━━━━━
" Njih Jeng, putri sampeyan* wonten teng mriki*. Untuk alasannya kenapa, nanti mungkin Saya akan ke rumah panjenengan kalih* Jalila dan Aaria. Jangan khawatir, Saya tidak semiskin itu untuk membuat anak panjenengan kelaparan. Saya tutup ya Jeng, ini sudah waktunya makan malam. "
" Mami pusing. Lady sudah harus pulang ke rumah Njih? Kan masalahnya sudah selesai. Tidak mungkin nanti akan tetap di sini. Sedangkan untuk Aaria, jangan khawatir. Selagi kamu masih memiliki pendirian terhadap apa yang ingin kamu pilih serta lanjutkan, Mami pasti mendukung dan setuju. Sudah, sekarang lebih baik makan, dan katanya mau membahas terkait ujian praktik kalian? Mami tinggal ya, waktunya Mami berduaan sama Papi. Selamat malam perempuan cantik, " Pamit sang maminya Jalila, kepada mereka bertiga.
" Nah, udah kan? Jangan khawatir, Mami pasti bakal bantu kok. Sekarang kita lebih baik makan aja. "
Setelah itu, mereka bertiga bergegas menuju ruang makan, dan makan dengan khidmat. Permasalahan anak SMA, terutama kelas dua belas memang tidak jauh beda. Seperti, kebingungan memilih jurusan, bahkan Perguruan tinggi. Tetapi, sekarang orang lebih memilih masuk Perguruan tinggi itu, dengan jurusan apapun asal di sana. Tetapi, apakah memang ketidaksesuaian jurusan itu lebih baik, daripada Perguruan tinggi?
Jalila, mati-matian untuk berbeda jalur dengan anggota keluarganya yang lain, karena memang bukan karena dia ingin beda. Tetapi, karena dirinya merasa sudah banyak orang yang masuk kedokteran, tetapi tidak dilanjutkan dan berakhir hanya sekedar gelar saja. Semua bukan tentang nanti akan memiliki gaji tinggi, tetapi sepertinya Jalila lebih berpikir instan, tanpa berpikir muluk-muluk terkait masa depannya. Walaupun pada kenyataannya, takdir dirinya yang menjadi pewaris bukan perintis, selamanya tidak akan pernah bisa diganggu gugat.
Jenar, perempuan yang bahkan masih bingung masuk apa bahkan saat dirinya bisa lewat jalur prestasi. Tetapi agaknya, Jenar bisa semuanya. Setidaknya, walaupun dirinya harus berteriak seperti orang gila, Jenar bisa. Berbeda dengan Aaria, yang memang sudah tahu ingin memilih apa, walaupun pasti akan berubah jika jalur prestasi ini, dirinya tidak diterima.
Sedangkan Lady? Dia tentu tahu memilih apa, dan orang tuanya tentu tidak masalah. Ya, selain mereka memang tidak memberikan segala ekspektasi mereka kepada Lady, juga karena Lady sudah mengerti apa yang memang dirinya inginkan. Semua akan terasa ringan, jika orang juga mengerti bahwa kita memiliki keinginan, kemauan, dan hak untuk menerima dan menolak.
" Nduk Aaria, bukannya keluarga kamu sudah setuju, jika setelah lulus kamu dibebaskan memilih apapun dalam tiga cara masuk Perguruan tinggi? Lalu, kenapa masih harus bertengkar, dan merasa bahwa kamu di kekang? " Setelah mereka selesai makan, memang tiba-tiba maminya Jalila dan juga papinya datang lalu bergabung dengan mereka bertiga yang masih duduk serta bercengkrama di ruang keluarga.
Dan, setelah mereka menyelesaikan satu buah film, maminya Jalila tiba-tiba bertanya terkait masalah yang tengah Aaria alami. Supaya, nanti tidak salah jalan, salah pembelaan, dan semua tampak clear dan tidak ada masalah dikemudian hari.
" Sudah. Tetapi Mama tidak. Mama selamanya akan selalu berusaha supaya Aaria masuk kedokteran, atau paling mentok farmasi atau gizi itu udah cukup. Tetapi seperti Tante tahu, jika Aaria tidak memiliki secuil minat bahkan bakat di sana. Jika tiga jalur yang Aaria coba gagal, maka Aaria harus keluar dari sana dan mendaftar secara mandiri dengan uang sendiri. Aaria selamanya tidak ingin masuk dalam dunia kedokteran. Pure blood bukan berarti Aaria memiliki sebuah kelebihan dalam hal tersebut. Karena sejak kecil, Aaria tidak melihat adanya bakat atau minat kearah tersebut. Mandiri nanti, Aaria mau ambil pertanian. Jika jalur prestasi dan tes gagal. Setidaknya, itu memang sudah yang Aaria pahami, " Jawab Aaria terhadap pertanyaan yang maminya Jalila lontarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAK SEKOLAH [ COMPLETE ]
Genç Kurgu━━━━━ Pada kenyataannya, menjadi siswi kelas dua belas semester akhir yang di mana, masa-masa krusial dalam menetapkan masa depan. Adalah hal yang sangat lelah, dan juga meributkan. Ditambah, banyak sekali drama, kejadian, yang terkadang benar-benar...