04. Lembar Keempat

164 28 26
                                    

— 𝘓𝘌𝘔𝘉𝘈𝘙 𝘛𝘌𝘙𝘈𝘒𝘏𝘐𝘙 —

Teteh ngga pernah lupa sama Aya
Paling lupa sebentar, hehe
Beberapa jam kemudian Teteh nyamperin Aya
Teteh memang terbaik!
Yah, walau ada adegan keselek mie
Iya Aya maafin, kok

  Aya pasti berat, ya?
  Tapi untungnya ngga seberat dosa Teteh
  Bercanda Teteh cantik
  Terima kasih ya, Teh
  Berkat Teteh, Aya diobati dengan tepat

dari Ayara
Adiknya Teh Ajeng

Perutnya keroncongan, kalau sebelum tidur wajib sekali diisi pakai nasi. Aya ini tim wajib banget makan nasi kalau mau tidur nyenyak, karena kalau perutnya kosong jadi ya seperti sekarang ini. Melamun memikirkan hal yang tak penting, kalau sampai kosong pikirannya dia bisa saja kerasukan. Meskipun tinggal di komplek perumahan, tidak menutup kemungkinan adanya setan yang mencolek orang melamun. Tahu-tahu Aya berubah menjadi harimau, lalu menggeram seperti ini, 'Aing Maung!'. Bahaya itu.

"Mie instan ada kali, ya?"

Nasi tidak selalu siap setiap sorenya, tapi kalau Teh Ajeng sedang sadar Aya bisa makan malam dengan nasi hangat atau nasi goreng. Andai saja Aya bisa memasak nasi, sudah membuat sendiri dan tidak perlu bergantungan lagi kepada Teh Ajeng. Memang pada dasarnya Aya ini kurang pergaulan dengan masak-memasak, jadi ya dia tidak bisa. Sekalinya disuruh tidak matang-matang, alias tombolnya tidak dinyalakan. Akhirnya mereka pergi keluar saja cari makan yang cepat.

"Tapi, pecel lele depan komplek masih buka kayaknya," gumam Aya. "Eh, nanti di jalannya takut ada yang ngeliatin di pohon besar."

Aya bimbang.

"Iya lupa, aku juga ngga suka sama lele."

Demi apapun, Aya pengin sekali makan nasi sekarang ini, ya minimal satu piring agar bisa tidur nyenyak sampai besok pagi. Tapi apalah daya, Aya merupakan Si bungsu yang apa-apa dibuatin sama Teh Ajeng. Begini kalau Teh Ajeng sedang badmood, kesusahan.

"Oke, sebaiknya mie instan saja."

Mantap. Aya sudah memiliki niat yang mantap bahwa dia akan makan mie instan saja. Di lemari pasti ada sebungkus atau dua bungkus mie instan indosat, mie kesukaan Teh Ajeng, tapi kalau dimakan sebulan sekali saja. Pantas saja Ajeng memiliki tubuh langsing idaman gadis-gadis yang melihatnya.

"Nah, kan, pasti ada."

Aya tidak bodoh, kalau soal merebus mie dia juga bisa. Hanya tinggal mengisi panci dengan air, memanaskan air, lalu memasukan mie ke dalam air mendidih tersebut. Tunggu sampai mie melemas tak berdaya, baru matikan kompor dan tiriskan jika itu mie goreng alias mie tanpa kuah.

"Lho? Lho? Lho?"

Senyuman di bibir Aya mengembang, dia melihat satu sosis besar tertinggal di lemari es ketika hendak mengambil air minum. Betapa dia bersyukur saat mendapati sosis yang bisa mengisi kekosongan pada mie tanpa kuahnya.

"Eum, enaknya digoreng apa direbus juga, ya?"

Bingung lagi, sampai pada akhirnya Aya merebus saja sosis itu sekitar satu menitan, lalu disimpan di atas mie instan buatannya.

"Kenikmatan apalagi yang Anda dustakan, Aya~" gumamnya sembari menghirup aroma mie yang khas. "Selamat makan, perut~"

"Aya, Teteh minta maaf, nya!"

Lembar TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang