014

12 3 0
                                    

Ditinggalkan begitu saja oleh keduanya, Casio tentu saja merasa tidak terima. Enak saja mereka meninggalkan anak seimut dan sebaik Casio ini seorang diri. Padahal Casio ini tiada duanya di dunia. Oke, lupakan.

Intinya Casio sekarang sedang merasa kesal. Sia-sia saja rasa bersalah yang menggerayangi Casio tadi, ketika melihat Gionard dimarahi Margaret. Nyatanya Casio juga kena imbasnya, dan sekarang tengah ditinggalkan oleh mereka berdua untuk bermesraan.

Larat, mungkin lebih tepatnya Margaret tengah mengintimidasi Gionard sekarang.

Ketika ditinggalkan oleh Gionard tadi Casio langsung mengikuti. Keduanya menemukan keberadaan Margaret yang tengah duduk di meja makan sambil memakan potong demi potong mangga menggunakan garpu dengan santai.

Gionard langsung mendekati, sedangkan Casio memilih mengamati, sambil bersedekap dada, ingin menunjukkan bahwa dia tengah merajuk sekarang. Seperti kebiasaannya.

Diam diam tanpa Casio sendiri sadari kebiasaannya yang dulu kembali lagi.

"-Aku beneran udah baikan sama anak kita Mar.."

Mata Gionard hampir berkaca-kaca sekarang. Karena tidak dipercayai oleh Margaret dan terus-menerus disuruh mengatakan yang sejujurnya Gionard jadi merasa sedih.

Persis seperti anak anjing yang takut ditinggalkan pemiliknya.

"Beneran." Gionard membentuk huruf V ditangannya. Tanda perdamaian. "Coba tanya aja Cio, kita udah baikan."

Margaret menghela napas panjang. Karena Gionard yang terus terusan memelas seperti ini diam diam Margaret takut wibawa yang selama ini melekat pada diri pria itu jatuh dihadapan anak mereka.

Walaupun tampaknya memang sudah jatuh dan tidak ada harga dirinya sedari dulu.

Perhatian Margaret beralih kepada Casio. Melihat pemuda itu terang terangan menunjukkan bahwa dia tengah merajuk sekarang membuat Margaret menggelengkan kepalanya karena merasa tidak habis pikir.

Margaret rasa keduanya sangat mirip jika seperti ini. Tidak perlu tes DNA lagi.

Sia-sia saja Margaret merasa khawatir. Mereka berdua ini persis seperti copyan. Meskipun tidak ditunjukkan, sebenarnya mereka saling mengkhawatirkan satu sama lain dan saling menyayangi. Tapi rasa bingung untuk menunjukkannya membuat lahirlah sifat jahil diantara keduanya.

Margaret sudah sangat hapal, selain karena mereka sudah tinggal sangat lama bersama, dahulu ketika mendekati Margaret pun Gionard mulanya seperti ini. Jadi, bukan hanya tau, tapi sangat memahami.

"Casio, sini." Margaret memanggil pemuda itu untuk mendekat. Senyuman menghiasi wajah cantiknya.

Mulanya Casio merasa ragu, tapi karena senyum lembut dari Margaret, Casio jadi memberanikan diri untuk mendekati keduanya.

"Kamu gapapa kan Nak?" Pertanyaan itu terdengar tulus. Margaret bertanya pure karena merasa khawatir.

Casio mengangguk kecil. "Casio gapapa kok Bunda. Jangan terlalu marahin Ayah, buktinya Casio baik baik aja sekarang."

Margaret menjawil Gionard, matanya mengkode pria itu untuk merenungkan perkataan Casio.

Gionard jadi terdiam sendiri. Perkataan Casio yang menyiratkan bahwa anak nakalnya itu peduli padanya membuat Gionard entah mengapa merasakan perasaan yang aneh merasuki relung dadanya.

Mungkin, sama seperti Casio, Gionard masih belum terbiasa dengan ini semua.

Bagaimanapun mereka adalah Ayah dan Anak, mereka memiliki sifat yang sialnya, sangat mirip.

THE IMMORTAL'S SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang