16. Bola Basket

710 61 1
                                    

Sepasang manik hitam milik Davi sekarang sedang menatap ke arah tengah lapangan. Dimana penglihatan nya tertuju dengan pemuda yang mengdribble bola basket dan terus mencetak bola nya ke ring. Rendy.

Ini waktunya pulang sekolah, dan seharusnya Davi sudah berada di rumah sekarang. Tetapi anak itu memilih untuk menunggu Rendy yang masih berlatih di lapangan.

Sebuah kebetulan bukan? Padahal niat nya ingin mengambil earphone di laci kelas, malah pandangan matanya tak sengaja menangkap objek sang pujaan hati. Sungguh takdir sangatlah baik hari ini.

Davi hanya diam memandang Rendy, sampai saat bola yang di main kan oleh Rendy terlempar ke arah nya. Berakhir kedua insan itu saling memandang satu sama lain.

Sang empu menyadari apa yang terjadi, ia dengan cepat merubah raut wajah nya. "lo?" Alis Rendy menyatu, "ngapain lo kemari?" tanya nya heran.

Davi segera tersenyum manis, akhirnya ia dinotice. "nungguin lo latihan kak." Davi menginjak kan kakinya, memandang Rendy yang begitu sexy di sore ini.

"gue gaperlu di tunggu, lo pulang aja." Jawab Rendy. Ia berkacak pinggang, nafas nya belum teratur.

"maunya begitu si, cuman hati gue nuntun gue kemari buat nemenin lo kak." Jawab nya terkekeh. gombalan mulus meluncur dari bibir Davi. Ia masih memainkan bola di tangannya.

"serah lo deh," Rendy menarik nafas nya. "kembaliin bola nya, lempar sini." Ucap nya, tangannya mengulur meminta bola kepada Davi.

Ide jahil tiba-tiba terlintas di benak Davi, pemuda itu berjalan ke arah Rendy dengan senyum manis nya ia berkata,

"gimana kalo kita main dulu."

Belum sempat Rendy menjawab, Ia sudah lebih dulu berlari untuk mencetak poin ke dalam ring. Sang lawan melihat nya, dengan cekatan pemuda itu segera merebut kembali bolanya.

Jadilah mereka bertanding Bola basket individu sekarang.

"oh lo mau tanding?" Tanya Rendy berlari. Sang empu yang ditanya hanya fokus mengdirbble bolanya.

Keduanya sangat berambisi memenang kan pertandingan ini. Davi yang Rendy tau hanya bisa bermain musik, ternyata selincah dan sehebat itu ternyata.  Ia kira pemuda berkulit kuning langsat itu tak lihai dalam olahraga, tapi ia salah.

Sekarang lihat, ia terdiam saat Davi dengan skill nya memasukkan bola ke dalam ring. Mulus tak ada cacat sedikit pun darinya.

"capee kak?" Tanya Davi terengah. ia membawa Rendy untuk duduk di tepi lapangan. Rendy menurut, tenaga nya ingin habis sepertinya.

Davi mengambil botol air minum yang tadi memang ia bawa. Masih bersegel, dan menyerah kan nya kepada Rendy. "nih kak, minum." Titah nya. Tutup botol nya sudah di bukakan oleh Davi.

Tanpa babibu, Rendy mengambil botol tersebut dan segera meneguk cairan bening di dalam nya.

"kak ren? entar kalo latihan jangan terlalu cape." Ucap Davi, ia menatap wajah Rendy di samping nya.

Yang di ajak bicara hanya diam tak menjawab, ia masih tak menyangka pemuda itu lihai bermain basket.

"lo bisa main basket?" Tanya Rendy.

Davi diam sesaat, pandangan nya teralih ke arah lapangan. "bisa." Jawab nya singkat.

"gue bisa main basket, tapi mungkin ga sehebat lo kak." Sambung nya jelas.

"lo udah cukup hebat kok, nyatanya lo ngalahin gue." Balas Rendy. Ia kembali meminum airnya.

"hoki doang mah, kak ren udah kecapean tadi." Jawab Davi.

"kak?" Panggil nya. Rendy tak menjawab, Ia hanya menoleh dan menatap Davi. Pandangan nya seakan bertanya.

"kak ren tadi latihan sekalian nunggu gue jemput ya kak?" Ucap nya.

Kan. Rendy kira pemuda ini sudah sembuh dari penyakit cringe nya, ternyata masih belum.

"ngaco. ngga jelas banget." Rendy menatap kesal Davi. Ia tak habis pikir, kenapa bisa di pertemukan lagi dengannya.

"ini mah jelas kak," Davi menggantung kalimat nya, "jelas-jelas mencintaimu." Sambung nya.

Mendengar itu Rendy memutar bola mata nya malas, ia tendang main-main kaki Davi yang mengeper di samping kaki nya.

"pulang lo." Ucap Rendy sebal.

"ehh ga deh, gue kan nungguin lo kak. yakali diri ini meninggalkan pujaan hatinya seorang diri." Jawab Davi, ia mengulur kan tangan nya ke udara. seakan sedang berdrama ria.

"apasih anjir."

"kak lo ga tersipu gitu? ga baper sama gombalan gue?" Tanya Davi. Ia heran sebenarnya. Terbuat dari batu kah hati Rendy?

"dih ngapain gue tersipu, cewe kali."

"jangan-jangan selama ini lo nganggep gue cringe banget?" Tanya Davi lagi.

"BENER." Jawab Rendy setengah berteriak.

Rendy kira setelah ia mengatakan kebenaran nya, bukanya menyerah dan kembali pulang Davi malah semakin mempersempit jarak dengannya. Rendy menjauh, tapi lengannya di tahan oleh Davi.

"lo apaan si."

"cuman mau membenarkan satu fakta," Ia tarik lengan Rendy, sampai sang empu tak bisa berpaling dari pandangannya. "semua gombalan gue emang rada ga jelas kak, tapi lo harus tau cinta nya gue sama lo selalu jelas dan beramanah." Tegas Davi jelas.

Rendy terkejut, wajah Davi terlalu dekat dengan nya.

"hah?"

^"^"^"^"^

"udah dapet hel?" Tanya Adira. Tak bisa di tebak memang kelakuan para perempuan di sana. Adira dan Rahel, diam-diam bersembunyi di balik lorong kelas 10. Mereka berdua sedari tadi mengamati Rendy dan Davi yang berada di lapangan.

"aman ra, udah banyak." Ucap Rahel bahagia dengan kamera di tangannya. Ya, mereka mengambil foto kedua pemuda itu.

#

—anjai ketemu lagi kita wkwkwk, gue sangat penat sampai melupakan kewajiban mengup cerita ini. hiks hiks.. masa muda dimabuk tugas.

sorry banget gue baru up, cih mendokse tugas itu. tapi entar kalo ga dikerjain ga sapet nilai xixixi. makin gila coy..

yodah, makasih buat kalian yang masih nunggu cerita ini :( terharu deh aa'. jangan lupa buat komen dan vote nya. sampai jumpa di chap selanjutnya. papai

Like You! (DAVIREN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang