Bab 3

18.9K 1.1K 3
                                    

Selamat membaca!! Jangan Lupa Vote dan Komen Ya!!!!

Lapangan komplek tempat Damar memtuskan berolahraga terlihat cukup ramai. Mereka yang datang tidak hanya untuk berolahraga seperti Damar, banyak dari mereka yang datang hanya untuk berjalan santai, terutama para lansia yang tinggal di sekitar komplek. Jika sedang weekend dan tidak banyak pekerjaan, Damar lebih sering memilih lari pagi di tempat ini dibandingkan berolahraga di gym.

Setelah berlari selama hampir satu jam, Damar memutuskan untuk menyudahi olahraga paginya. Damar berjalan mendekati tukang bubur ayam langganan Delia yang biasanya selalu buka di pagi hari.

Walaupun Delia jarang benar benar-benar melakukan olahraga pagi dengan Damar, namun Delia cukup sering ikut serta menemaninya. Biasanya Delia hanya sanggup lari paling lama 15 menit saja, setelah itu Delia lebih memilih duduk dan menonton Damar berlari dari sambil makan bubur ayam.

"Pak, bubur ayamnya dua ya, yang satu nggak usah pakai kacang. Dibungkus ya"

"Oh..Oke Mas. Duduk dulu mas." Damar lupa nama tukang bubur langganan Delia tersebut padahal Delia cukup sering menyebutkannya.

Damar memilih duduk di kursi yang disediakan, sambil menatap orang-orang lain yang sedang berolahraga. Damar harus menunggu dulu karena bubur ayam disini cukup terkenal sehingga banyak yang mengantri.

"Hai, hari ini sendiri aja, Dam?" Perempuan yang berwajah cantik dengan tubuh sexy itu menyapa Damar.

"Tumben nggak bareng istrinya?" Perempuan yang baru saja duduk sampingnya tersebut bertanya dengan senyuman kepada Damar.

"Nggak apa-apa, Delia hari ini lagi istirahat" Damar menjawab dengan senyum singkat pertanyaan dari Stella.

Stella merupakan penghuni unit apartemen di sebelah mereka. Stella menempati apartemen tersebut sudah dari sebelum Damar dan Delia menikah. Beberapa kali dia mengajak Damar berbicara, apalagi ketika Delia tidak ada di sampingnya. Hal itu sering memancing kekesalan Delia, karena menurutnya Stella tidak akan menyapa Delia ketika dia tidak sedang bersama Damar, namun selalu tersenyum ramah ketika ada Damar disekitarnya.

"Kalau gitu biar gue temenin Dam. Kita lari bareng. " Stella menatap Damar dengan senyum lebar.

"Gue udah kelar. Tuh pesanan gue datang, gue duluan ya."

Melihat pesanannya sudah datang damar langsung pergi kembali ke apartemennya, tanpa menunggu respon dari Stella. Sekarang sudah jam delapan Delia pasti sudah bangun dan merasa lapar.

Damar memasuki apartemennya, merasakan kembali perbedaan suasana dari apartemen yang ditinggalinya selama lima tahun ini.

Interior ruangannya yang sebelumnya hanya berwarna hitam dan abu-abu kini berbeda dibanding satu tahun lalu. Apartemen Damar sekarang memiliki berbagai furnitur, barang-barang kecil, bahkan terdapat beberapa bantal sofa yang berbentuk boneka lucu milik Delia. Hal tersebut kini menjadi bagian dari apartemennya. Selain itu, bingkai foto pernikahan mereka yang dipasang oleh Delia di tengah ruangan menjadi pusat dari ruang tamu yang sebelumnya kosong tersebut.

Raut wajah mereka dalam foto itu tampak bahagia seperti pasangan yang menikah karena cinta.

Delia baru saja selesai mandi, wajahnya terlihat berseri walaupun tanpa riasan. Rambut hitam yang panjangnya hanya sebahu itu masih setengah basah. Delia memiliki wajahnya yang cukup cantik, kulit putih, hidung kecil dan mata yang agak sipit. Menurut sebagian orang wajah Delia lebih cenderung imut dibandingkan cantik. Namun, terkadang terkesan jutek ketika sedang berdiam diri.

Orang-orang yang tidak mengenal Delia sering berfikir bahwa Delia memiliki kepribadian yang sombong karena dia jarang berbicara. Padahal Delia hanya kesulitan berinteraksi dengan orang lain. Dia kadang sangat polos, untuk urusan cinta bahkan di cenderung bodoh karena dia tidak punya pengalaman sebelumnya. Delia hanya memiliki beberapa teman saja yang dapat dikategorikan dekat.

Damar & DeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang