Bab 28

15.1K 1.2K 25
                                    

Hai Semuanya!!!!

Thanks buat Vote dan Komennya!!!!

Happy Reading!!!!!

Damar mengerang pelan, menyentuh kepalanya yang terasa sangat sakit, efek minum alkohol terlalu berlebihan. Dia terduduk di sofa, mencoba menyadarkan dirinya, mengernyit ketika menyadari apartemennya tampak berbeda, botol-botol alkohol yang biasanya berserakan di meja dan lantai ruang tengah apartemennya tidak tampak lagi. Tempat ini sangat rapi, kepalanya menoleh ketika mendengar suara dari dapurnya.

Dia kemudian menemukan seorang wanita yang sedang sibuk dengan peralatan dapur. Damar bangun dari duduknya, berjalan ke arah pantri mendekati wanita itu.

"Delia.." Panggilnya.

Delia yang sedang sibuk entah dengan apa menoleh terkejut ketika mendengar panggilannya.

"Ah? Mas Damar sudah bangun?" Delia meringis kebingungan.

"Kamu ngapain disini?" Damar sedang dalam keadaan yang buruk, dia belum ingin menemui siapapun untuk saat ini. Dia juga tidak ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai hubungannya yang kandas.

"Masak, aku lagi masak bubur, Mas. Kamu mau aku buatin air madu?" Delia sudah mengambil madu dari dalam lemari tanpa menunggu jawaban Damar. Menyiapkannya dengan takaran madu yang berlebihan.

Damar menghembuskan nafas kasar, "Aku lagi pengen sendiri, Del. Lebih baik kamu pulang. Kamu bentar lagi persiapan untuk magang kan?" Damar tahu dia terdengar kasar, apalagi ini pada Delia, tapi dia terlalu berantakan untuk memberikan perhatian pada apapun, bahkan dirinya sendiri.

"Ini air madunya, kamu minum dulu. Ini buburnya hampir jadi." Delia kembali sibuk dengan buburnya, tanpa menghiraukan ucapan Damar.

Damar mengusap tenggorokannya tidak nyaman, air madunya terlalu manis untuk menghilangkan pengaruh alkohol, meski begitu dia tetap menghabiskannya.

Delia tersenyum ketika melihat Damar menghabiskannya, "Kamu mending mandi dulu, Mas."

Damar memijat keningnya, sakit kepala dengan tingkah Delia ditambah sakit kepala akibat alkohol yang diminumnya bercampur, dia berbalik, mengabaikan Delia dan memilih melangkah ke kamarnya, membiarkan saja Delia dengan kegiatannya.

Dia memutuskan untuk mandi saja, hanya mandi singkat, setelah itu dia langsung keluar dari kamarnya, melihat Delia yang sibuk dengan peralatan makan yang disiapkannya di meja. Damar melangkah mendekat, Delia yang berbalik menghadap Damar membuka bibirnya.

"Mas!!! Kok nggak pakai baju sih?!"
Jerit Delia dengan wajah yang memerah.

Damar hanya menaikkan sebelah alisnya, "Ini apartemen aku, Del. Terserah Mas mau pakai baju atau nggak, kalau kamu keberatan kamu bisa pulang." Dia berjalan ke pantri untuk mengambil segelas air minum, dan mengabaikan wajah cemberut Delia.

"Mas, makan dulu." Ucap Delia ketika Damar berlalu begitu saja di depannya.

Delia menghentakkan kakinya, berjalan ke arahnya yang memilih duduk di sofa, Damar tidak punya nafsu makan. Delia duduk disampingnya, menatapnya dalam diam. Keheningan diantara mereka hanya bertahan sebentar, Delia yang tidak tahan memilih menyalahkan televisi, dan ternyata itu adalah pilihan yang salah.

"Pernikahan Adelia Maharani diadakan dengan sangat mewah..."

Suara yang terdengar begitu televisi itu dinyalakan membuat wajah Damar mengeras, Delia langsung mematikan televisi nya dengan terburu-buru, takut dengan reaksi Damar. Berbeda dari harapannya Damar hanya terdiam saja, wajahnya kembali seperti biasa, seolah tidak ada yang terjadi namun Delia bisa mengenali tatapan Damar yang mendingin, sisi yang tidak pernah diperlihatkan Damar.

Damar & DeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang