31. Ruangan Musik

510 38 4
                                    

Siang ini, semua murid beserta Rendy dan teman-temannya sedang bersuka ria. Namun, bukan meminum-munim atau sebagainya, melainkan siang ini kelas Rendy kedapatan jamkos. Iya, jamkos. Jam kosong.

Jamkos di sana sangat minim adanya. Bagaimana tidak, Walikelas Rendy saja sangat rajin meskipun badai sudah terlihat di hadapan matanya. Tapi itu tak menutupi fakta jika beliau tidak ingin absen dari kelas nya tersebut.

Dan sekarang, Rendy malah merasa bosan. Ia menidurkan kepalanya ke samping, lagi-lagi netranya menatap datar jendela. Lapangan terlihat sepi, hanya ada beberapa anak yang berjalan. Bukan menetap di sana.

"ganti topik apa kek, pusing gue itu mulu dari kemaren."

"tau tuh, kevin demen banget cerita ML. ganti-ganti." Sahut sang Ketua Kelas sebal. Bukan Adira namanya jika tidak bercerita hal-hal menarik bersama Azron dan Kevin. Mereka bertiga duduk melingkari Rendy. Tidak perlu heran, karna disini adalah lokasi yang cocok untuk berbicara menurut Azron.

"ren! ghibah yuk, jangan diem mulu. cerita apa gitu?" Ujar Adira. Ia memandang rambut hitam temannya yang bergoyang, mengikuti usapan Kevin disebelah nya.

Sang empu yang sudah terlanjur nyaman dengan posisi kepala yang di usap lembut, hanya bisa menjawab Adira seadanya. "hm." Sekedar gumaman kecil. Namun, masih bisa di dengar oleh mereka bertiga.

"gue heran, modelan gini bisa lari lari pas basketan." Azron menunjuk lelaki itu dengan dagunya. Di susul gelengan kepala, tak habis pikir.

"gue juga heran si." Tambah kevin. Masih dengan telapak tangan yang mengusap rambut milik teman nya tersebut. 

"lo kapten nya, kok heran." Balas Azron.

Hening sesaat, sebelum atensi ketiganya memusat ke arah pintu. Ada Satrio yang memasuki kelas dengan gitar yang bersanding apik di samping tubuh pemuda itu. Ia berjalan santai, mendatangi keempat manusia yang setia memandang dirinya.

"gaess, gue masuk." Ucapnya setelah berada di hadapan mereka semua. "ngapain lo kemari? jamkos juga yo?" Balas Kevin bertanya.

"kebetulan iya si. jujur aja ya, gue bosen di kelas mulu." Netra Satrio menatap Rendy yang masih setia  menumpukan kepalanya di meja. "ehh gue pinjem rendy yaa." Lanjutnya riang.

"mau kemana?" Sahut Adira.

"ke room musik. daripada boring gini bocah nya." Ucap Satrio. "ren." Ia tepuk pelan kepala sang empunya.

Dan beruntung tepukan itu berhasil membuat Rendy mengangkat kepalanya, "apaan si." Kerutan dahinya terbentuk. Kepalanya terasa berat saat diangkat.

"ikut gue ke room musik. entar lo boleh maen gitar." Ajaknya, sambik menaik turunkan alis nya bersamaan.

"ga ah malesin." Singkat Rendy. Ia kembali ke posisi semulanya. Namun Adira cepat menahan kembali kepala nya.

"raaa!" Kesal nya. Kepala nya terasa sakit karna permukaan yang tak rata.

"ikut gih, lo daritadi juga ga ikut kita bicara." Ujar Adira. Ia mengedipkan satu matanya, kemudian beralih menatap Satrio, "angkut aja yoo."

Satrio balas Tersenyum lebar. Ia tarik tangan Rendy yang menganggur, dan membuat lelaki itu terkejut. "anjing sabaran dikit napa si." Ujarnya setelah berdiri.

"ikut kaga vin?" Tawar Satrio kepada Kevin, sebelum melangkah kan kaki meninggalkan kelas 12-2 itu.

"kaga. penging kuping gue entar." Jawab Kevin acuh. Satrio balas mengangguk. Kemudian ia tepuk punggung Rendy pelan "semangat dikit anjir lah."

Rendy melotot, ia balas memukul Satrio lebih kencang, "siniiin gitar lo." Ujarnya.

Tanpa permisi, Rendy menarik gitar yang di gendong oleh Satrio kemudian berjalan mendahului sang empu.

"tungguin elah, emang lo tau lewat mana."

Rendy menyahut di depan, "tau lah."

"^"^"^"^"

"kok kaya ada orang yo?"

Sesampainya mereka di room musik, terdengar suara petikan gitar juga nyanyian samar teralun padu di telinga Rendy. Keduanya berhenti saat itu juga.

"lah iyaa, kok jam segini ada yang maen." Heran Satrio. Ia berjalan mendekat dan membuka pintu pelan. Mata nya menyipit. Sebentar bukannya itu Davi?

Matanya terbelalak setelah ia tau, itu adalah Davi. Tak salah lagi, itu memang benar. Satrio kembali melirik manusia berkulit putih di belakang nya, yang sedang memetik-metik random senar gitar.

Ia tersenyum licik.

Ide cemerlang tiba-tiba terlintas di benak nya. Kesempatan ini tak mungkin datang kedua kalinya, bukan?

"ren? kek nya gue kelupaan setik drum dah." Ucapnya berbohong.

"buat apaan stik drum?" Tanya Rendy heran, ia balik menatap Satrio yang sekarang menutup pintu ruangan musik.

"kemaren gue minjem, lupa ngembaliin. lo masuk aja dulu, entar gue nyusul."

"lah anjir, gue di tinggal nih?" Balas Rendy. Ia menunjuk dirinya sendiri.

"masuk aja duluu, gue bentar doang elah." Ujar Satrio setengah berteriak, ia berlari meninggalkan sang teman seorang diri di depan pintu.

Karna sudah terlanjur kemari, mau tak mau. Akhirnya Rendy memutuskan untuk masuk.

Pintu terbuka, seketika hening menyapa nya. Ruangan musik ini tak berpenghuni, ia hanya mendengar deru nafasnya saja. Namun, itu tak lama. Setelahnya Rendy mendengar suara petikan gitar kembali disana.

"eh!" Tubuh Rendy meremang karna terkejut. Sesaat kemudian suara itu kembali hilang. Dan Rendy menghembus nafas lega.

"yaelah, pasti backsound lupa di matiin." Ia pun memutuskan untuk duduk di sofa. Berpikir itu mungkin hanya backsound yang biasanya tak di matikan oleh Irman. Sang ketua.

"lah? kak ren?"

"ANJIR!"

Demi apapun Rendy sampai tersedak air liur nya sendiri. Ia terkejut setengah mati saat netranya menangkap sosok Davi di depan nya sedang menggenggam gitar dan menatapnya.

#

—WASSAP BROWW!!! gue kembali dengan cerita yang sama lagi, daviren. telat dikit, ide nya baru masuk lusa kemaren wkwkwk. beneran deh, gue up aga lamaan dikit nih. jadi jangan ngarep seminggu pasti up KAGA COK, ITU GAMUNGKIN!!!

sebenernya gue pengen bilang sama lo pada, lo semua bosen gasi sama alur nya yang tiap chap ga nyambung? ya... tapi kalo bosen gausah dibaca.

segitu dulu, sampai jumpa di chap selanjutnya. jangan lupa buat vote dan komen nya! pai pai

Like You! (DAVIREN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang