"Terkadang kamu itu terlalu bersikap kekanakan tau, Gio. Aku sampai tidak habis pikir. Image cool yang biasa kamu tunjukkan dulu dan bahkan berlanjut disaat kita sudah menikah lurah begitu lahirnya Cio."
Mendengar penuturan sang istri, Gionard tersenyum canggung.
"Dimana ya laki laki keren dan gak banyak bicara itu? Hm, dimana ya~" Ledek Margaret pada Gionard. Tangannya mencubit cubiti pipi Gionard dengan gemas. "Kenapa disini cuma ada pria nakal yang suka memancing keributan dengan anaknya sendiri dan bertingkah seperti anak kecil ya."
"Sayang, jangan memperlakukanku seperti ini." Rengek Gionard. Merasa malu karena diperlakukan seperti anak kecil oleh Margaret. Perilaku yang sering ditunjukkan Margaret pada Casio yang bahkan terkadang masih berlanjut sampai sekarang jika Casio bertingkah manja ataupun menggemaskan pada wanita itu.
Dan sekarang tampaknya bertambah satu lagi bayi besar Margaret yang akan diledeki habis habisan oleh Casio jika melihatnya.
Yang tanpa mereka ketahui Casio mendengar perkataan mereka saat ini dan tengah mengulum senyum.
Sebenarnya sedari tadi Casio tidak benar benar tidur terlelap. Ia terbangun karena keributan kecil orang tuanya. Namun mendengar mereka seperti ini diam diam Casio tersenyum.
Kemudian dengan diam ia kembali ke alam mimpi dengan hati berdebar karena sangking bahagianya akan interaksi keduanya.
"Tuh, tingkah kamu yang kayak gini aja persis sama anak kamu. Kayak pinang dibelah dua. Aku sampai gabisa bedain kalian."
Gionard memutar bola matanya begitu mendengar penuturan Margaret yang terdengar berlebihan baginya. "Hiperbola kamu Bun."
"Aku serius."
Gionard berucap dengan cuek. "Iya iya-" Karena perkataannya Gionard mendapatkan cubitan yang cukup keras dipipinya oleh Margaret yang tidak suka mendapatkan perkataan irit dari lelaki itu. "Sayangg sakit."
"Oh jadi yang kayak gini sakit ternyata. Cubitan aku nyakitin kamu gitu? Aku jadi kayak istri yang lagi menganiaya suaminya?" Tatapan tajam Margaret terarah pada Gionard. "Iya?!" Ucapnya penuh penekanan.
"Enggak gitu-"
"Terus?!"
"Sayang..." Gionard menatap Margaret dengan wajah memelas.
Karena hal itu Margaret tidak bisa untuk menahan tawanya. Tampaknya sudah cukup menggoda dan bermain-main dengan suami imutnya ini. "Aku bercanda."
"Gak lucu."
Tangan Margaret membentuk tanda peace sambil tersenyum kecil. "Iya iya maaf."
Gagal sudah acara ngambek Gionard jika sudah berhadapan dengan sikap Margaret yang seperti ini.
"Aku maafin." Ujar Gionard sambil mempoutkan bibirnya.
Tangan Margaret dengan jahil memberi cubitan kecil di hidung Gionard. "Kalo kayak gini kamu bener bener mirip Cio."
"Aku kan Ayahnya."
Margaret terkekeh mendengar itu. "Iya juga."
"Tapi aku gak cengeng kayak dia." Gionard membela diri. Meskipun sikapnya terkadang memang sedikit mirip dengan Casio tapi bagian cengengnya tadi itu sama sekali tidak mirip dengannya.
Kening Margaret berkerut sesaat. Terlihat berpikir. Ia menoleh ke arah Casio. Menatap anak itu dengan pandangan rumit.
Perkataan Gionard membuat Margaret teringat akan keanehan anaknya sedari pagi.
"Kamu juga ngerasa Casio agak aneh gak dari tadi pagi?"
Gionard mengedikkan bahu tidak perduli. Pria itu tengah sibuk memindahkan tangan Casio dari perut Margaret dan memonopoli wanita itu sendirian. "Aku gak merhatiin. Gak penting juga."
Dengusan terdengar dari Margaret. "Aku serius."
"Aku juga serius." Balas Gionard. Menatap lurus ke arah Margaret yang tengah balik menatapnya sekarang.
"Lagipula itu adalah hal bagus buat Casio dan kita kalo dia bisa lebih peduli dengan Bundanya dan lingkungan disekitarnya. Semua perubahan itu gak selalu buruk. Coba kamu pikir pikir lagi kenapa Casio selalu terlihat keras kepala dan bertingkah selama ini? Semua itu terjadi karena dia terlalu berfokus pada dirinya sendiri dan tidak terlalu peduli dengan keadaan disekitarnya."
Perkataan Gionard ada benarnya. Selama ini Casio bertingkah keras kepala karena hanya peduli pada dirinya sendiri. Karena pemuda itu hanya berfokus pada dirinya, keinginannya, dan kesenangannya.
Bukankah sebuah hal baik jika Casio mau membuka hatinya dan mulai peduli pada hal hal lain.
Casio bahkan jujur soal perasaan nya tadi. Ia menunjukkan dirinya yang menangis pada Margaret dan Gionard padahal selama ini setelah mulai beranjak dewasa Margaret tidak melihat lagi anaknya yang mau menunjukkan emosi dengan jujur pada dirinya.
Margaret tidak tau apa hal yang bisa membuat Casio menangis, mengganggu pikirannya, membuatnya marah dan penyebab emosi emosi lain yang bisa Casio rasakan sewaktu waktu. Karena selama ini Margaret hanya melihat sosok Casio yang nakal dan egois. Casio yang hanya mementingkan dirinya sendiri.
Bahkan Margaret dan Gionard sendiri tidak pernah menyangka bahwa rasa sakit yang dirasakan Margaret karena melahirkannya lah yang menjadi penyebab pemuda itu menangis.
Bukankah semua perubahan ini bisa dibilang cukup positif? Tapi entah kenapa hati Margaret tidak bisa tenang.
Meskipun semuanya terlihat baik baik saja entah kenapa tingkah Casio saat ini malah membuat Margaret merasa ada yang salah dengan Casio.
Hati Margaret menjadi ingin melindungi darah dagingnya itu dari sesuatu yang dirinya sendiri pun tidak tau apa itu.
"Jangan terlalu dipikirin. Itu gak baik buat kesehatan kamu." Gionard beranjak duduk, membawa Margaret bersender di dadanya. Pria itu mengelus punggung wanitanya. "Manusia itu bisa berubah-ubah sewaktu-waktu, kita harus selalu siap dengan segala perubahan itu. Selagi perubahan itu positif maka tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Casio sudah dewasa, dia sudah berumur 17 tahun sekarang. Mungkin dia mengerti bahwa sikapnya selama ini sangatlah bisa berdampak buruk bagi dirinya sendiri dan lingkungan disekitarnya."
Margaret tidak bergeming, tampaknya wanita itu sibuk mengenyahkan pikiran yang mengganggu dikepalanya sendiri. Maka dari itu Gionard ingin membantu dengan melanjutkan, "Kamu harus mendukung apapun keinginan anakmu dan perubahan kecilnya itu. Bukankah ini berarti Casio mempercayai kita sebagai orangtuanya, maka dari itu dia menunjukkan emosinya dengan jujur?"
"Kamu benar." Margaret menghela napas kecil. Menatap Gionard dengan senyuman tipis diwajah cantiknya. "Semua perubahan itu tidak selalu buruk kan? Aku sebagai Bundanya harusnya mendukung perubahan Casio bukannya malah berpikir terlalu berlebihan seperti ini."
Gionard sangat hafal dengan tingkah laku Margaret. Meskipun seringkali wanita itu bersikap dewasa daripada dirinya namun terkadang ada saat saat dimana dia butuh seseorang untuk menjadi sandaran baginya dan menuntun Margaret dari jurang pikiran yang mengganggu itu.
Maka disaat itu Gionard lah yang akan menjadi sandaran dan menuntun Margaret untuk melawan segala pemikiran mengganggu bagi Margaret. Seperti saat ini.
Karena sekarang adalah tugasnya untuk menjaga wanita yang dicintainya ini dan keluarganya dengan segenap tenaga.
Agar tidak ada yang namanya kehilangan lagi.
"Semuanya akan baik-baik saja. Kita anggap saja begitu sekarang." Kata Gionard berusaha menenangkan.
Juga menenangkan dirinya sendiri.
Padahal Gionard berharap semuanya berjalan normal mulai dari saat itu. Tapi tampaknya kepekaan Margaret tidak bisa dihilangkan. Jika wanita itu merasa ada yang salah maka memang ada yang salah. Karena Margaret bisa merasakan hal hal diluar akal manusia. Dulu, dan tampaknya sekarang masih seperti itu. Meskipun sekarang sudah lebih membaik.
Tatapan mata Gionard menatap Casio dengan pandangan tidak terbaca. Terlihat wajah polos Casio yang tengah tertidur pulas disamping mereka saat ini.
Untuk Casio, Gionard hanya bisa berharap anaknya itu akan selalu dilindungi oleh Tuhan.
_______________________
KAMU SEDANG MEMBACA
THE IMMORTAL'S SHADOW
Fantasy『ΛПƬΛЯΛ ƧΛПG ΛBΛDI DΛП YΛПG DΛPΛƬ MΛƬI』 Casio selalu kembali mengulang waktu ke saat berumur 17 tahun disetiap malam ulang tahunnya yang ke 20. Awalnya Casio pikir ini adalah sebuah anugerah karena ia bisa mencoba peran apapun yang ia inginkan tanpa...