33. Salting Parah

607 36 1
                                    

"ACIEEE CIEEEE...."

"YANG UDAH PUNYA PAWANG MAH BEDA."

Begitu kira-kira sorakan mereka, saat Rendy yang baru saja menapakkan kakinya di kelas. Pemuda itu mengerutkan dahi nya, merasa heran akan tindakan teman-teman nya.

"lo pada kenapa dah?" Ia bertanya keheranan. Netranya kian menyipit seperti sedang menyelidik.

Dari kanan tubuhnya, Rendy merasakan seseorang menepuk bahu nya. Itu Adira, dan ia sedang terkikik geli. Perempuan itu terlihat sangat bahagia pikirnya.

"yaelah pake nanya, tuh liat hp dulu bayikk." Balas Adira. Ia tersenyum sambil menunjuk-nunjuk handphone milik Rendy yang sang empunya genggam.

"tau gitu kemaren gue ikut satrio." Celetuk Kevin menimpali, ia memandang langit-langit kelas dengan raut muka yang dibuat sekecewa mungkin.

Kemudian, netranya beralih. Menatap siluet sang teman. "aaaaa gue gabisa liat lo senyum salting kemaren anjir." Sambungnya lagi. Sekarang, wajah kecewanya silih berganti menjadi ejekan.

Rendy masih tak mengerti. Salahkan kepalanya yang masih membeku di setiap pagi hari itu.

Rasa ingin tahunya pun bertambah, saat melihat Adira yang terus menyuruhnya membuka handphone miliknya. Tak habis pikir. Rendy pun dengan sukarelanya, terus membuka benda persegi panjang itu.

Sesaat, alisnya berkerut. Rendy menoleh pada Adira. "kok banyak akun yang ngetag gue?" Heran nya.

Mendengar hal itu. Sontak, wajah sang Ketua kelas menjadi lebih bahagia dari sebelumnya. Perempuan itu mendekat dan mengarahkan layar handphone miliknya, tepat di hadapan sang empu.

Layar persegi panjang tersebut menampilkan, snapgram terbaru dari akun berinisial @vahes_davian dengan postingan terbarunya,

Rendy bungkam.

Tunggu, ia tidak salah lihat bukan? Sepertinya ia sangat familiar dengan foto yang di posting oleh sang pemilik akun tersebut.

"loh!? hah kok?!"

Itu Rendy. Iya, itu dirinya sendiri. Foto itu diambil saat ia sedang memainkan gitar di ruang musik kemarin. Sejak kapan? Rendy tidak menyadari ia telah difoto.

"anjir? itu beneran gue?" Ia terus menarik cepat handphone yang di pegang oleh Adira. Semakin mendekatkan wajahnya untuk lebih meneliti. Tak mungkin matanya bermasalah.

Sebaliknya, malah Adira yang sekarang mengerutkan dahinya. Mendengar kalimat yang diucapkan oleh Rendy. Membuatnya sedikit bingun. Tak paham.

"lah elo? ga hapal muka sendiri ren?" Balas nya. Reflek, tangannya tak sengaja menepuk bahu sang empunya lagi.

Kevin yang juga bingung dengan situasi, beranjak mendekat. "anjir mata lo rabun sekarang? ini lo rendy gikara." Sahutnya menimpali. Pemuda itu ikut duduk di sebelah Rendy dan juga membuka handphone nya, kemudian menunjukkan hal yang sama.

"noh liat, bisa-bisa nya lo ga ngabarin gue sama dira kalo lo udah jadian." Ujar Kevin. Sedikit kesal.

Jelas sudah. Bahu Rendy menurun. Berita akan dirinya yang berpacaran dengan Davi sudah di dengar oleh kedua teman nya itu. Sungguh, apakah dinding di tiap kelas mempunyai telinga?

"aduh malesin."  Sungguh, ia sangat malas menanggapi kedunya saat ini. Kalau ia berpacaran dengan Davi sekarang, apakah itu berita yang sangat besar?

Adira melotot. "heh lo kok begitu!" Ujarnya kesal. "lo pengen backstreet-in hubungan ini? oh tidak bisa anjai, gue akan sebar info ini ke semuanya."

Adira tertawa lebar. Keinginan nya sudah terwujud. Mana mungkin ia akan menutup rapat-rapat fakta yang membahagiakan ini.

Rendy balas menoleh, "kalo mau bertindak, yang beneran dikit kenapa si?" Sang empu menatap Adira datar.

"ya makanya, ceritain. kenapa bisa lo terima cinta davi setelah sekian lamanya." Ucap Kevin menyahut.

Sebenarnya, Rendy sedikit sensitif dengan apa yang terjadi saat kemarin, di ruang musik. Mengingat bahwa ia juga menyatakan perasaan nya kepada Davi di saat itu. Tidak-tidak, Rendy benci akan sifat percaya dirinya itu.

Apalagi saat ia menyadari akan kehadiran sang teman, Satrio. Yang tiba-tiba saja, mengagetkan dirinya dan Davi. Kemudian menegur meteka saat sedang berpelukan. Demi Tuhan, Rendy ingin sekali berteriak sekarang.

Potong demi potongan ingatan kemarin, kembali berputar. Rendu Malu. Telinganya kian memerah. Dan mengundang kekehan ringan serta menggoda dari Adira dan Kevin yang sedang menyaksikan.

"elahh remaja dimabuk cinta pertama kali, gini nih modelan nya. salting mulu bawaan nya." Sahut Adira tertawa. Ia menoel bahu sang empu main-main.

"udahlah, yang penting harepan gue terkabul. lo sama davi jadian yeay!!" Sambungnya kembali, tangan nya  menonjok ke udara. Membentuk pose kemenangan.

Sedangkan, Rendy hanya bisa membalas Adira dengan senyuman pasrah. Ia juga  tak bisa mengelak sekarang, jujur saja ia sedikit bahagia. Lega rasanya mengeluarkan semua unek-unek nya kemarin.

#

—helooo....! mwehehehehe telat dikit ga ngaruh. sori gue kelamaan mikir alur nya, kerjaan gue juga mayan musingin jiwa ampe batin luar dalem... mohon dimaklumi.

daviren udah pacaran bejir, haruskah gue membuat chapter fluff terus menerus??? akan kah gue membuat alur tanpa momen nyata mereka?

kita lihat kelanjutan nya nanti. sampai sini dulu, jangan lupa vote dan komen nya! sampai jumpa di chap selanjutnya! paipai


Like You! (DAVIREN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang