Bab 34

15.6K 1.3K 85
                                    

Hai Semuanya!!!

Ternyata salah upload!!! Sorry ya 😂

Happy reading!!!

"Saya Delia pengacara Fia Ananda dari Wirasta Law&Firm." Delia memperkenalkan dirinya pada penyidik. "Klien saya baru akan menyampaikan keterangan besok, saat ini klien saya belum ingin melihat pelaku ataupun saksi." Jelas Delia.

"Yah..."

Itu adalah suara Daniel yang tangannya di tahan oleh Ayahnya, mencegahnya mendekati Delia. Tian ingin menepati janjinya pada Delia, membiarkan Daniel berbicara pada Delia akan mengacaukan pekerjaan Delia. Walau tampak tidak suka Daniel akhirnya mengikuti keinginan sang Ayah. Delia bisa merasakan tatapan Daniel berkali-kali mengarah padanya, hanya sebatas itu. Mereka baru bertemu untuk merasakan ikatan persaudaraan.

Mereka akhirnya bersikap seakan tidak saling mengenal, membiarkan proses hukum itu berjalan sesuai kepentingan mereka masing-masing.

Delia menuruni tangga di depan kantor kepolisian, setelah hampir satu jam mengurus segala hal yang diperlukan Delia keluar dengan lesu.
Langkahnya terasa berat, kepalanya penuh dengan ingatan akan raut lelah dan kebingungan Ayahnya yang menunggu Daniel diinterogasi. Dia benar-benar tidak ingin berfikir apapun tentang mereka, tetapj kenapa rasanya sangat sulit, mungkinkah dia masih sama seperti Delia kecil yang sering kali menatap keluar jendela berharap Ayahnya datang?

"Tunggu! Delia!"

Delia seketika menghentikan tangannya yang baru membuka pintu taksi, seseorang yang memanggilnya kemudian berdiri di depannya, menahannya pergi.

"Bisa kita bicara dulu sebentar?" Tanya Kina, wajahnya terlihat sangat gugup.

Delia memandang wanita di depannya dengan dingin, dia lalu menutup pintu taksi setelah meminta maaf pada supir taksi. Meski berulang kali bertemu namun Delia tidak pernah benar-benar berbicara dengan wanita di depannya. Marah? Entahlah. Delia tidak punya rasa marah apapun pada wanita di depannya, justru dia merasa takut. Ketika wanita itu datang ke rumahnya dengan Daniel kecil yang masih dalam gendongannya Delia sangat takut, usianya sebelas tahun, dan saat itu dia sudah mengerti bahwa Ibu dan ayahnya menyerah bertahan untuknya. Ibunya telah lelah dan kesakitan sedangkan Ayahnya punya sosok lain yang harus dijaganya.

"Tidak bisakah kamu membantu Daniel? Dia sungguh tidak akan melakukan hal itu." Ucap Kina.

Tangan Delia mengepal erat, sebenarnya dia sudah menebak apa yang ingin dikatakan wanita ini. "Sepertinya anda lupa, Saya adalah pengacara Fia Ananda, bukan pengacara dari Daniel Pramana. Yang harus saya bantu bukanlah Daniel. Jika Daniel Pramana memang tidak bersalah polisi akan menemukan kebenarannya."

Delia akan beranjak pergi namun Kina menahan tangannya, "Kenapa kamu sedingin ini? Apa kamu pikir hanya kamu yang menderita? Ayahmu juga merasa sangat bersalah, dia hidup dengan merindukan kamu. Putri satu-satunya yang begitu dia sayangi. Bagaimanapun ini sudah terjadi bertahun-tahun, tapi kenapa kamu masih menyimpan kebencian? Kamu harusnya berhenti bersikap seperti anak kecil, kamu sudah dewasa seharusnya kamu mengerti bahwa apa yang terjadi diantara kedua orang tuamu itu adalah yang terbaik."

Delia menghela nafas kasar, dulu wanita ini tidak banyak bicara, dia hanya berlindung di belakang Ayahnya, bersikap seakan dia adalah korban. Tapi lihat sekarang? Ternyata semua perempuan setelah bertambah tua memang akan semakin banyak bicara.

"Kin, Lepaskan! Kenapa kamu bersikap seperti ini?!" Ucap dari ayahnya mengehentikan Delia yang akan membalas ucapan wanita di depannya.

Ayahnya yang berlari terburu-buru ke arah wanita itu mencoba menarik tangan istrinya agar melepaskan Delia, disampingnya sudah ada Daniel yang mengikuti. Saat ini dia masih saksi. "Pengacara akan mengurus semuanya, kamu tidak perlu mengganggu Delia. Kita bisa mengurus masalah Daniel sendiri."

Damar & DeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang