30. Nomor Handphone

463 47 0
                                    

"tumben ren bawa bekal?"

Pertanyaan yang terlontar dari mulut Rahel sukses membuat Rendy menghentikan acara menyendok nasi goreng nya.

"tadi pagi gue belum sarapan." Singkat Rendy, sesaat setelah menoleh. Kemudian ia kembali kepada kegiatan awalnya. Rahel balas menganggukkan dagunya mengerti.

Sekarang, Rendy, Adira dan Rahel mengahadap satu sama lain. Memakan bekal mereka masing-masing. Padahal yang niat awalnya hanya Adira dan Rahel saja, tapi tak disangka Rendy juga mengeluarkan kotak bekalnya.

"susu mana susu?" Tanya Adira, perempuan itu memicing kan mata nya pada Rendy.

"entar gue beli."

"kelamaan kalo gitu, gue suruh kevin ya? dia ada di kantin." Usul perempuan itu cepat. Sambil mengambil handphone miliknya.

"gau—" Belum sempat Rendy menyelesaikan kalimatnya, Adira sudah terlebih dahulu menekan tombol keypad di handphonenya dan terus menelpon Kevin.

"anjir adira lo emang ya!" Ujarnya tak terima. Adira hanya membalas ucapan lelaki itu dengan jari telunjuknya yang sudah berada di bibirnya. Menyuruh Rendy diam.

"halo vin? lo dikantin kan? nitip susu buat rendy dong, entar gue bayar di kelas?" Ada jeda di sana, sebelum Kevin menyetujui nya.

Tak lama, Adira tersenyum, "okeh sip, gapapa yang penting lo beliin ya?" Sejenak,  setelah mengatakan itu Adira langsung menekan tombol merah, menyudahi panggilan nya.

Bibirnya tersenyum. Tanda kepuasan.

"ra? lo mah, entar gue bisa beli sendiri." Kesal Rendy.

"gausah repot ren, udah dibeliin kevin nih." Balas Adira. Ia memakan nugget goreng nya dengan hikmat. Sesekali tertawa geli karna Rahel yang juga tertawa.

"mau ga?" Tanya Rahel kepada Rendy. Wakil Ketua Osis itu menawarkan sekotak kue sus yang ia bawa.

"mau, tapi rasa apa dulu?" Tanya sang empu balik bertanya.

"coklat, coklat manis buanget gue enek. ga suka lebih tepatnya." Perempuan itu terus menaruh kue nya, di samping kotak bekal Rendy. Rahel tak suka coklat, jadi dia memberikannya pada Rendy sang penyuka coklat manis.

"terus kenapa lo bawa, kalo gasuka?" Ujarnya, dengan tangan yang sudah mengambil dan memakan satu kue sus itu dengan satu lahapan. Mata nya menyipit, tapi tak lama binar matanya terlihat. Tanda sangat menyukai.

"enak banget anjir! ini yang lo gasuka hel?" Rendy bertanya heran. Mulutnya masih mengunyah kue.

"lo kata enak karna lo suka, gue gasuka tapi dipaksa bawa itu."

"bener si, tambah embul tu pipi lama-lama makan coklat." Tambah Adira, tangan nya terulur menyubit pipi Rendy yang sedikit menggembung, karna kue sus yang memenuhi mulutnya.

"raa!!" Mulutnya yang penuh, membuat pemuda itu tak bisa berbicara jelas.

"apaa bayikk? telen dulu kue nya." Adira balas tertawa gemas.

Rahel yang juga melihat itu tersenyum, Rendy lucu. ia ingin peluk, tapi mungkin niat nya harus ia simpan terlebih dahulu. Mengingat pemuda itu adalah milik adik kelasnya. 

"kalo suka, besok gue bawain lagi."

"lo jualan ya?" Selidik Adira tiba-tiba. Matanya beralih penuh menatap Rahel.

"seudzon mulu neng, emak gue bikin banyak. padahal anak nya gasuka." Jawab Rahel tak habis pikir. Matanya menyorot keheranan. Kemudian memutuskan untuk kembali melahap roti meses nya.

"EH!" Rendy terkejut, saat Kevin yang menarik tangannya tiba-tiba dan mengambil kue sus miliknya.

"buset mayanlah, punya sapa nih?" Tanya Kevin setelahnya, Tangannya kembali tak sadar mengambil kue sus milik sang teman lagi.

"punya gue anjir." Balas Rendy.

"tumbenan bawa beginian, nawarin orang lagi." Heran Kevin. Alis nya menyatu. Ia tau jikalau Rendy mempunyai makanan coklat. Anak itu pasti tak ingin berbagi.

"gue yang bawa vin." Celetuk Rahel.

"oh elo, tumbenan lo kemari. osis kan biasanya rapat mulu."

Adira sontak memukul lengan lelaki itu pelan, "tumben-tumben mulu lo, mana susu buat rendy?" Tagih sang Ketua Kelas.

"nih jing." Jawabnya, di buahi dengan pukulan kembali oleh Adira.

"sakit coy, becanda." Ujar Kevin. Lelaki itu mengelus lengan nya yang lumayan sakit, akibat pukulan Adira.

Rendy menggelengkan kepalanya tak habia pikir. Tenggorokannya serat. Tangannya terulur mengambil sekotak susunya. Namun, fokusnya terbagi karna secarik kertas disana.

"eh bentar, kertas apaan nih?" Ujarnya. Rendy mengambil sebuah kertas kecil yang tertempel di ujung kotak susu, yang di letakkan oleh Kevin tadi. Ia mengernyit.

Sang empu yang menyadari itu berdiri, ia mundur perlahan. "sebenernya ini bukan gue yang beli, tapi davi hehehe." Jelasnya, kemudian ia berlari keluar kelas. Nyawa nya sehabis ini tak mungkin aman.

Rahel dan Adira saling menoleh bersamaan, tak lama mereka berteriak kegirangan. Dan berdiri, berjalan ke samping Rendy. Menghimpit lelaki itu. "anjaii apaan nih?" Tanya Rahel.

"nomor hp anjir, terang-terangan sekali pak davi ini." Lanjutnya. 

Rendy yang tau fakta itu, hanya bisa menutup matanya pasrah. Bisa-bisanya bocah itu.

"bangsat." Umpatnya terlepas.

"ehh itumah effort ren, save gih. entar dibeliin susu sekerdus." Ujar Rahel Tertawa.

"tu anak emang ga bisa di tebak kata gue." Tambah Adira. Ia terkejut, tapi ia kembali tersenyum saat tau kalau itu adalah sang sepupu, Davi. "save aja, tapi gausah dichat." Usulnya. Kemudian ia ikut tertawa geli bersama Rahel.

"lo aja yang save ra!" Kesalnya. Kedua perempuan iyu hanya tertawa menanggapi wajah Rendy yang kesal. Kekesalan itu bertambah saat membaca kata 'love' di bawah tulisan angka telepon milik Davi.

"awas lo vin, nerima ginian lagi."

#

—trimz untuk support kalian semua pembaca setia gue, ga ekspek ni cerita masih bisa jalan ampe sekarang... :(

WKWKWK terimakasih banyak buat kalian yang udah vote dan nyemangatin gue supaya cepet up. kalau gue sempet gue up kok, lagi ga mood doang.

baiqlah kalau begitu, enjoy. jangan lupa buat vote dan komen nya. sampai jumpa dichap selanjutnya. paipai

Like You! (DAVIREN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang