" Bu, Saya jadi berkeinginan dan memiliki sebuah cita-cita mulia. Yaitu, menjadi guru BK. "
━━━━━Ruang Bimbingan dan Konseling...
Seperti kejadian yang tidak diharapkan oleh Jalila setelah kejadian yang tidak mengenakan tersebut. Saat ini, Jalila, Jenar, Rome, Lady, serta Aaria dan jangan lupakan juga, Isabella dan para sahabatnya, tengah duduk di ruang bimbingan dan Konseling, menunggu 'persidangan' dari bu Teti di mulai. Tidak ada raut takut, selain ada pada wajah Isabella dan para sahabatnya. Sedangkan, Jalila yang saat ini wajahnya sudah merah padam karena emosi, masih terlihat baik, dan tidak resah atau risau sama sekali.
Intinya, pada kenyataannya, mau senakal apapun Jalila. Tetap saja, tidak ada orang yang berani memarahinya. Memang hidup Jalila serba dimanjakan, dan sangat dijaga. Tentu saja, anak perempuan satu-satunya dari papi dan maminya. Serta, cucu perempuan terkahir dari keluarga Manggala. Tidak enak bagaimana, hidup Jalila itu?
" Bu, Saya kok juga ditarik ke sini sih? Kan Saya cuma diam aja, gak ikut campur. " Protes Lady, saat dirinya juga diikut sertakan dalam pertikaian antara sang sahabat, Jalila dengan Isabella. Lady bukan takut atau bagaimana, dia lebih takut jika nanti tiba-tiba dihukum, dan berdiri hormat, dibawah terik matahari. Oh tidak bisa.
" Diam kamu! Sudah bagus, Saya tidak seret kamu. Kenapa justru request macam-macam? Tunggu aja, ini Saya sedang menghubungi kedua orang tua Jalila dan Isabella. " Sungut sang guru BK, berdecak saat mendengar protes yang Lady utarakan. Lady yang mendengar jawaban galak dari Bu Teti pun, hanya bisa mendengus sebal. Dengan wajah yang ditekuk masam.
" Bu, hubungi nomer ini saja. Papi sama Mami gak bakal angkat telpon dari Bu Teti, atau bahkan dari yayasan. Mereka berdua tahu, kalau Saya bisa menyelesaikan sendiri. Ini hal kecil Bu, orang tua Saya tidak mau repot-repot datang ke sekolah. " Sahut Jalila memberi tahu, sembari menyerah sebuah kertas bertuliskan entah nomer siapa itu.
Bukan, orang tua Jalila bukan tidak peduli. Mereka hanya tahu, kapan saatnya ikut campur dalam urusan atau permasalahan sang putri. Jalila juga pernah mengatakan kepada mereka, jika mereka mendapatkan telpon dari pihak sekolah, entah siapapun itu. Jangan diangkat, karena biasanya masalah sepele. Tapi kalau sudah dirinya sendiri yang menghubungi sang papi dan mami, maka masalah besar. Singkatnya seperti itu.
" Ya sudah, Saya telpon wali Isabella dulu. Kalian diam, orang tua kalian tidak akan saya hubungi. Tapi, silahkan siram bunga yang ada di taman belakang, nanti setelah wali Jalila dan Isabella datang! Nah ini, Mama kamu bisa datang Bell, dan wali Jalila juga. Sekarang tunggu saja, sampai mereka datang. " Ujar Bu Teti memberi tahu, sembari dirinya duduk di kursi kebanggaannya itu. Dan, menunggu wali dari dua anak biang masalah pada waktu istirahat ini.
Tak lama, terdengar suara seseorang mengetuk pintu. Dan bergegas pula, Bu Teti membukakan pintu. Dan terlihat, seorang pria memakai jas formalnya berwarna hitam. Isabella yang melihat laki-laki itupun, langsung menyeru, " Bu! Itu Bu, Om-om simpanannya Jalila. Gak bohong kan Bu, Saya! " Isabella keukeuh mengatakan hal tersebut. Dan Bu Teti pun, hanya bisa menghela napas berat. Sepertinya, Bu Teti merasa pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAK SEKOLAH [ COMPLETE ]
Teen Fiction━━━━━ Pada kenyataannya, menjadi siswi kelas dua belas semester akhir yang di mana, masa-masa krusial dalam menetapkan masa depan. Adalah hal yang sangat lelah, dan juga meributkan. Ditambah, banyak sekali drama, kejadian, yang terkadang benar-benar...