13. Cemburu, Masa?

883 60 5
                                    

Pagi ini, Rendy kembali dibuat berpikir oleh keadaan. Ini sudah hari ketiga, ia tak melihat perawakan pemuda tinggi dengan senyum manis yang biasa nya selalu mengganggu dirinya.

Dan tiga hari ini juga, ia berusaha untuk berdamai lagi dengan hidupnya. Mengapa pikirnya, di saat ia terlanjur dibuat kesal oleh Davi. Bukannya bocah itu bertanggung jawab, melainkan sekarang malah menghilang tak tau kemana.

Ia sedikit ragu dengan pikiran nya. Mengapa terlalu peduli dengan hal ini. Bukannya ia sudah tenang tanpa ada Davi di sekitar nya?

"gue mikirin apa sih." Rendy mengusak rambutnya kasar. Ia sekarang berada di perpustakaan, dimana tempat ini adalah tempat yang paling tenang di sekolah nya.

"tiba-tiba ilang, tiba-tiba muncul." Celetuk nya. Ia masih berkecamuk dengan pikiran nya yang absurd.

"davian vahesmatu?" Ucap nya pelan. "lo ada di mana sekarang?" Tanya nya random. Ia menatap diam buku yang ia ambil. Tak di baca, hanya di lihat dan di buka-buka halaman nya.

Aneh memang. Di saat Davi mendatangi atau mengganggu dirinya. Rendy  malah kesal, terlebih ingin segera meninggalkan pemuda itu.

Tapi, di saat begini ia menanyakan dimana Davi berada. "haish ngomong apasih lo ren!" Tanya Rendy kepada dirinya. Ia segera membereskan buku yang tadi ia ambil ke rak sebelumnya. Dan memutuskan untuk segera pergi dari perpus sekarang juga.

Tapi di saat ia sudah keluar dari perpus, matanya menatap objek yang sangat ia kenali. Ada pemuda yang bercanda ria dengan seorang perempuan di bawah pohon mangga. Tepat di seberang perpustakaan.

Matanya menyipit, membenarkan apakah yang ia lihat benar atau tidak. Tapi sekian detik kemudian ia sadar, bahwa itu adalah Davi. Orang yang ia tanyakan keberadaan nya tadi, sedang tertawa dengan seorang perempuan yang tak Rendy kenal.

"tu bocah ngapain?" Rendy sedikit merapatkan tubuh nya menghimpit tembok. "perempuan itu siapa?" Ucap nya penasaran.

Pasalnya yang ia lihat, Davi sangat akrab dan tak canggung sama sekali dengan lawan bicara nya. Apalagi keduanya sama-sama cocok di penglihatan Rendy.

"pacar nya?" Tanya nya tanpa sadar. Tapi tak lama Rendy tersadar dengan kalimat nya. Apa yang barusan ia ucapkan?

"anjir lah! apa peduli gue."

Ia pun bergegas pergi meninggalkan kawasan perpus, dan memilih untuk tak peduli dengan apa yang di lakukan oleh Davi dan perempuan itu.

Hati dan mulut memang memiliki perbedaan sifat yang berbeda. Mulut Rendy mengatakan tak peduli memang. Tapi hatinya? Lihat saja, ia berjalan dengan kepala yang masih memikirkan kejadian yang ia lihat tadi.

Aneh bukan?

#

bisa tepat janji gue wkwkwk, makasih makasih makasih untuk tugas yang masih mau gue waras.

untuk kalian terimakasih juga udah baca dan vote cerita gue sampai udah di chap 12, seneng aseli coy wkwkwk.

jangan lupa vote dan komen buat chap ini, sorry yee dikit bener narasi nya. tapi entar chap selanjutnya panjang.

okeh, sampai jumpa di chap selanjutnya!!!

Like You! (DAVIREN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang