melakukan sesuatu kepada Casio hingga anak kesayangannya jadi seperti ini.
Margaret menoleh ke samping kirinya, tempat Gionard berada. Mata Margaret menatap Gionard penuh selidik.
"Bukan aku yang ninggalin Casio di atas pohon mangga kok Bun." Gionard yang panik malah mengatakan sesuatu yang semakin membuat dirinya dicurigai. Dibelakang Margaret Casio mati matian menahan tawanya.
Mata Margaret semakin saja menajam. Seolah ada laser dari mata wanita itu sekarang. "Ohh, jadi kamu ninggalin Casio, bukan Casio yang minta ditinggalin, gitu?"
Gionard menggeleng ribut. "Enggak, siapa bilang."
"Ayah sendiri yang bilang." Casio menyahuti yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Gionard.
Margaret mencoba untuk menata emosinya. Perbuatan mereka ini sungguh sungguh sudah diluar batas kesabaran Margaret. Sampai kapan keduanya akan terus bertingkah kekanakan dengan bertengkar seperti anak kecil?
"Cio, Gionard, cukup!" Keduanya langsung terdiam seketika dengan Gionard menegang ditempat, karena Margaret yang memanggil nya dengan nama pria itu, karena biasanya jika Margaret memanggil Gionard dengan embel embel Nard maka wanita itu tengah marah padanya.
Margaret menatap wajah Gionard yang terlihat memelas dengan serius. "Jujur, kamu ninggalin Cio pas lagi ngambil mangga, bener?"
Gionard mengangguk pasrah.
"Kenapa?" Pertanyaan Margaret membuat lidah Gionard kelu. Jujur saja dirinya pun bingung menjawabnya. Jika ditanya kenapa maka tidak ada alasan. Karena memang mereka sering berbuat iseng seperti itu. Benar, tanpa alasan. "Kamu udah jadi seorang Ayah Gio, apa kamu gak bisa bedain waktu bercanda sama serius? Please, jadilah dewasa. Sosok Ayah teladan yang bisa dicontoh Casio."
Gionard terlihat terdiam.
"Aku gak ngelarang kalo mau bercanda ataupun berbuat iseng. Tapi ada tempat nya. Kamu sendiri tau kan Casio punya ketakutan yang berlebihan sama ketinggian? Kamu mau tanggung jawab kalo sampai Cio kenapa-napa?"
Dari Gionard sampai Casio, semuanya diam mendengarkan.
Casio sendiri tidak menyangka bahwa keadaannya akan seserius ini, padahal menurut Casio dia sekarang sudah tidak apa apa. Kenapa Bundanya ini harus memarahi Ayah sampai sebegitunya?
Melihat Gionard yang seperti ini sedikit membuat Casio merasa bersalah karena telah mengadu. Tapi walau bagaimanapun apa yang dilakukan Gionard padanya tetap tidak bisa dibenarkan. Casio tidak berbohong saat ia mengatakan bahwa dirinya ketakutan ketika itu.
Jadi, setelah merasa cukup melihat Margaret memarahi Gionard Casio hendak menghentikan nya.
"Kamu juga, Cio. Suka banget iseng sama Ayah kamu. Gak ada bedanya kalian, Bunda masih inget ya pas kamu jahilin Ayah pake kecoak dikamar mandi. Bunda sampe gak tidur semaleman karena Ayah kamu ketakutan." Margaret berbalik mengomeli Casio.
Tapi, kenapa dia juga jadi ikut dimarahi?
"Kalian itu sama aja! Ngeyel banget dibilangin." Margaret tiba tiba beranjak dari duduknya sambil membawa sepiring mangga yang sudah dikupas. "Bunda gak mau tau, pokoknya jangan temui Bunda kalau kalian belum baikan."
Casio hanya bisa melongo melihat kepergian Margaret.
Ditempatnya Casio melihat Gionard yang menatap kepergian Margaret dengan tampang merasa bersalah.
"Maafin Ayah ya Cio." Mendapat pengakuan maaf dari Gionard membuat Casio menatap Ayahnya itu horor. Apa Casio tidak salah dengar, Gionard meminta maaf padanya?
Gionard gantian menatap Casio masih dengan tampang merasa bersalah yang tadi ditunjukannya pada Margaret. "Kayaknya Ayah udah keterlaluan. Ayah ninggalin kamu padahal tau kamu gabisa turun dan phobia ketinggian."
"Umm, iya." Casio menjawab dengan kaku. "Maafin Cio juga ya Ayah. Bener kata Bunda, Cio juga keterlaluan karena suka ngisengin Ayah. Apalagi sampe buat Ayah ketakutan."
"Jadi, kamu maafin Ayah?" Gionard hendak mengkonfirmasi.
Casio mengangguk polos.
Dan detik itu juga Gionard beranjak dari duduknya dan berlarian kecil hendak mencari keberadaan Margaret. "SAYANGG, AKU SAMA CIO UDAH BAIKANN!"
"Eh?" Casio berkedip bingung. Pemuda itu menatap punggung Gionard yang mulai menjauh dari ruang keluarga, pergi meninggalkan Casio dengan satu kresek penuh Mangga dan rantang yang belum diberitahukan Casio bahwa itu adalah pemberian neneknya Saipul.
Kenapa, dia jadi ditinggalkan sendirian?
_______________________
KAMU SEDANG MEMBACA
THE IMMORTAL'S SHADOW
Fantasy『ΛПƬΛЯΛ ƧΛПG ΛBΛDI DΛП YΛПG DΛPΛƬ MΛƬI』 Casio selalu kembali mengulang waktu ke saat berumur 17 tahun disetiap malam ulang tahunnya yang ke 20. Awalnya Casio pikir ini adalah sebuah anugerah karena ia bisa mencoba peran apapun yang ia inginkan tanpa...