Sewelas : Kumpul Keluarga

10 3 0
                                    

" Keluarga gue itu sama. Sama-sama sampah masyarakat, tapi gak ada yang tahu. "
━━━━━

Manggala family, agaknya memang tidak akan pernah bisa terjun bebas ketenarannya dari dunia ini. Segala jenis pekerjaan, usaha, bahkan pengharapan pun sudah mereka dapatkan belasan tahun ini. Kekayaan keluarga ini, benar-benar tidak bisa dikalahkan, dan sangat beruntung, bagi siapapun yang bisa mengenal dekat dengan salah satu dari mereka.

Tidak lelah di kata, jika keluarga Manggala, akan selalu menjadi keluarga nomer satu yang ada di Indonesia. Banyak orang berbondong-bondong untuk bisa kenal dekat, dan bahkan sampai masuk ke dalam keluarga ini. Tetapi, seperti pada kenyataan yang ada, jika tidak banyak yang bisa masuk. Bahkan, setelah enam tahun keluarga ini terpecah menjadi beberapa anggota keluarga kecil di dalamnya pun, tidak banyak orang yang bisa masuk.

Dan mungkin, Jenar, Lady, Rome, serta Aaria adalah orang-orang terpilih yang bisa dekat dengan salah berapa dari mereka. Manggala, adalah salah satu keluarga yang menjunjung tinggi yang namanya pendidikan. Setidaknya, jika sudah diberikan keuntungan dengan banyak uang, maka jangan sia-siakan untuk tidak berkuliah, atau menempuh pendidikan setinggi-tingginya.

Dan oleh sebab itu, pendidikan menjadi penilaian paling penting bagi mereka. Tetapi, tetap saja ada orang yang picik karena membeda-bedakan setiap jurusan yang ada. Dan agaknya, hal ini benar-benar tidak bisa hilangkan atau diganggu gugat. Dan itulah yang membuat Jalila saat ini merasa lelah dan heran. Bagaimana tidak? Jika kejadian makan malam yang sudah lalu itu, bisa jadi terulang kembali pada hari minggu ini?

Ya, pada hari minggu ini, seluruh keturunan Manggala diwajibkan hadir pada acara keluarga yang digelar di halaman belakang rumah kediaman Manggala. Yang sudah seperti padang rumput yang hijau, dengan rusa yang berkeliaran. Dan jangan lupakan juga, sebuah kebun binatang. Yap, rumah ini memiliki kebun binatang, yang membuat Rome merasa iri dan ingin. Banyak hewan tetapi tidak ada ular.

Rumah ini unik, karena tidak memiliki kolam renang di luar. Mereka, hanya memiliki kolam renang yang berada di dalam rumah. Lupakan hal itu, karena saat ini Jalila bersama kedua kakak iparnya tengah beradab di balkon, melihat ke bawah, di mana seluruh anggota keluarga Manggala hadir. Banyak anak kecil, ibu-ibu, bapak-bapak, dan jangan lupakan kaula muda yang tengah berbincang satu topik yang sama.

Bagaimana tidak? Jika perkumpulan itu, adalah para dokter muda yang memang sudah teruji kelayakannya? Kedua ipar Jalila yang juga dokter merasa terasingkan, karena tidak pernah membahas mengenai pekerjaannya itu di acrara-acara seperti ini. Terlalu membanggakan gelarnya juga tidak baik, karena tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.

" Kamu ndak berniat untuk turun? Dan ikut bergosip dengan mereka Ja? " Tanya kakak ipar tertuanya, yang saat ini tengah menggunakan kacamata hitam miliknya, dan senantiasa melihat keluarga besar Manggala yang tengah berkumpul dibawah itu.

" Muak. Mami saja justru tidur di sofa belakang. Tidak lihat, sanggul anti badainya sampai dilepas karena ingin tidur? " Sahut Jalila sembari memberikan isyarat kepada kedua kakak iparnya itu, untuk melihat ke arah belakang. Dan menemukan sang ibu mertua, tengah tertidur dengan dua orang dayang pribadinya itu. Yang senantiasa mengipasi sang nyonya yang tengah memejamkan mata, atau tertidur itu.

" Sepertinya Mami sudah kebal dan sudah sangat paham apa yang nanti akan terjadi. Kakak juga tidak paham, kenapa Kakek masih dengan rajin sekali mengadakan acara seperti ini? Apakah tidak merasa kapok? " Tanya balik sang kakak ipar pertama dari Jalila itu. Tetapi, bukan Jalila yang menjawab, atau sang kakak ipar nomer dua yang menjawab. Melainkan sang mami tercinta.

" Ayah mertua sudah tua. Sudah mendekati waktu malaikat pencabut nyawa mengambil nyawanya saja. Jadi, hal-hal seperti ini lumrah sejak dulu, karena demi bisa melihat keluarga besar ini berkumpul. Supaya, saat nanti sudah meninggal, pembagian harta warisan dilaksakan. Tidak ada yang menyahut, jika datang hanya untuk harta. Mereka terlalu pandai bermain dan memanipulasi Nak. Kakek kalian yang sudah tua itu paham, makanya tidak ambil pusing. Hal itu sudah sejak lama ada, dan sudah lumrah terjadi. " Sahutnya, sembari meminta kedua dayangnya itu untuk memakaikan kembali sanggulnya itu.

ANAK SEKOLAH [ COMPLETE ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang