"CASIO ROASIL! UDAH JAM SEGINI BELUM BANGUN JUGA?!"
Suara teriakan itu membuat telinga Casio berdengung. Sangking kerasnya suara itu karena merasa terganggu Casio menutup telinganya dengan bantal.
Margaret yang baru saja masuk ke kamar pemuda itu begitu melihat apa yang dilakukan Casio melotot. Menghampiri ranjang tempat Casio berbaring Margaret mengambil bantal yang digunakan Casio untuk menutupi telinganya kemudian memukul bokongnya, tidak terlalu keras.
"Udah jam sembilan anak nakal! Bangun kamu." Merasa tidak adanya respon dari sang anak wanita itu mendengus. Beralih membuka tirai jendela, membiarkan cahaya matahari menerangi kamar Casio.
Casio mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Merasa silau pemuda itu menghalangi cahaya yang langsung menerpa wajahnya dengan tangan.
Siluet seorang wanita di kamarnya membuat Casio terpaku, sebelum benar benar bisa melihat wajah sang ibunda dengan jelas ia langsung dihadiahi oleh lemparan bantal diwajahnya oleh Margaret.
"Bundaa??!" Keluh Casio, terdengar seperti rengekan.
"Habis mandi langsung turun ke bawah buat sarapan. Keluarga nenek bakal pulang pagi ini, tinggalin kesan yang baik buat mereka." Pesan Margaret sebelum melangkah pergi meninggalkan kamar Casio. Tidak mengindahkan rengekan sang anak.
Casio terduduk di ranjang. Wajahnya setengah cemberut. Dengan mata berat karena masih mengantuk Casio menggaruk perutnya yang terasa gatal. Menguap kemudian meregangkan badan. Regangan badannya terhenti ketika otaknya kembali mencerna sesuatu.
Casio menatap sekelilingnya dengan lamat. Pemandangan yang dilihatnya ini tampak berbeda dari yang terakhir kali dia lihat ketika menutup mata. Memang, Casio kembali ke kamarnya diusia yang ke 17 setelah malam tahun baru yang artinya hari ini adalah hari ulangtahunnya yang ke 17 tahun.
Namun ada yang tampak berbeda disini. Benar, Casio merasakan sesuatu yang janggal.
Entah sudah berapa kali Casio mengulang waktu, sudah sangat lama dari tiga digit pertamanya yang dia ingat. Selama itu sudah banyak yang dia lakukan. Tapi setiap mengulang waktu kondisi keluarga dan teman temannya selalu berbeda.
Ada di mana saat ketika kembali begitu membuka mata Casio harus menelan kesedihan karena ternyata orangtuanya sudah bercerai, ibunya meninggal, ataupun dia ditinggalkan oleh kedua orangtuanya. Begitu juga yang terjadi pada lingkungan pertemanannya, kadang Casio bisa menjadi yang terbully, pembully, ataupun dijauhi oleh teman temannya dan orang orang dilingkungan tempat tinggalnya.
Bukankah pagi ini terlalu damai? Casio merasakan sebuah perasaan familiar.
Hangat.
Kehangatan familiar yang tidak Casio ingat kapan terakhir kali merasakannya. Di seluruh pengulangan waktu Casio selama ini kehidupan nya selalu apes. Tapi sekarang di pengulangan waktu yang kesekian ini kehangatan asing yang terasa familiar ini membuat Casio merindukan nya.
Entah sejak kapan air mata mengalir dari mata Casio, ia sampai harus menyekanya berkali-kali karena air mata itu tidak bisa berhenti dan terus mengalir.
"Casio!" Teriakan Margaret dibawah sana terdengar samar. Tampaknya wanita itu sedang memperingatkan untuk cepat cepat turun kebawah.
"Iya Bunda!" Timpal Casio kemudian cepat cepat pergi ke kamar mandi.
Pintu kamar mandi langsung ditutup begitu saja karena begitu masuk dengan cepat Casio pergi menuju wastafel. Mencuci mukanya beberapa kali hingga merasa segar. Begitu menegakkan pandangannya setelah mencuci muka Casio melihat wajahnya yang terlihat lebih berwarna terpantul di cermin wastafel.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE IMMORTAL'S SHADOW
Fantasy『ΛПƬΛЯΛ ƧΛПG ΛBΛDI DΛП YΛПG DΛPΛƬ MΛƬI』 Casio selalu kembali mengulang waktu ke saat berumur 17 tahun disetiap malam ulang tahunnya yang ke 20. Awalnya Casio pikir ini adalah sebuah anugerah karena ia bisa mencoba peran apapun yang ia inginkan tanpa...