Bab 20

15.5K 1.1K 45
                                    

Thanks buat Vote dan Komentnya ya!!!!

Happy Reading!!!!

Damar menggenggam erat tangan Delia, mencoba mendekatkan wanita itu ke sisinya. Berusaha menekan rasa tidak nyaman karena melihat kedekatan Delia dengan Leo. Delia adalah istrinya wajar saja dia tidak suka ada yang mendekati wanita ini, apalagi laki-laki ini adalah sosok yang pernah dekat dengan Delia.

Leo menatap kedua orang itu dengan tatapan aneh, "Gue balik, kalau lo mau ke kafe lagi. Ajak gue aja. Gue siap 24 jam." Ucap Leo tanpa memperdulikan kehadiran Damar disamping Delia, laki-laki itu langsung beranjak pergi meninggalkan Delia dengan Damar.

"Kamu nggak pergi sama mba Adel?" tanya Delia.

Damar melangkah lebih dulu, "Dia bisa pulang dengan mobilnya sendiri." Dia kemudian membukakan pintu mobil untuknya, Delia menghela nafas kesal. Kenapa rasanya seperti dia yang telah berbuat salah.

***

Delia menatap jalanan dari balik jendela mobil itu, belum ada yang berbicara sedari tadi. Sama seperti Damar yang sibuk dengan pikirannya sendiri, Delia pun enggan memulai. Meski telah berulangkali meyakinkan dirinya untuk bersikap dewasa, ternyata hatinya masih enggan meluruhkan kecewa. Angan yang terlalu tinggi memang seringkali berujung kecewa.

Delia tahu Damar bukan laki-laki yang akan mengkhianati ikatan pernikahan, tetapi apakah semudah itu? Delia tidak punya banyak pengalaman tentang cinta, Damar adalah yang pertama dan Delia harap akan menjadi yang terakhir. Meski dia tahu mencoba memeluk cinta yang masih penuh duri masa lalu itu akan melukainya.

"Kita makan dulu ya." Sentuhan Damar di bahunya membuat Delia tersentak, sepertinya dia terlalu terbenam dalam lamunannya hingga tidak menyadari bahwa Damar telah menepikan mobil mereka.

Melihat Delia yang tampak linglung, Damar mengusap rambut Delia, "Kamu ngantuk? Atau mau makanya dibungkus saja?" Tawarnya.

Delia menatapnya sekilas, lalu menggeleng, "Kamu nggak mau makan?" Tanyanya memastikan keinginan Delia, "Tapi kamu belum makan dari tadi siang. Kamu bisa sakit kalau kamu terus seperti ini." Lanjut Damar yang membuat Delia tertegun.

"Dari mana mas tahu aku belum makan siang?" tanya Delia. Seharian ini mereka tidak ada bertemu, Delia juga tidak membalas pesan yang Damar kirimkan.

"Kamu nggak ada di kafetaria tadi siang, hanya ada teman-teman yang biasa bersama kamu saja." 

"Bisa aja kan aku nitip makanan ke mereka?"

"Dan kamu belum memakannya." Jawab Damar, belum sempat Delia bertanya dari mana Damar tahu, Damar telah menunjuk bungkusan makanan yang sebelumnya dibelikan oleh Ayu. Delia mendesah kesal, dia terlihat sangat bodoh saat ini.

Delia memang kehilangan nafsu makannya ketika mendengar Damar yang dikaitkan kembali dengan Adelia. "Mas ngapain di kafetaria? Sebelumnya kan mas nggak pernah makan di sana." Sejak Delia magang hingga telah menjadi pengacara saat ini, Delia belum pernah melihat Damar makan di kafetaria Firma. Damar lebih sering makan siang dengan klien di luar atau meminta Sinta membelikannya makanan.

"Hah?" Damar tampak gelagapan, dia mengusap lehernya canggung, laki-laki itu kemudian tersenyum malu. "Mas hanya mencoba mengetahui kualitas makanan di kafetaria firma."

Bukan hanya Delia yang terbengong mendengar hal itu, Damar yang mengucapkannya bahkan merasa alasannya sangat konyol. Ini pertama kalinya kemampuan berbicaranya yang sering dipuji-puji itu tidak berfungsi dengan baik.

Damar mendesah, "Kamu mengabaikan telepon dari Mas, jadi mas pikir setidaknya kita dapat bertemu di kafetaria firma." Dia memilih mengungkapkan alasan sejujurnya. 

Damar & DeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang