Bab 19

13K 1.2K 58
                                    

Hai Semuanya!!! Selamat hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakan.

Sudah lama banget nih nggak up Damar&Delia. Apa masih ada yang nunggu?

Beberapa hari ini sibuk banget jadi belum sempat update, dan setelah nyempatin waktu hari ini akhirnya bisa Up lagi!!!!

Happy Reading!!!!

Bertahun-tahun lalu ketika Delia pertama kali menyadari perasaannya pada Damar, dia pernah berpikir mungkin ketika dia tumbuh dewasa, akan ada kesempatan untuk Damar melihatnya sebagai seorang wanita, harapan yang patah ketika Damar bersama Adelia. Saat itu Delia masihlah gadis SMA dengan seragam putih abu-abu yang tampak sangat muda, tentu tidak sebanding dengan Adelia yang saat itu telah meniti karirnya sebagai seorang penyanyi muda berbakat, seragam putih abu-abunya tidak akan mampu memesona Damar seperti gaun cantik yang dikenakan Adelia.

Sekarang setelah tahun-tahun itu terlewati, pertemuannya dengan wanita itu harus terjadi saat ini? Kemeja kantor yang sudah kusut, wajah yang tampak berminyak, serta cepolan rambut yang sudah berantakan akibat lembur membuatnya tampak berbanding terbalik dengan Adelia yang selalu tampil sempurna di hadapannya. Dia tahu dia tidak dapat dibandingkan dengan Adelia yang merupakan seorang publik figur namun apakah harus saat ini?

Keheningan diantara mereka dipecah oleh suara Adelia, "Delia, kok bisa ada disini? Kamu sekarang kerja disini?" Raut terkejut di wajah Adelia telah berganti menjadi senyuman tipisnya, suara yang terdengar serak seperti habis menangis itu membuat Delia menyadari bahwa wajah itu tampak pucat.

Delia masuk ke dalam lift, "Iya, mba. Aku kerja disini." Delia mulai bekerja di Wirasta Law&Firm setelah hubungan keduanya berakhir, jadi wajar saja Adelia tidak mengetahui Delia bekerja di tempat ini.

"Aku baru ingat saat itu kamu juga kuliah jurusan hukum ya? Nggak nyangka sekarang sudah jadi pengacara aja. Wajah kamu nggak berubah sedikitpun." Basa-basi dilakukan oleh Adelia tidak mampu mencairkan suasana beku dalam lift yang hanya berisi tiga orang itu. Sepertinya diantara mereka bertiga tidak ada yang berada dalam suasana hati yang baik.

"Mau makan malam bersama? Kita udah lama nggak ketemu. Kamu pasti juga belum makan malam, kan? Dulu waktu Damar masih jadi pengacara baru dia juga sibuk banget, meski kayaknya sampai sekarang dia masih hobi lembur." Adelia sudah mengalihkan tatapannya pada Damar yang berdiri disampingnya. Nostalgia dan kerinduan dalam suaranya entah mengapa bisa Delia kenali. Tatapan itu hanya tertuju pada Damar meski coba wanita itu tutupi. "Gimana, Dam? Kita makan malam bertiga?"

Mendengar hal itu, Delia menahan dengusannya, "Aku nggak bisa mba, sudah ada janji." Potong Delia tanpa menunggu jawaban Damar, meski dia tidak memiliki janji apapun, dia tidak suka duduk bertiga dengan mereka saat ini. Dia memang mengenal Adelia sebagai kekasih Damar dulu, namun mereka tidak pernah dekat. Pertemuan mereka hanya terjadi beberapa kali saja, sudah cukup Delia mendengar kisah mereka, jadi dia lebih memilih menghindar jika Adelia datang ke rumah Damar. Delia benci terluka, tidak melihat mereka bersama adalah upaya terbaik yang bisa dilakukannya.

"Ah, aku lupa ini malam minggu, kamu mau jalan sama pacar kamu ya?" Keanggunan dalam suara wanita itu benar-benar membuat Delia iri.

Dering ponselnya kemudian menghentikannya untuk menjawab pertanyaan Adelia, ketika dia melihat nama Leo yang muncul di layar ponselnya, Delia benar-benar bersyukur. "Halo, Kenapa, Yo?" tatapannya bertemu dengan Damar, hanya sebentar karena dia kemudian mengalihkan tatapannya, menghindari Damar.

"Gue masih di kantor. Ini mau pulang." Jawabnya ketika Leo menanyakan lokasinya. "Hm? Seriusan?" tanyanya lagi ketika mendengar ucapan Leo, dia berpikir sejenak sebelum menjawab kembali, "Lo tunggu aja, ini gue udah lift." Delia kemudian mengakhiri panggilan telepon tersebut. Meski bingung, namun dia cukup senang ketika Leo mengatakan dia sudah menunggunya di lobi Wirasta Law&Firm. Kedatangan Leo yang tiba-tiba membuatnya merasa bersyukur, dia tidak harus terjebak kecanggungan dengan mereka.

Damar & DeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang