27. Cinta Pandangan Pertama

502 45 2
                                    

Rendy merutuki semua perkataan nya kemarin. Karma itu ada. Kemarin di saat kelas Satrio mendapati kelas olahraga di pagi hari, pemuda itu seakan mengejek. Bagi Rendy, jam olahraga itu minimal di mulai dari jam 10 pagi. Meskipun panas, tapi tidak menimbulkan bau badan.

Saat pagi hari, tidak mungkin bermandikan keringat bukan? Apalagi niat awal ke sekolah adalah belajar bukan berolahraga.

Rendy menggeleng kan kepala nya sembari tertawa tipis, nasib sekali Satrio berlari-lari dan berkeringat. Padahal masih pagi. Pasti bau badan teman nya itu sudah sangat sedap sekali pagi itu.

Tapi, itu kemarin kawan. Sekarang Rendy ingin menelan tubuh nya sendiri di tanah Rasanya. Bukan tanpa sebab. Kemarin malam, saat ia sedang santai bermain handphone, ada pesan masuk dari Pak Ardi, selaku guru pendidikan jasmani di sekolah nya.

Pria berumur itu memberitahukan bahwa jam pelajaran olahraga akan di ganti dengan jam mapel pertama.

Dan, Rendy shock. Rendy tak sudi.

Selanjutnya anak itu hanya bisa pasrah saat ini. Rendy berlari mengelilingi lapangan sekolah. Bunyi peluit yang di tiup Pak Ardi selalu bergema di telinganya.

Sungguh, Apa ini karma?

"sialan, kalo tadi gada osis gue udah bolos nih." Kesal Rendy seusai berlari tiga putaran lapangan.

"yaelah, tiga putaran doang. lo latihan basket berjam-jam ga ngeluh." Timpal Kevin. Ia mengambil tempat di sebelah Rendy duduk.

Sang empu menoleh kan kepala nya membuat helai rambut bergoyang ke sisi yang berbeda, "lain anjir, ini pagi." Balas Rendy.

Semua siswa sekarang sedang mengistirahatkan tubuh mereka dengan duduk berselonjor di lapangan. Tak banyak juga dari mereka yang masih kuat, seperti sang Ketua Kelas, Adira.

Rendy heran dengan spesies perempuan satu itu. Serba bisa, jiwa jompo tak pernah sedikit pun menempel di dalam Adira.

"jadi, di pagi hari yang cerah ini—"

Rendy mengernyit kan dahinya bingung kemudian, menyela kalimat Pak Ardi dengan cepat, "cerah? sengklek nih mata nya." Pelan, hanya Kevin saja yang mendengar.

Kevin memukul pelan tubuh teman nya itu, dan dibalas tatapan malas dari sang empu. Padahal menurut Rendy, Kevin juga sama.

Berakhir mereka mendengarkan intrupsi dari Pak Ardi kembali.

"hari ini kita free saja. kalian boleh bermain dan berolahraga, selama masih di area lapangan. semua harus bergerak, saya ingin kalian sehat dengan berkeringat di pagi hari." Ucap Pak Ardi.

Semua siswa bersorak kegirangan mendengar penuturan itu. Sudah lama sekali tidak free saat jam olahraga.

Apalagi saat di perbolehkan bermain apa saja. Surga dunia, sekolah bukan?

Sepak bola adalah salah satu permainan yang di minati pastinya. Banyak dari mereka yang bermain setelah di beri arahan oleh Pak Ardi.

Tapi, tidak untuk Rendy. Pemuda itu lagi-lagi tetap diam di tempat nya. Tak berpindah satu inci pun. Bersyukur hari ini di beri jadwal free.

"ren? ikut ga lo?" Azron menghampiri Rendy yang duduk berselonjor di samping pohon. "tim gue kurang satu." Tambahnya

"gue ron." Jawab Kevin. Pemuda itu awalnya tersenyum senang, tapi sebelum Azron melempar tatapan hina kepadanya.

"yang ada bukan kalah lagi, ancur tim gue." Ucap Azron, fakta yang sangat diketahui kebanyakan siswa adalah Kevin sangat handal di permainan basket, tapi tidak untuk sepak bola.

"yee... bangsat." Umpat Kevin kecewa. Ia memandang Rendy yang menatap Azron malas.

"ga dulu ron, masih pagi." Sahut Rendy malas. Azron mengangguk, ia mengerti sebenarnya. Anak itu berbalik dan meninggalkan keduanya.

"jompo bener kek nya lo." Rendy dan Kevin menoleh, mendapati Egan menghampiri mereka. Pemuda yang bersurai gelombang itu, mengambil tempat di sebelah Rendy.

"bukan jompo tolol, gue gamau keringetan." Balas Rendy tak terima.

"tapi lo udah keringetan ren." Jawab Egan kemudian. Ia adalah salah satu teman Rendy yang juga ikut duduk tak jauh dari tempat rendy duduk.

"lo kenapa ga join gan?" Tanya Kevin.

Egan menatap lapangan lurus, "males ah, yang ada entar kalo istirahat gue gabisa makan." Jawab Egan jujur. Makan sehabis berolahraga itu akan membuat Egan mual sebadan nantinya.

Hening mengambil alih sesaat, mereka hanya diam menikmati angin sepoi-sepoi yang menyapu pelan surai ketiganya. Melihat betapa riang nya teman-teman mereka yang berlarian di tengah lapangan.

Rendy menggeleng, tak habis pikir. Kekanakan sekali mereka semua yang bermandikan keringat itu.

"ren? lo tau ga? kemarin pas lo sama kevin latihan basket di lapangan komplek depan. ada adek kelas yang nyariin lo." Egan tiba-tiba memulai pembicaraan nya.

Atensi kedua nya tertuju kepada Egan yang juga menatap Kevin, apalagi Rendy yang mengeryitkan dahinya tanda bertanya.

"hah?"

"kemarin sepulang sekolah, abis piket ada yang nyariin lo. 'kak rendy nya udah pulang?' katanya begitu, gue jawab udah daritadi." Egan sedikit membenahi sepatu nya dengan mengikat talinya. "gue heran si, belakangan ini gue sering banget liat tu anak ngasi susu buat lo. gebetan lo ren?" Tanya Egan menyelidiki. Ia menyipitkan matanya.

"calon pacar bro." Kevin menyahut cepat.

"calon?" Beo Egan.

"aww anjing," Lengan Kevin di cubit tiba-tiba oleh Rendy. "tega banget lo anjir."

"tu anak beneran calon pacar lo?" Tanya Egan lagi. Dengan cepat Rendy menatap Egan, dan menunjuk pemuda itu dengan jari telunjuknya yang bergetar kesal.

"bangsat!! kagaaa!" Elak Rendy. Ia menodong kan jari telunjuk nya tepat di depan mata sang empu.

"terus apaan?"

"gue gangerti, dia tuh cuman adek kelas yang tiba-tiba ganggu hidup tenang gue di sekolah." Ucap Rendy membalas. Ia membuang muka ke sembarang arah.

Benar kah? Rendy tak yakin, mengapa dia menjawab pertanyaan Egan begitu. Kali ini jantung nya sedikit berdetag lebih cepat.

"alah sia boy, bohong mah jangan sama egan." Balas Kevin sarkas. Anak itu menyempatkan untuk menyolek lengan Rendy. 

"bangke lo vin." Rendy berdiri, menepuk-nepuk celama training nya. Dan berjalan meninggalkan Kevin juga Egan yang masih setia duduk berselonjor di bawah pohon.

Tidak boleh salah tingkah. Nanti akan terjatuh.

"lah ngambek." Celetuk Kevin.

"terus mereka apaan?" Tanya Egan kembali, tak merasa mendapat jawaban yang semestinya.

"lo tau cinta pandangan pertama kan gan?" Egan terus mengangguki perkataan Kevin.

"nah itu mereka, adek kelas yang sering lo liat namanya davi. lo akan ngeliat dia terus saat lo liat rendy." Sambung Kevin tersenyum.

"terus kenapa bisa jadi cinta pandangan pertama?" sepertinya Egan masih bingung.

Tak bisa di pungkiri, senyuman Kevin merekah mendengar pertanyaan Egan. "si davi suka sama temen lo itu." Jawab Kevin singkat. Terkekeh karna geli akan kalimat nya.

"ASLI?!?" Pekik Egan terkejut. Pemuda itu sampai-sampai mencabut rumput di samping kakinya. Dengan kuat.

"panjang ceritanya, lo akan tau sendiri nanti."

#

—anjai wassap broo... semingguan gue baru up wkwkwk, semogaa mood up gue bisa meningkat lebih pesat lagi yak...

yaudah, jangan lupa buat vote dan komen nya, dan sampai jumpa di chapter selanjutnyaaaa paipai

Like You! (DAVIREN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang