Bab 4

16K 1K 4
                                    


Suara ketukan jari Damar di meja terdengar memenuhi ruangan itu. Sekarang sudah jam empat sore, Damar yang tadinya sedang bersiap-siap untuk pulang menghentikan kegiatannya karena suara ketukan pintu dari asistennya.

"Masuk."

"Permisi pak, ada klien yang ingin bertemu bapak."

"Saya sudah mau pulang, jika memang mendesak arahkan saja kepada pengacara lain yang masih belum pulang." Damar mengerutkan keningnya, suaranya terdengar sedikit kesal.

Sebelumnya Dia sudah mengingatkan asistennya, untuk mengatur jadwalnya sehingga dia bisa pulang lebih cepat hari ini.

"Saya sudah mengatakan bahwa dia tidak bisa melakukan konsultasi hari ini, tetapi Bu Clara tetap memaksa." Sinta berkata dengan ragu-ragu kepada Damar.

"Apakah saya harus menyuruh Bu Clara pulang, Pak?"

Sinta sedikit takut dengan atasannya yang jarang berbicara tersebut, walaupun Damar bukan atasan yang galak. Damar sangat dihormati di firma hukum ini, bukan hanya karena ayahnya adalah pemilik firma hukum ini, tetapi karena kasus yang ditanganinya selalu sukses. Wajah tampan, tubuh tinggi, karir yang bagus serta latar belakang yang baik, menyebabkan Damar menjadi bahan pembicaraan wanita di firma hukum ini.

Termasuk klien seperti Bu Clara yang tidak ragu menunjukkan ketertarikan nya padahal dia masih dalam proses perceraian.

Damar mengerutkan keningnya, "Persilahkan Bu Clara untuk masuk." Setelah berpikir sebentar Dia akhirnya memutuskan untuk bertemu kliennya terlebih dahulu. Damar sebelumnya telah mengirim pesan pada Delia untuk pulang terlebih dahulu.

Delia pasti akan marah padanya jika dia pulang terlambat hari ini.

Damar berharap ini tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama.

Di parkiran kantor, Delia sedang membaca pesan yang baru saja dikirim oleh Damar. Dalia menghela nafas dengan kesal, kemudian dia  memutuskan  memesan ojek online saja untuk pulang. Hari ini, Delia tidak membawa kendaraan, karena Damar yang tadinya akan pulang bersamanya melarangnya.

Sebelumnya mereka berencana untuk  langsung berangkat dari kantor ke rumah orang tua mereka, tanpa perlu kembali ke apartemen. Lokasi apartemen yang berlawanan arah dari rumah mertuanya menyebabkan Delia memilih untuk langsung berangkat saja. Namun, rencana tersebut gagal, karena dia harus menunggu Damar pulang dulu di apartemen.

Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit dengan ojek online, Delia pun tiba di apartemennya. Setelah melepaskan setelan kantornya, Delia memilih langsung melangkah ke kamar mandi. Delia berharap Damar tidak membuatnya menunggu terlalu lama.

Suara televisi di ruang tamu menemani Delia yang duduk di sofa sambil menunggu Damar  yang tidak kunjung pulang, padahal sekarang sudah jam setengah enam. Delia sudah menghubungi ibu dan mama mertuanya untuk mengabari bahwa mereka sepertinya akan datang terlambat.

"Huft" Damar menghembuskan nafasnya ketika melihat Clara akhirnya keluar dari ruangannya. Konsultasi yang harusnya hanya berlangsung selama 30 menit tersebut, akhirnya baru selesai setelah hampir dua jam. Damar akui bahwa dia terkadang lupa waktu ketika sedang bekerja.

Damar melirik jam tangannya yang menunjukan sudah jam enam sore. Damar segera bersiap untuk pulang, karena tahu bahwa Delia pasti sudah lama menunggunya.

Perjalanannya memakan waktu yang cukup lama karena dia terjebak kemacetan. Damar akhirnya tiba di apartemennya pada jam 07.00 malam. Damar yang baru saja membuka pintu melihat Delia yang sedang menunggunya di sofa. Damar menatap ke arah Delia yang masih tidak mau menatapnya.

"Kenapa baru pulang sekarang? Katanya cuman telat sebentar, ini sudah tiga jam Mas." Raut wajah Delia terlihat kurang baik, Dia menatap tajam ke arah Damar.

Damar & DeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang