Bab 1

49.3K 1.5K 6
                                    

Selamat membaca!! Jangan Lupa Vote dan Komen Ya!!!!

Delia selalu menatap orang yang sama selama 10 tahun ini. Mencintainya dalam diam karena tahu bahwa Delia tidak akan memiliki kesempatan untuk dicintai oleh Damar. Berpura-pura tersenyum ketika Damar menceritakan pujaan hatinya. Tertawa ketika orang di sekitarnya menceritakan bagaimana kisah Damar dengan wanita yang dia cintai. Bersedih ketika Damar terluka akibat wanita lain.

Ah, mungkin bahkan tanpa disadari, Delia tidak benar-benar bersedih.

Mungkin sisi jahat dalam dirinya memang mengharapkan Damar kehilangan wanita itu sehingga Damar mungkin akhirnya akan menatapnya sebagaimana dia menatap wanita itu.

Delia benar-benar pandai berpura-pura tidak mencintai Damar.

Mencintai Damar dalam diam sudah menjadi bagian dari hidupnya. Dia mencintai Damar sejak dia mengerti apa itu cinta. Walau awalnya, Delia berpikir ini akan menjadi cinta monyet yang akan terlupakan seiring berjalanya waktu. Pernah beberapa kali Delia mencoba melupakan Damar dengan mendekati laki-laki lain.

Usaha yang ternyata tidak berhasil. Hatinya hanya tertuju pada satu nama. Delia akhirnya menyerah mencoba melupakan laki-laki itu. Berharap waktu akan menjadi solusi untuknya.

Damar Wirasta merupakan sosok laki-laki impian bagi Delia kecil yang kesepian. Sedangkan untuk Delia yang sekarang telah tumbuh dewasa, Damar telah menjelma menjadi laki-laki yang dicintainya.

Damar bukan laki-laki ramah yang akan selalu menyapa dengan senyum, sebaliknya Damar merupakan laki-laki yang lebih banyak diam dengan kesan dingin terutama di depan orang asing. Sosok ramah itu hanya muncul pada orang yang Damar anggap keluarganya, dan Delia termasuk di antara orang yang dia anggap keluarga. Delia tidak tahu apakah itu hal yang baik atau tidak.

Damar terkadang bersikap cukup usil kepadanya, mungkin menganggap Delia adalah adik kecil yang tidak pernah dia miliki. Damar sering menyapanya ketika Delia datang mengunjungi Tante Intan dan Om Rio. Mereka tidak pernah bersikap canggung satu sama lain. Namun hanya sebatas itu.

Ada kalimat yang sering diucapkan Damar ketika orang-orang mulai menjodohkan mereka ketika mereka sudah cukup dewasa.

Delia itu sudah seperti adik buat aku.

Kalimat tersebut menyebabkan Delia tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada Damar.

Delia selalu berpikir bahwa suatu hari nanti mungkin perasaannya pada Damar akan menghilang, ketika Damar benar-benar menemukan wanita yang akan menjadi pendampingnya. Mungkin saat itu Delia akan sangat terluka, namun setidaknya dia akan memiliki alasan untuk melupakan Damar.

Namun, ternyata kesempatan untuk bersama Damar datang tanpa diduga walaupun dengan cara yang tidak dia bayangkan. Permintaan dari Tante Intan, Ibu dari Damar akhirnya menyebabkan Delia tidak lagi menjadi pendengar dalam kisah hidup Damar, namun turut serta dalam bagian penting hidupnya.

Hari ini merupakan hari pernikahan mereka. Acara pernikahan mereka dilakukan dengan sederhana karena keadaan Tante Intan yang masih sakit. Acara akad yang dilakukan di rumah Damar dengan hanya dihadiri keluarga dan tetangga dekat. Delia dan Damar memutuskan tidak mengundang teman-teman mereka. Mereka juga menunda resepsi karena kondisi Tante Intan yang kurang sehat.

Delia mengingat kembali penyebab terjadinya pernikahan antara dia dan Damar.

**

3 Minggu yang lalu

"Jadi gimana, Delia? Kamu mau kan menikah dengan Damar?" Permintaan putus asa dari Tante Intan terdengar memenuhi kamar rumah sakit tempat Tante intan di rawat.

Damar & DeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang