Bab 32

14.9K 1.4K 65
                                    

Hai Para Pembaca Setia Damar & Delia!!!!

Thanks untuk Vote dan Komennya!!!

Sebelum membaca jangan lupa vote dulu ya!!!

Happy Reading!!!

****

Dari sekian banyak kenangan yang tertinggal akan masa kanak-kanaknya, ada satu momen yang merubah segalanya. Tampak tidak berarti tetapi menjadi titik balik hidup Delia. Delia ingat apa yang dikatakan ayahnya setelah mendaftarkannya les lukis dan bertemu wanita itu untuk pertama kalinya.

"Del, Kamu belajar lukisnya di rumah saja ya? sama Ayah?" Kata Ayahnya yang enggan untuk mengantar jemputnya les, namun Delia menolak. Berkali-kali ayahnya meminta namun Delia dengan keras kepala memaksa. Saat Delia kecil dia tidak terlalu menyadari kesalahannya, namun seiring dengan waktu dia menyadari bahwa dirinya lah yang menjadi penyebab rumah kecil mereka hancur. Dia mendorong ayahnya pada perempuan itu.

"Siapa yang datang?" Suara tanya dari seseorang yang Delia tahu adalah Ayahnya terdengar mendekati mereka.

Ketika dia sampai di depan pintu Delia dapat melihat keterkejutan di wajah itu saat melihat Delia berdiri di depannya.

"Delia..Kamu..." Tian tidak menyangka akan kedatangan Delia.

"Ada yang ingin saya bicarakan, kalian mempunyai waktu?" Sela Delia. Dia tidak yakin apa posisinya ketika datang ke tempat ini.

"Tentu, Ayo kita bicara di dalam." Tian menyambut antusias Delia. Beberapa kali dia menoleh ke belakang memastikan Delia ikut masuk. Sedangkan wanita itu menatap gelisah Delia, mungkin dia cemas Delia akan menggangu kedamaian keluarga bahagia mereka.

Meski enggan Delia melangkah ke dalam rumah mereka, ya mereka. Dia berusaha tidak peduli. Semakin kedalam semakin dia mengenali suasana rumah ini, dinding-dinding yang dipenuhi lukisan, beberapa potret yang dilukis oleh ayahnya, foto keluarga, hiasan dinding, dan bau cat yang tercium. Mirip dengan rumah kecil milik mereka dulu. Sedikit perih namun tak apa, dia sudah punya rumahnya sendiri.

Delia duduk di sofa tunggal, sedangkan mereka duduk bersisian di sofa panjang.

"Kamu tahu dari mana rumah Ayah?" Tanya Ayahnya tampak bahagia, dia bersikap seolah benar-benar merindukannya.

Namun Delia tidak akan tertipu, Ayahnya selalu bersikap seakan Delia adalah hal yang paling dicintainya, tapi dia tetap pergi. Dan Delia bukan anak kecil yang akan kembali tertipu.

Delia terdiam tidak menjawab, menatap dua orang yang duduk bersisian itu, Delia menghela nafas,
"Aku pengacara Fia." Ucapnya singkat.

Mereka kebingungan, "Pengacara? Pengacara Fia?"

"Fia pacar Daniel Permana, kalau kalian lupa."

Mata Ayahnya dan wanita disebelahnya tampak terkejut, mereka sepertinya tidak menyangka tujuan Delia datang.

"Saya datang sebagai pengacara Fia, saya ingin menanyakan beberapa hal pada Daniel Permana tentang hal yang terjadi pada Fia."

Ayahnya tampak kebingungan, "Del, Ayah nggak-"

"Daniel sudah memberikan kesaksian sebelumnya, dia tidak terlibat apapun." Potong Kina khawatir. Tian yang berada disampingnya menyentuh bahu Kina, menahan wanita itu agar tidak kembali bicara.

"Hanya orang bodoh yang mengatakan Daniel tidak terlibat." Ucapnya enggan berbasa-basi.

Tian menarik nafas dalam, "Kamu nggak perlu bicara formal seperti itu sama ayah Del, kita bukan orang asing."

Damar & DeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang