Bab 30

16.8K 1.3K 54
                                    

Hai!!!!

Damar & Delia Up lagi nih!!

Happy Reading!!!!

Mereka duduk di meja yang berada persis di samping kaca Cofee shop yang bersebelahan dengan Wirasta Law &Firm, dari sini Delia bisa melihat lalu lintas yang padat di jalan. Ini adalah jam dimana banyak orang terjebak kemacetan, untungnya di waktu seperti ini cofee shop tidak terlalu ramai. Adelia adalah publik figur jadi menghindari banyak mata ketika berbicara dengannya lumayan sulit. Delia menyesap lattenya perlahan, bersiap mendengar apapun yang hendak Adelia bicarakan, diantara mereka hanya ada Damar, jadi topik pembicaraan mereka mungkin berkisar tentang suaminya itu.

Adelia tersenyum, "Kamu nggak banyak berubah, meski berusaha kamu tutupi, kamu masih nggak menyukai aku."

Delia menaikkan sebelah alisnya, tidak menjawab karena dia tahu itu bukan pertanyaan.

"Padahal saat itu, aku yang harusnya nggak menyukai kamu. Saat itu aku adalah pacar Damar, kamu adalah perempuan yang berusaha mendekati Damar meski tahu itu." Lanjut Adelia.

Delia mendengus, tidak ada nada sinis dalam ucapan Adelia, seakan dia hanya mengungkap fakta, dan Delia tidak mengelak, "Apa ada yang melarang mba untuk tidak menyukai aku? Nggak ada kan? Just do it, because i do. Tapi bisa berhenti mengatakan 'saat itu'? Kita hidup di saat ini. Aku nggak merebut mas Damar, Mas Damar nggak meninggalkan kamu. Dan kamu yang memilih melepaskan mas Damar. Itu yang perlu mba ingat." Delia akui dia sempat berterimakasih kepada Adelia, jika dia tidak pergi Delia mungkin tidak akan memiliki kesempatan bersama Damar. Jahat? Delia memang bukan orang baik.

Adelia mengangguk, "Yah, semua itu memang masa lalu. Jadi bisa berhenti bersikap posesif pada Damar? Kamu dan Damar sama-sama pengacara, kamu harusnya tahu bahwa saat ini aku adalah klien Damar. Hal yang harus dia prioritaskan adalah kasus perceraianku. Sama seperti aku yang membiarkan kamu dekat dengan Damar dulu, bisakah kamu biarkan dia fokus padaku setidaknya untuk saat ini?" Tekan Adelia.

"Kenapa aku harus melakukan hal itu? Lagipula bukannya mba Adel membiarkan aku dekat mas Damar karena tidak pernah berfikir bahwa aku layak untuk mas Damar?" Delia berucap sinis. Delia tidaklah bodoh, dia cukup tahu saat itu Adelia tidak pernah takut kehilangan Damar untuk Delia karena baginya Delia bukanlah apa-apa, hanya anak tetangga yang cukup dekat dengan Damar, penampilannya juga tidak sebanding dengan Adelia.

Saat itu Adelia hanya merasa cemas akan Tasya, sahabat Damar, Delia adalah perempuan yang sampai saat ini mungkin baginya tidak pantas untuk Damar.

"Berhenti bersikap seakan mba layak untuk menilai aku." Tekan Delia, "Mba adalah yang memilih menghianati mas Damar." Lanjutnya menatap tajam Adelia.

Adelia mencengkeram kuat cangkir di tangannya, menarik nafas pelan, "Mau aku ceritakan sebuah cerita lucu?" Tanya Adelia, "Kamu tahu dulu aku dan Damar saling mencintai kan?"

Delia menyesap kembali lattenya, berusaha tidak terpancing dengan apapun yang dikatakan Adelia.

Adelia melanjutkan ceritanya, "Hubungan kami hampir tujuh tahun, kami telah merancang masa depan mereka bersama. Tapi satu kejadian tidak terduga mengacaukan segalanya." Dia tersenyum pahit.

Delia mengernyit, dia tahu bahwa kisah itu tentang Damar dan Adelia, "Aku nggak duduk disini untuk dengar cerita masa lalu kalian."

Adelia tidak memperdulikan ucapan Delia, dia tetap melanjutkan ceritanya, "Hari itu adalah hari ulang tahun salah satu temanku, kami pergi bersama ke kelab malam, tapi ditengah acara Damar harus pulang terlebih dahulu, dia meninggalkan aku di sana. Kamu tahu apa yang terjadi setelah itu, Del?"

Damar & DeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang